Sabtu, 05 April 2014

Destiny Chapter 5



Destiny



Liar
.
.
by Aydipal
Editor by Zi_You
.
.
Watch : Video Teaser
.
Read For :
.
.
Title : Destiny | Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K), Baro (B1A4) | Other Cast : Henry Lau (Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre : Romance, School Live| Duration : Chapter
.
Happy reading!
.
.
“Bukankah kau seharusnya bersama Kyungsoo?”
Suara lembut dari gadisitu, akhirnya membuka percakapan diantara kami yang sedari tadi duduk diam berdampingan. Kulirik wajah cantiknya, ia hanya menanyaiku tanpa sedikit pun menoleh padaku. Dia hanya berkonsentrasi pada 2 lelaki yang sekarang sedang bernyanyi di depan kami. Ku hembuskan napasku pelan dan menjawab.
Aniyo

Ku kembalikan penglihatan ku pada objek pandanganku semula. Yaitu pada kakak-beradik yang sekarang sedang berkaraoke lagu Gee dengan riangnya. Sesekali mereka mengilustrasikan dance dari So Nyeo Si Dae, penyanyi lagu tersebut. Senyuman tipis tanpa sengaja ku berikan pada mereka ketika mereka mengajakku untuk menari bersama mereka.
Aniyo.. Aniyo! Hajima!
Pintaku. Menolak ajakan mereka yang memaksaku untuk menari bersama mereka. Aku hanya terkekeh ketika mereka kembali lagi ke tempat semula mereka bernyanyi dan lagi-lagi dengan kompak menarikan tarian Gee.
“Kau sudah lama mengenal mereka?”
Kini, suara gadis itu terdengar lagi. Masih dengan nada dan ekspresi yang sama. Kali ini, aku tak berkeinginan untuk menjawabnya. Aku mengabaikan pertanyaan yang ia ajukan padaku. Aku sama sekali tak berniat untuk menceritakannya. Bukankah hal itu tidak penting untuk ia ketahui?
“Aku baru saja mengenal mereka.” lanjutnya.
Aku masih saja bungkam. Kedua bola mataku hanya tertuju pada Baro dan Dong Hae yang masih tengah asyik bernyanyi. Sedangkan telingaku berusaha untuk tak mendengar pertanyaan gadis ini, melainkan suara 2 lelaki itu.
“Kau ingin tau kenapa aku berpisah dengan Kyungsoo?”
Ku hentikan napasku, ketika sebuah nama baru saja ia sebut. Namun, aku masih mengatur ekspresiku. Aku tak mau terlalu memperlihatkan keingintahuanku mengenai alasan mereka mengakhiri hubungan mereka. Kali ini, lagi-lagi ku putuskan untuk mengunci mulutku rapat-rapat. Aku tak memberikan respon apa pun padanya.
“Aku dijodohkan dengan laki-laki yang berada di samping Baro.”
Ku putar kedua bola mataku pada Jee Won, terkejut. Melihat ekspresinya. Tersirat rasa penyesalan seusai ia mengucap kalimat itu padaku. Ia nampak masih sangat mencintai Kyungsoo.
“Hubungan kami selama 2 tahun kandas begitu saja hanya karena perjodohan ini. Ayah Baro dan Dong Hae merupakan teman baik dari ayahku. Mereka sejak kecil sudah bersepakat bahwa mereka akan menjodohkan anak mereka ketika sudah beranjak dewasa jika berjenis kelamin berbeda. Bodohnya lagi, aku baru mengetahuinya setelah hubunganku dengan Kyungsoo semakin dekat.”
Ku hela napasku panjang. Berusaha merasakan apa yang ia rasakan. Ia harus berpisah dengan orang yang sangat ia cintai, bukankah itu sangat menyakitkan? Raut wajahnya, masih sama. Ia masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu.
“Tapi, aku lega karena sekarang ada kau. Bukankah kau sekarang sedang dekat dengan Kyungsoo?”
Ku mengerutkan keningku. Ketika sebuah pertanyaan lagi-lagi ia lontarkan kepadaku. Sesaat ia melihatku dengan senyuman tulus dan seketika mengalihkan pandangannya lagi. Meskipun ia tersenyum, masih ada keraguan disana. Saat matanya tak bisa berbohong bahwa ia belum bisa sepenuhnya melepaskan Kyungsoo kepada gadis lain.
“Kau kenal Kyungsoo dari mana?”
Ia menyanyaiku lagi. Entah sudah berapa kali ia bertanya denganku. Namun, belum satu pun pertanyaan darinya yang ku jawab. Pertanyaan itu hanya bertumpuk saja di otakku tanpa ada rasa keinginan untukku menjawab satu pertanyaan pun dari mereka.
“Berjanjilah kau tidak akan menyakitinya, untukku. Teruslah bersamanya. Ia sekarang hanya memiliki mu. Tak bisa kubayangkan lagi, jika ia kehilanganmu. Aku tau, pasti kau merasa heran dengan apa yang kubicarakan. Hubungan 2 tahun. Bukankah termasuk dalam hubungan yang lama? Tadi, ku berbicara bahwa aku mengetahui keadaanku telah dijodohkan dengan  orang lain disaat hubunganku dengan Kyungsoo dekat bukan? Istilah ‘dekat’ hanya bisa dikatakan dari perspektifku saja. Selama beberapa bulan terakhir di hubungan kami itu, kami memang sangat sibuk dan membuat hubungan kami semakin merenggang. Dan sepertinya, ia sudah memperhatikan gadis lain, selainku. Dan itu adalah kau, Ha Yi.”
****
“Kau tidak lapar?”
Kyungsoo menanyaiku di sela-sela waktu istirahat kami saat latihan. Pertanyaan Kyungsoo hanya kujawab dengan gelengan ringan saja lalu kembali fokus pada secarik kertas yang kupegang. Kertas yang berisikan birama-birama dan not-not musik yang dulu ku benci. Berguman, ku alunkan rythim lagu berdasarkan nada-nada yang tertulis di kertas ini.
“Kau benar-benar tidak lapar?”
Kyungsoo menyakinkanku. Kali ini aku tak menjawabnya. Aku berpura-pura tidak mendengar ucapan Kyungsoo dan kembali meiramakan birama-birama ini menjadi irama musik yang bisa untuk didengar.
“Baiklah kalau begitu.”
Ia mulai beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan menuju pintu studio ini. Ku lihat punggung Kyungsoo yang mulai menjauh, dan seketika mengalihkan pandanganku kembali pada kertas ini.
Ku hela napasku. Sudah 60 menit Kyungsoo pergi. Ia sepertinya mencari makanan di tempat yang jauh. Bukankah disekitar sini banyak sekali toko makanan? Kenapa ia lama sekali. Ku lirik jam tangan baby-G hitam yang melingkar manis di tangan kiriku, nampak kombinasi 2 jarum disana yang dapat kuterjemahkan bahwasanya sekarang pukul 6 sore. Ku perluas pandanganku keluar dinding kaca yang menjadi percahayaan yang paling dominan saat siang hari itu. Dari dinding kaca ini, kau dapat melihat keadaan sekitar gedung SmEntertainment dengan jelas.
Kudekatkan tubuhku pada dinding kaca itu dan kuedarkan pandanganku kesekitar jalan menuju gedung ini. Ku pertajam pandanganku ketika menemukan sesosok gadis memakai baju dress putih berjalan disebrang jalan. Ia adalah Kim Jee Won. Otakku tiba-tiba saja memutar ucapannya kemarin. Saat ia mengatakan bahwa Kyungsoo telah memperhatikanku saat diakhir hubungan mereka.
Jee Won menghentikan langkahnya. Ia nampak mencari-cari sesuatu di tas yang dicincingnya. Terlihat ekspresi cemas saat ia tidak berhasil menemukan benda yang dicari-carinya itu. Terburu-buru ia membalikkan badan dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang berada dibelakang tubuhnya. Ku edarkan pandanganku ke seseorang yang ditabrak Jee Won. Aku masih belum bisa melihat wajah orang itu, wajahnya masih tertutupi oleh tubuh Jee Won yang tersungkur ke trotoar. Orang itu berdiri dan menjulurkan tangannya pada Jee Won yang belum juga berdiri, meratapi nasibnya karena terjatuh dan sesekali mencibir tak jelas.
Orang itu tak bergemih, ia masih saja menjulurkan tangannya pada Jee Won. Ku miringkan kepalaku, berusaha mencari celah untuk mengetahui wajah dari orang yang ditabrak Jee Won. Hela napas kukeluarkan tergesa, merasa kesal karena tidak dapat melihat wajah orang itu.
Jee Won meraih tangan orang itu tanpa memperhentikan wajah orang yang menolongnya. Ia masih sibuk membersihkan lututnya yang kotor akibat terjatuh. Ketika ia mengangkat wajahnya melihat orang yang menolongnya ia membulatkan kedua bola matanya. Ditunjukkannya kespresi terkejut dari raut wajahnya. Ia segera melepas ikatan tangannya dari orang itu. Dari tangan kanan orang yang menolong Jee Won terdapat sebuah benda dan segera ia berikan kepada Jee Won.
Mungkin benda itu adalah benda yang dicari Jee Won. Benda kecil berwarna biru yang belum jelas kuterjemahkan benda apa itu karena terbatasnya jarak pandangku. Orang itu memakai jaket bertudung hitam, jelana jeans. Dari postur tubuhnya, kemungkinan besar ia adalah laki-laki. Dan sepertinya aku mengenal postur tubuh itu. Tapi, entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja.
BEEP BEEP
Suara ponsel mengejutkanku. Segera kuambil ponsel yang berada di saku depan kantung celana yang kupakai. Tertera nama Baro ketika kubuka pesan singkat itu. Tidak biasanya ia mengirimi ku pesan.
From : Baro
Bagaimana kabarmu, Ha Yi? –Dong Hae
Ku kerutkan keningku. Bukankah ini nomor ponsel-nya Baro? kenapa disini tertera nama Dong Hae? Mungkinkah Dong Hae oppa sedang meminjam ponsel milik adiknya? Entahlah. Dan untuk apa ia menanyakan kabarku? Bukankah kemarin kita baru saja bertemu?
To : Baro
Baik-baik saja, Oppa.
Segera ku klik tombol reply dan mengetik pesan yang akan ku kirim padanya, tak lama kemudian segera ku klik lagi tombol send. Belum lama menunggu sebuah balasan sepertinya ku terima.
From : Baro
Benarkah? Lalu kenapa kau berdiri disana melamun?
Ku tarik seketika kepalaku kebelakang. Bagaimana ia bisa tahu kalau dirinya sedang berdiri? Dan apa katanya? ‘Disana melamun’, apa maksud dari kalimat itu?
To : Baro
Em? Berdiri disana melamun? Disana dimana?
Segera ku klik tombol send setelah selesai mengetik pesanku cepat. Lama, aku belum mendapatkan jawaban. Sontak, segera kualihkan pandanganku pada orang yang tadi menolong Jee Won dan sekaligus juga menjadi orang yang ditabaraknya. Namun, orang itu sudah tidak ada. Ah, sayang sekali! Padahal, aku belum tau wajah orang itu. Sial!
“Apa yang kau lakukan disini?”
Sebuah suara tiba-tiba saja muncul dari belakang tubuhku. Seketika, ku balikkan tubuhku untuk melihat sumber suara. Dapat kulihat laki-laki bertubuh lebih tinggi dari ku berdiri tegak tepat dibelakang tubuhku.
Kamjaggiya!!
Ucapku ketika melihat orang itu lalu menghembuskan napas pelan karena tau bahwa orang yang mengagetkanku adalah kakaknya Baro, Dong Hae. Ia nampak bahagia karena berhasil membuatku terkejut. Bahkan, ia sekarang sedang tertawa terbahak-bahak sampai terduduk di lantai. Ia sepertinya menertawai ekspresiku saat terkejut tadi.
“Apakah kau harus sebahagia itu melihat orang yang sedang terkejut?” Protesku. Ia lantas berdiri dan berusaha mengatur napasnya untuk segera berbicara padaku. Tangan kanannya meraih bahuku, ia lalu menghembuskan napas.
Mianhae, aku hanya sedikit membuat lelucon saja. Aku kesini mencari Kyungsoo. Bukankah disini seharusnya ada Kyungsoo?”
Kuedarkan mataku menyamai gerak pandang lelaki yang berada dihadapanku. Ia mencari tiap sudut ruangan, berusaha mencari keberadaan Kyungsoo. Aku berhenti sejenak, kuperhatikan pria ini dari bawah hingga atas. Beberapa detik yang lalu, kuberpikir bahwa dia yang di ajak Jee Won bicara di bawah tadi. Tapi, sepertinya bukan. Karena ia tidak memakai jaket tudung dan postur tubuhnya pun juga berbeda.
“Kenapa kau melihatku seperti itu?”
Ia tiba-tiba saja memberi ku pertanyaan. Aku terkesiap dan mengembangkan senyumanku seraya menggeleng-gelengkan kepalaku pelan. Ia hanya merespon jawabanku dengan bibir yang disudutkan lalu menganggukkan kepalanya dua kali.
“Kalau begitu aku pergi dulu. Oh ya, sekarang ponsel Baro menjadi miliku. Jadi, nomor yang kau simpan di ponsel-mu dengan nama Baro segera kau ganti dengan namaku. Untuk nomer Baro yang sekarang, akan ku kirimkan nanti. Araseo? Anyeong!” Ia lantas pergi begitu saja dari tempatnya berdiri dan menghilang dibalik pintu. Aku berguman. Kenapa orang-orang hari ini hanya meninggalkanku sendiri. Menyebalkan.
Tiba-tiba saja, aku ingin ke kamar mandi. Perutku sudah merasa sakit dan tidak bisa dilakukan kompromi lagi jika sudah seperti ini. Segera ku berlari menuju ke pintu dan melesat ke kamar mandi terdekat.
Lima belas menit mengeluarkan beban-beban di perutku membuatku merasa lega dan segera keluar dari kamar mandi. Berjalan pelan ke tempat studio. Semoga saja disana sudah ada Kyungsoo. Sangat menyebalkan berada diruangan sebesar itu jika sendirian. Sesampainya didepan pintu studio, ku hentikan langkahku. Dapat kudengar suara samar-samar dari luar. Ku mengerutkan keningku, sepertinya suara itu adalah suara Kyungsoo dan Baro. Segera ku kembangkan senyumanku, senang karena aku tak sendirian kali ini.
Kuangat tanganku menyetuh pelatuk pintu untuk membukanya. Namun segera kuhentikan lagi ketika namaku tiba-tiba saja terdengar dari percakapan mereka. Kali ini, aku tak berniat untuk masuk ke ruangan itu. Melainkan, mendengar percakapan mereka dari luar.
Hyung!” Ku dekatkan telingaku pada papan pintu. Terdengar suara Kyungsoo yang sedikit menaikkan nada berbicaranya pada Baro. Tidak biasa ku mendengar nada bicara Kyungsoo seperti itu.
“Dia dari awal bukan milikmu! Bukankah sudah kau ketahui itu?” Nada bicara Baro menyamai Kyungsoo. Ku terkesiap mendengar percakapan mereka. Sepertinya mereka membicaran sesuatu yang serius.
“Tapi Hyung!”
“Sampai kapan kau ingin menyembunyikan kenyataan ini? Dan bagaimana kau bisa menyembunyikannya juga dariku? Aku adalah Hyung-mu! Meskipun kau hanya anak yang diangkat oleh orang tuaku, aku masih menganggapmu sebagai dongsaeng-ku sendiri!!”
Ku menghentikan napasku. Kyungsoo adalah anak angkat dari keluarga Baro. Ku telan saliva-ku mendengar ucapan Baro. Aku tak bisa habis pikir, bagaimana bisa itu terjadi. Kenapa mereka tidak pernah menceritakannya padaku?
Mianhaeyo, hyung.. jeongmal mianhae.” Suara sendu dan penyesalan kudengar dari suara Kyungsoo.
“Kau sudah tahu berapa lama ku habiskan waktuku untuk mencarinya? Setelah ku menemukan celah keberadaan gadis ini, baru ku tau bahwa kau sudah mengetahui semuanya dan tidak mengatakan apa pun padaku tentangnya. Disaat aku hanya menemukan 2 celah, kau sudah menemukan 10 celah. Bahkan kau bersamanya sepanjang waktu. Apa kau pernah membayangkang perasaan bagaimana jika aku mengetahui apa yang kau lakukan?”
Mianhae Hyung.
“Berhenti meminta maaf padaku! Sekarang, tinggalkan gadis itu dan katakan siapa sebenarnya kau dan aku padanya!”
“Dia adalah hidupku hyung! Sungguh, pada awalnya aku tak tahu bahwa gadis itu adalah dia. Aku sudah lama menaruh hati padanya. Sungguh. Dan saat aku tahu bahwa gadis itu adalah yang kau cari, aku sempat ingin memberitahumu. Namun, aku masih belum siap hyung. Aku masih ingin bersama gadis itu sedikit lebih lama sebelum kau tahu yang sebenarnya dan mengambilnya dariku.”
“Apa itu alasanmu? Tapi tetap saja, bagaimana kau bisa berbohong padaku? Setidaknya kau beritahuku Kyungsoo-ya!! Dan gadis itu bukankah juga mengira kau adalah aku?! Kau sama saja membohonginya!”
“Tapi—”
“Lee Ha Yi! Katakan pada gadis itu bahwa laki-laki masa lalunya bukan kau, Kyungsoo!! Melainkan aku!!”
Ku membulatkan kedua bola mataku. Jantungku serasa di hujam oleh sebilah pisau yang sangat tajam. Napasku naik turun tidak karuan. Aku tak tahu harus bagaimana. Apa yang sebenarnya yang mereka bicarakan? Aku? Gadis yang dicari oleh Baro? Laki-laki masa laluku adalah Baro bukan Kyungsoo? Ada apa ini? Kenapa semuanya tiba-tiba saja berbalik 180°.
Rasa pening tiba-tiba saja menghampiri kepalaku. Aku tak habis pikir. Benar-benar tak habis pikir tentang apa yang baru saja ku dengar. Aku tak bisa hanya diam begitu saja. Segera kuputar pelatuk pintu yang berada dihadapanku dan segera masuk keruangan itu.
“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^