Destiny
Liar
.
.
by Aydipal
Editor by Zi_You
.
.
Watch : Video Teaser
.
Read For :
.
.
Title : Destiny |
Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K), Baro (B1A4) | Other Cast : Henry Lau
(Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre
: Romance, School Live| Duration :
Chapter
.
Happy
reading!
.
.
Suara
lembut dari gadisitu, akhirnya membuka percakapan diantara kami yang sedari
tadi duduk diam berdampingan. Kulirik wajah cantiknya, ia hanya menanyaiku
tanpa sedikit pun menoleh padaku. Dia hanya berkonsentrasi pada 2 lelaki yang
sekarang sedang bernyanyi di depan kami. Ku hembuskan napasku pelan dan
menjawab.
“Aniyo”
Ku
kembalikan penglihatan ku pada objek pandanganku semula. Yaitu pada
kakak-beradik yang sekarang sedang berkaraoke lagu Gee dengan riangnya.
Sesekali mereka mengilustrasikan dance dari So
Nyeo Si Dae, penyanyi lagu tersebut. Senyuman tipis tanpa sengaja ku
berikan pada mereka ketika mereka mengajakku untuk menari bersama mereka.
“Aniyo.. Aniyo! Hajima!”
Pintaku.
Menolak ajakan mereka yang memaksaku untuk menari bersama mereka. Aku hanya
terkekeh ketika mereka kembali lagi ke tempat semula mereka bernyanyi dan
lagi-lagi dengan kompak menarikan tarian Gee.
“Kau
sudah lama mengenal mereka?”
Kini,
suara gadis itu terdengar lagi. Masih dengan nada dan ekspresi yang sama. Kali
ini, aku tak berkeinginan untuk menjawabnya. Aku mengabaikan pertanyaan yang ia
ajukan padaku. Aku sama sekali tak berniat untuk menceritakannya. Bukankah hal
itu tidak penting untuk ia ketahui?
“Aku
baru saja mengenal mereka.” lanjutnya.
Aku
masih saja bungkam. Kedua bola mataku hanya tertuju pada Baro dan Dong Hae yang
masih tengah asyik bernyanyi. Sedangkan telingaku berusaha untuk tak mendengar
pertanyaan gadis ini, melainkan suara 2 lelaki itu.
“Kau
ingin tau kenapa aku berpisah dengan Kyungsoo?”
Ku
hentikan napasku, ketika sebuah nama baru saja ia sebut. Namun, aku masih
mengatur ekspresiku. Aku tak mau terlalu memperlihatkan keingintahuanku
mengenai alasan mereka mengakhiri hubungan mereka. Kali ini, lagi-lagi ku
putuskan untuk mengunci mulutku rapat-rapat. Aku tak memberikan respon apa pun
padanya.
“Aku
dijodohkan dengan laki-laki yang berada di samping Baro.”
Ku
putar kedua bola mataku pada Jee Won, terkejut. Melihat ekspresinya. Tersirat
rasa penyesalan seusai ia mengucap kalimat itu padaku. Ia nampak masih sangat
mencintai Kyungsoo.
“Hubungan
kami selama 2 tahun kandas begitu saja hanya karena perjodohan ini. Ayah Baro
dan Dong Hae merupakan teman baik dari ayahku. Mereka sejak kecil sudah
bersepakat bahwa mereka akan menjodohkan anak mereka ketika sudah beranjak
dewasa jika berjenis kelamin berbeda. Bodohnya lagi, aku baru mengetahuinya
setelah hubunganku dengan Kyungsoo semakin dekat.”
Ku
hela napasku panjang. Berusaha merasakan apa yang ia rasakan. Ia harus berpisah
dengan orang yang sangat ia cintai, bukankah itu sangat menyakitkan? Raut
wajahnya, masih sama. Ia masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu.
“Tapi,
aku lega karena sekarang ada kau. Bukankah kau sekarang sedang dekat dengan
Kyungsoo?”
Ku
mengerutkan keningku. Ketika sebuah pertanyaan lagi-lagi ia lontarkan kepadaku.
Sesaat ia melihatku dengan senyuman tulus dan seketika mengalihkan pandangannya
lagi. Meskipun ia tersenyum, masih ada keraguan disana. Saat matanya tak bisa
berbohong bahwa ia belum bisa sepenuhnya melepaskan Kyungsoo kepada gadis lain.
“Kau
kenal Kyungsoo dari mana?”
Ia
menyanyaiku lagi. Entah sudah berapa kali ia bertanya denganku. Namun, belum
satu pun pertanyaan darinya yang ku jawab. Pertanyaan itu hanya bertumpuk saja
di otakku tanpa ada rasa keinginan untukku menjawab satu pertanyaan pun dari
mereka.
“Berjanjilah kau tidak akan
menyakitinya, untukku. Teruslah bersamanya. Ia sekarang hanya memiliki mu. Tak
bisa kubayangkan lagi, jika ia kehilanganmu. Aku tau, pasti kau merasa heran
dengan apa yang kubicarakan. Hubungan 2 tahun. Bukankah termasuk dalam hubungan
yang lama? Tadi, ku berbicara bahwa aku mengetahui keadaanku telah dijodohkan
dengan orang lain disaat hubunganku
dengan Kyungsoo dekat bukan? Istilah ‘dekat’ hanya bisa dikatakan dari
perspektifku saja. Selama beberapa bulan terakhir di hubungan kami itu, kami
memang sangat sibuk dan membuat hubungan kami semakin merenggang. Dan sepertinya,
ia sudah memperhatikan gadis lain, selainku. Dan itu adalah kau, Ha Yi.”
****
“Kau
tidak lapar?”
Kyungsoo
menanyaiku di sela-sela waktu istirahat kami saat latihan. Pertanyaan Kyungsoo
hanya kujawab dengan gelengan ringan saja lalu kembali fokus pada secarik
kertas yang kupegang. Kertas yang berisikan birama-birama dan not-not musik
yang dulu ku benci. Berguman, ku alunkan rythim
lagu berdasarkan nada-nada yang tertulis di kertas ini.
“Kau
benar-benar tidak lapar?”
Kyungsoo
menyakinkanku. Kali ini aku tak menjawabnya. Aku berpura-pura tidak mendengar
ucapan Kyungsoo dan kembali meiramakan birama-birama ini menjadi irama musik
yang bisa untuk didengar.
“Baiklah
kalau begitu.”
Ia
mulai beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan menuju pintu studio ini. Ku
lihat punggung Kyungsoo yang mulai menjauh, dan seketika mengalihkan
pandanganku kembali pada kertas ini.
Ku
hela napasku. Sudah 60 menit Kyungsoo pergi. Ia sepertinya mencari makanan di
tempat yang jauh. Bukankah disekitar sini banyak sekali toko makanan? Kenapa ia
lama sekali. Ku lirik jam tangan baby-G
hitam yang melingkar manis di tangan kiriku, nampak kombinasi 2 jarum disana
yang dapat kuterjemahkan bahwasanya sekarang pukul 6 sore. Ku perluas
pandanganku keluar dinding kaca yang menjadi percahayaan yang paling dominan
saat siang hari itu. Dari dinding kaca ini, kau dapat melihat keadaan sekitar
gedung SmEntertainment dengan jelas.
Kudekatkan
tubuhku pada dinding kaca itu dan kuedarkan pandanganku kesekitar jalan menuju
gedung ini. Ku pertajam pandanganku ketika menemukan sesosok gadis memakai baju
dress putih berjalan disebrang jalan.
Ia adalah Kim Jee Won. Otakku tiba-tiba saja memutar ucapannya kemarin. Saat ia
mengatakan bahwa Kyungsoo telah memperhatikanku saat diakhir hubungan mereka.
Jee
Won menghentikan langkahnya. Ia nampak mencari-cari sesuatu di tas yang
dicincingnya. Terlihat ekspresi cemas saat ia tidak berhasil menemukan benda
yang dicari-carinya itu. Terburu-buru ia membalikkan badan dan tanpa sengaja
menabrak seseorang yang berada dibelakang tubuhnya. Ku edarkan pandanganku ke
seseorang yang ditabrak Jee Won. Aku masih belum bisa melihat wajah orang itu,
wajahnya masih tertutupi oleh tubuh Jee Won yang tersungkur ke trotoar. Orang
itu berdiri dan menjulurkan tangannya pada Jee Won yang belum juga berdiri,
meratapi nasibnya karena terjatuh dan sesekali mencibir tak jelas.
Orang
itu tak bergemih, ia masih saja menjulurkan tangannya pada Jee Won. Ku
miringkan kepalaku, berusaha mencari celah untuk mengetahui wajah dari orang
yang ditabrak Jee Won. Hela napas kukeluarkan tergesa, merasa kesal karena
tidak dapat melihat wajah orang itu.
Jee
Won meraih tangan orang itu tanpa memperhentikan wajah orang yang menolongnya.
Ia masih sibuk membersihkan lututnya yang kotor akibat terjatuh. Ketika ia
mengangkat wajahnya melihat orang yang menolongnya ia membulatkan kedua bola
matanya. Ditunjukkannya kespresi terkejut dari raut wajahnya. Ia segera melepas
ikatan tangannya dari orang itu. Dari tangan kanan orang yang menolong Jee Won
terdapat sebuah benda dan segera ia berikan kepada Jee Won.
Mungkin
benda itu adalah benda yang dicari Jee Won. Benda kecil berwarna biru yang
belum jelas kuterjemahkan benda apa itu karena terbatasnya jarak pandangku.
Orang itu memakai jaket bertudung hitam, jelana jeans. Dari postur tubuhnya,
kemungkinan besar ia adalah laki-laki. Dan sepertinya aku mengenal postur tubuh
itu. Tapi, entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja.
BEEP
BEEP
Suara
ponsel mengejutkanku. Segera kuambil ponsel yang berada di saku depan kantung
celana yang kupakai. Tertera nama Baro ketika kubuka pesan singkat itu. Tidak
biasanya ia mengirimi ku pesan.
From
: Baro
Bagaimana kabarmu, Ha
Yi? –Dong Hae
Ku
kerutkan keningku. Bukankah ini nomor ponsel-nya Baro? kenapa disini tertera
nama Dong Hae? Mungkinkah Dong Hae oppa
sedang meminjam ponsel milik adiknya? Entahlah. Dan untuk apa ia menanyakan
kabarku? Bukankah kemarin kita baru saja bertemu?
To
: Baro
Baik-baik saja, Oppa.
Segera
ku klik tombol reply dan mengetik
pesan yang akan ku kirim padanya, tak lama kemudian segera ku klik lagi tombol send. Belum lama menunggu sebuah balasan
sepertinya ku terima.
From
: Baro
Benarkah? Lalu kenapa
kau berdiri disana melamun?
Ku
tarik seketika kepalaku kebelakang. Bagaimana ia bisa tahu kalau dirinya sedang
berdiri? Dan apa katanya? ‘Disana melamun’, apa maksud dari kalimat itu?
To
: Baro
Em? Berdiri disana
melamun? Disana dimana?
Segera
ku klik tombol send setelah selesai
mengetik pesanku cepat. Lama, aku belum mendapatkan jawaban. Sontak, segera
kualihkan pandanganku pada orang yang tadi menolong Jee Won dan sekaligus juga
menjadi orang yang ditabaraknya. Namun, orang itu sudah tidak ada. Ah, sayang
sekali! Padahal, aku belum tau wajah orang itu. Sial!
“Apa
yang kau lakukan disini?”
Sebuah
suara tiba-tiba saja muncul dari belakang tubuhku. Seketika, ku balikkan
tubuhku untuk melihat sumber suara. Dapat kulihat laki-laki bertubuh lebih
tinggi dari ku berdiri tegak tepat dibelakang tubuhku.
“Kamjaggiya!!”
Ucapku
ketika melihat orang itu lalu menghembuskan napas pelan karena tau bahwa orang
yang mengagetkanku adalah kakaknya Baro, Dong Hae. Ia nampak bahagia karena
berhasil membuatku terkejut. Bahkan, ia sekarang sedang tertawa terbahak-bahak
sampai terduduk di lantai. Ia sepertinya menertawai ekspresiku saat terkejut
tadi.
“Apakah
kau harus sebahagia itu melihat orang yang sedang terkejut?” Protesku. Ia
lantas berdiri dan berusaha mengatur napasnya untuk segera berbicara padaku.
Tangan kanannya meraih bahuku, ia lalu menghembuskan napas.
“Mianhae, aku hanya sedikit membuat
lelucon saja. Aku kesini mencari Kyungsoo. Bukankah disini seharusnya ada
Kyungsoo?”
Kuedarkan
mataku menyamai gerak pandang lelaki yang berada dihadapanku. Ia mencari tiap
sudut ruangan, berusaha mencari keberadaan Kyungsoo. Aku berhenti sejenak,
kuperhatikan pria ini dari bawah hingga atas. Beberapa detik yang lalu,
kuberpikir bahwa dia yang di ajak Jee Won bicara di bawah tadi. Tapi,
sepertinya bukan. Karena ia tidak memakai jaket tudung dan postur tubuhnya pun
juga berbeda.
“Kenapa
kau melihatku seperti itu?”
Ia
tiba-tiba saja memberi ku pertanyaan. Aku terkesiap dan mengembangkan
senyumanku seraya menggeleng-gelengkan kepalaku pelan. Ia hanya merespon
jawabanku dengan bibir yang disudutkan lalu menganggukkan kepalanya dua kali.
“Kalau
begitu aku pergi dulu. Oh ya, sekarang ponsel Baro menjadi miliku. Jadi, nomor
yang kau simpan di ponsel-mu dengan nama Baro segera kau ganti dengan namaku.
Untuk nomer Baro yang sekarang, akan ku kirimkan nanti. Araseo? Anyeong!” Ia
lantas pergi begitu saja dari tempatnya berdiri dan menghilang dibalik pintu.
Aku berguman. Kenapa orang-orang hari ini hanya meninggalkanku sendiri.
Menyebalkan.
Tiba-tiba
saja, aku ingin ke kamar mandi. Perutku sudah merasa sakit dan tidak bisa
dilakukan kompromi lagi jika sudah seperti ini. Segera ku berlari menuju ke pintu
dan melesat ke kamar mandi terdekat.
Lima
belas menit mengeluarkan beban-beban di perutku membuatku merasa lega dan
segera keluar dari kamar mandi. Berjalan pelan ke tempat studio. Semoga saja
disana sudah ada Kyungsoo. Sangat menyebalkan berada diruangan sebesar itu jika
sendirian. Sesampainya didepan pintu studio, ku hentikan langkahku. Dapat
kudengar suara samar-samar dari luar. Ku mengerutkan keningku, sepertinya suara
itu adalah suara Kyungsoo dan Baro. Segera ku kembangkan senyumanku, senang karena
aku tak sendirian kali ini.
Kuangat
tanganku menyetuh pelatuk pintu untuk membukanya. Namun segera kuhentikan lagi
ketika namaku tiba-tiba saja terdengar dari percakapan mereka. Kali ini, aku
tak berniat untuk masuk ke ruangan itu. Melainkan, mendengar percakapan mereka
dari luar.
“Hyung!” Ku dekatkan telingaku pada papan
pintu. Terdengar suara Kyungsoo yang sedikit menaikkan nada berbicaranya pada
Baro. Tidak biasa ku mendengar nada bicara Kyungsoo seperti itu.
“Dia
dari awal bukan milikmu! Bukankah sudah kau ketahui itu?” Nada bicara Baro
menyamai Kyungsoo. Ku terkesiap mendengar percakapan mereka. Sepertinya mereka
membicaran sesuatu yang serius.
“Tapi
Hyungㅡ!”
“Sampai
kapan kau ingin menyembunyikan kenyataan ini? Dan bagaimana kau bisa
menyembunyikannya juga dariku? Aku adalah Hyung-mu!
Meskipun kau hanya anak yang diangkat oleh orang tuaku, aku masih menganggapmu
sebagai dongsaeng-ku sendiri!!”
Ku
menghentikan napasku. Kyungsoo adalah anak angkat dari keluarga Baro. Ku telan saliva-ku mendengar ucapan Baro. Aku tak
bisa habis pikir, bagaimana bisa itu terjadi. Kenapa mereka tidak pernah
menceritakannya padaku?
“Mianhaeyo, hyung.. jeongmal mianhae.”
Suara sendu dan penyesalan kudengar dari suara Kyungsoo.
“Kau
sudah tahu berapa lama ku habiskan waktuku untuk mencarinya? Setelah ku
menemukan celah keberadaan gadis ini, baru ku tau bahwa kau sudah mengetahui
semuanya dan tidak mengatakan apa pun padaku tentangnya. Disaat aku hanya
menemukan 2 celah, kau sudah menemukan 10 celah. Bahkan kau bersamanya
sepanjang waktu. Apa kau pernah membayangkang perasaan bagaimana jika aku
mengetahui apa yang kau lakukan?”
“Mianhae Hyung.”
“Berhenti
meminta maaf padaku! Sekarang, tinggalkan gadis itu dan katakan siapa
sebenarnya kau dan aku padanya!”
“Dia
adalah hidupku hyung! Sungguh, pada
awalnya aku tak tahu bahwa gadis itu adalah dia. Aku sudah lama menaruh hati
padanya. Sungguh. Dan saat aku tahu bahwa gadis itu adalah yang kau cari, aku
sempat ingin memberitahumu. Namun, aku masih belum siap hyung. Aku masih ingin bersama gadis itu sedikit lebih lama sebelum
kau tahu yang sebenarnya dan mengambilnya dariku.”
“Apa
itu alasanmu? Tapi tetap saja, bagaimana kau bisa berbohong padaku? Setidaknya
kau beritahuku Kyungsoo-ya!! Dan gadis itu bukankah juga mengira kau adalah
aku?! Kau sama saja membohonginya!”
“Tapi—”
“Lee
Ha Yi! Katakan pada gadis itu bahwa laki-laki masa lalunya bukan kau,
Kyungsoo!! Melainkan aku!!”
Ku
membulatkan kedua bola mataku. Jantungku serasa di hujam oleh sebilah pisau
yang sangat tajam. Napasku naik turun tidak karuan. Aku tak tahu harus
bagaimana. Apa yang sebenarnya yang mereka bicarakan? Aku? Gadis yang dicari
oleh Baro? Laki-laki masa laluku adalah Baro bukan Kyungsoo? Ada apa ini?
Kenapa semuanya tiba-tiba saja berbalik 180°.
Rasa
pening tiba-tiba saja menghampiri kepalaku. Aku tak habis pikir. Benar-benar
tak habis pikir tentang apa yang baru saja ku dengar. Aku tak bisa hanya diam
begitu saja. Segera kuputar pelatuk pintu yang berada dihadapanku dan segera
masuk keruangan itu.
“Apa
yang sedang kalian bicarakan?”
To be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^