S.P.R.I.N.G
Series
[Memorise of Spring]
A fanfiction by Zi_You
Watch : Video Teaser
Read for:
Title: | Main Cast : Kang Min Hyuk (CNBlue), Jung Soo Jung (fx)
| Genre : a little bit (Hurt
and Fluff) | Duration : Ficlet|
Summary :
Bukankah ini adalah musim semi yang
kau janjikan kepadaku?
Mengapa kau mengingkarinya?
.
.
Happy
reading!
.
.
Gadis
itu masih memandang langit senja dari balik kaca bening, di pojok cafe Distric Seoul. Mentari yang kembali ke
peraduannya, menimbulkan semburat jingga yang terpantulkan ke seluruh penjuru kota.
Membuat gadis cantik tersebut menyunggingkan senyum simpulnya. Ia menutup
kelopak matanya perlahan. Merasakan udara senja di awal April ini. Bersamaan
dengan tertutupnya kelopak matanya, fikirannya melayang. Menuju masa lalunya,
mungkin.
“Kau
tahu? Melihat sunset dengan seorang
teman lelakiku, adalah impianku sejak lama.” Gadis cantik itu menatap lembut
teman lelakinya. Beberapa anak rambutnya bertebangan mengikuti desiran angin
senja. Dari bibir pantai inilah, matahari senja itu semakin terlihat jelas.
Bahkan pantulan semburat jingga itu mengenai keduanya.
“Benarkah?
Ku rasa kau memiliki banyak teman lelaki, yang bisa mengajakmu ke tempat dimana
melihat sunset?” ucap lelaki dengan
perawakan jangkung itu. Kini mata coklatnya menatap lembut gadis cantik di
sampingnya tersebut.
“Yeah. Aku memang memiliki banyak teman
lelaki. Namun, ku rasa mereka tak tahu cara berkencan dengan menikmati matahari
senja... sepertimu.” Ucap gadis cantik tersebut. Bersamaan dengan frasanya yang
telah berakhir, ia memalingkan kepalanya. Mencari objek lain yang mampu
mengunci penglihatannya, selain lelaki jangkung di sampingnya ini.
Berbeda
dengan lelaki jangkung di samping gadis tersebut.Kedua alisnya menyernyit. Pun
dengan otaknya yang mencerna ucapan gadis tersebut. Lantas sedetik kemudian
kedua bibirnya menyunggingkan senyum simpul.
“Well, kau merasa ini kencan antara
seorang lelaki dengan gadisnya? Bukan pertemanan seorang lelaki dengan teman
gadisnya?” Pertanyaan lelaki jangkung tersebut, membuat gadis tersebut menelan
ludah dengan payahnya. Ia seolah tercekat dengan pertanyaan lelaki disampingnya
ini. Ia pun menolehkan kepalanya. Raut wajah terejut akibat frasa dari lelaki
jangjung tersebut, semakin kentara sekali.
“Err, I don’t mean it. Lupakan tentang frasaku
beberapa menit lalu.” Ucap gadis cantik tersebut. Ia kembali
menolehkan kepalanya pada objek lain. Alih-alih untuk menghindari tatapan
lelaki tersebut. Sedang lelaki jangkung tersebut, hanya tersenyum simpul
melihat lawan bicaranya.
“Jika
kau mengganggap ini kencan antara lelaki dengan gadisnya, akupun mengganggapnya
sama.”
Krystal—gadis cantik itu, membuka kembali
kelopak matanya, ketika sebuah suara lembut lain, menelusup melewati gendang
telinganya. Membuat khayalan masa lalunya seolah hilang seketika.
“Mau
memesan apa, Nona?” ucap pelayan wanita tersebut. Ia tersenyum ramah.
“Secangkir
bubble tea.”
Lelaki itu memandang seksama langit jingga, dari
pelabuhan tempatnya berdiri. Semburat jingga yang terpantulkan itupun, juga
mengenai wajah tampan nan menggemaskan itu. Ia menghirup udara senja di awal
April ini. Lantas memejamkan matanya.
“Kau
pernah berfikir tentang hari ini? Tentang kencan antara lelaki dengan
gadisnya?” ucap lelaki jangkung tersebut. Ia memandang gadis di sampingnya.
Walau semburat jingga itu mengenai wajahnya, namun ia masih bisa melihat wajah
cantiknya di jarak terdekat ini.
“Sebelum
matahari terbenam, hingga saat ini, aku tak pernah berkata ini kencan antara
lelaki dengan gadisnya.” Ucap gadis cantik tersebut seraya menolehkan
kepalanya. Menatap lelaki di sampingnya ini.
“Lantas?”
Ucapan singkatnya membuat gadis cantik disampingnya ini menghentikan
langkahnya. Kendati demikian, tautan jemari mereka masih saja bersatu.
“Aku—”
“Kencan
antara lelaki dengan teman dekatnya itu, tak ada, Krys. Hanya ada kencan antara
lelaki dengan gadisnya.” Ucap lelaki tersebut, masih dengan senyum manisnya
yang mengembang di kedua sudut bibirnya.
“Tapi,
aku bukan gadismu, Min Hyuk-a.”
“Sejak
kau mengganggap ini adalah kencan. Kau adalah milikku.” Pernyataan Min Hyuk—lelaki jangkung tersebut, membuat
Krystal—gadis cantik di samping Min Hyuk ini, kembali menelan ludah
dengan payahnya. Ia seolah merasakan tercekat, kembali. Ia mengalihkan
pandangannya, dari tatapan mata Min Hyuk. Menghembuskan nafasnya, entah untuk
keberapa kali. Ia bahkan tak pernah membayangkan Min Hyuk akan melontarkan
pernyataan tersebut.
Krystal
memejamkan matanya, sejenak. Lantas kembali membuka kelopak matanya, bersamaan
dengan hembusan nafasnya. Pun dengan sakura yang menuruni rambut coklat
bergelombangnya.
“Krys..” Sapaan dari Min Hyuk itu, membuatnya menatap
kembali iris mata Min Hyuk, dalam.
“Berjanjilah
untuk menemaniku berjalan di sepanjang jalan setapak ini, setiap musim semi,
ketika sakura pertama jatuh.”
Min Hyuk
membuka kelopak matanya. Deringan ponselnya seolah menginginkannya kembali pada
alam sadarnya. Ia hanya tersenyum simpul. Untuk memorinya yang membuatnya
melupakan alam sadarnya sejenak. Pun dengan nama yang tertera pada layar
ponselnya, yang tak menunjukkan nama ‘gadis lamanya’. Lantas menghembuskan
nafasnya, sebelum ia menjawab panggilan tersebut.
“Yeoboseyo, hyung.”
“Min
Hyuk-a, kau dimana?” ucap seorang
lelaki yang—mungkin
berusia lebih tua dari Min Hyuk. Ia memandang sekitarnya, sebelum ia menjawab
pertanyaan tersebut.
“Aku di
dekat pelabuhan. Waeyo, hyung?”
“Kau
ingin melupakan makan malammu?” Pertanyaan seorang lelaki di sebrang sambungan
telfon ini, membuatnya melirik arloji hitam miliknya. Pukul 06.00 PM, untuk
waktu Korea Selatan.
“Oh, baiklah hyung. Aku akan segera kembali.” Ia mematikan sambungan telfon
tersebut. Lantas mengembalikan ponselnya pada saku celananya. Dan berjalan
sendiri. Tanpa seorang gadis yang akan mengaitkan jemarinya.
****
Krystal masih menikamati senja lewat kaca bening di pojok
cafe ini, dengan segelas bubble tea. Mungkin lebih dari 30 menit ia duduk
sendiri di pojok cafe ini. Tidak. Ia tidak bermaksud menunggu seseorang. Bahkan
ia kemari atas permintaan dirinya sendiri. Bukan karena perjanjiannya pada
seorang lelaki.
“Sudah lama menunggu?” Suara lembut seorang gadis itu,
membuyarkan lamunan lelaki tampan itu. Lantas ia menolehkan kepalanya, dengan
senyum simpul yang mengembang.
“Emm, baru 30 menit.” Ucapnya seraya melirik sekilas
arloji hitamnya. Membuat gadis tersebut tersenyum simpul. Dan menyembunyikan
rasa malunya, disana. Ia lantas mendudukkan dirinya pada kursi di depan lelaki
tersebut.
“Bukankah sudah kukatakan, jika aku terlalu lama batalkan
janji ini.”
“Lantas aku akan mengingkari janjiku untuk kencan kedua
kita? Tidak, semudah itu Krys.” Ucap lelaki tersebut, seraya menyunggikan
senyum manisnya. Dengan pandangan matanya yang terkunci pada iris mata gadis di
depannya ini.
Krystal kembali menghembuskan
nafasnya. Ini berat. Fikirannya mulai kacau. Sejak ia menginjakkan kakinya pada
cafe ini, otaknya mengembalikannya pada memori masa lalunya. Seolah Min Hyuk
ada di setiap ia tak lagi mampu mengendalikan dirinya tentang alam sadarnya,
dengan alam khayalannya.
“Yeboseyo, Min—”
“Eoh,
Krystal-a, kau dimana?” Dan Krystal
kembali menelan ludah dengan payahnya. Deringan ponselnya ternyata tak
membuatnya tersadar pada alam sadarnya. Ia melihat layar ponselnya. Lagi, ia
menghembuskan nafas beratnya. Pun, dengan senyum simpulnya. Bukan nama Min Hyuk
pada layar ponselnya.
“Aku
di cafe, eonnie. Waeyo?”
“Kau
ingin melewatkan makan malammu?” Pertanyaan seorang gadis di sebrang sambungan
telfon ini, membuatnya melirik arloji putih miliknya. Pukul 06.00 PM, untuk
waktu Korea Selatan.
“Oh, baiklah eonnie. Aku akan segera kembali.” Ia mematikan sambungan telfon
tersebut. Lantas mengembalikan ponselnya pada tas slempang miliknya. Meletakkan
beberapa lembar won, pada mejanya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya, untuk
keluar dari cafe ini.
****
Krystal masih melangkahkan kakinya pada sepanjang jalan
setapak ini. Tentu tanpa seorang lelaki yang mungkin akan mengaitkan jemarinya
padanya. Fikirannya melayang, entah kemana. Kendati ia memperhatikan jalannya,
namun seolah ia tak berada dalam alam sadarnya. Mungkin memorinya
mengembalikannya pada masa lalunya, mungkin juga tidak.
Sepasang iris mata Krystal menangkap sekelebat bayangan
seorang lelaki jangkung, yang tengah berjalan sendiri. Seperti dirinya. Tanpa
seorang yang akan mengaitkan jemari padanya.
‘Min Hyuk! Apakah
ini alam sadarku?’
Ia menggeleng kepalanya pelan. Ia sendiri bahkan tak
mampu mengendalikan antara alam sadarnya dengan alam khayalnya. Awal musim semi
ini membuatnya semakin tersiksa, dengan kenangannya bersama Min Hyuk.
‘Untuk berapa lama
lagi, aku tak dapat membedakanalam sadarku dengan alam khayalku?’
Kendati ini seperti alam khayalnya, namun tak dapat
dipungkiri bahwa sekelebat bayangan lelaki jangkung itu semakin terlihat nyata,
dari pandangan Krystal. Walau gulita malam, sedikit menutupi wajahnya.
Min Hyuk masih menapaki jalan setapak ini, sendiri.
Kendati suara klakson yang beradu. Namun, ia seolah merasa sendiri. Ia hanya
menginginkan ‘gadis lamanya’ menemaninya, agar ia tak merasa sendiri. Ia
menghembuskan nafas beratnya. Takdir sedang tak beradadi pihaknya, untuk
menghadirkan gadisnya di sampingnya.
Ia mengamati sekelilingnya. Langit senja tak lagi
terlihat. Bahkan kini mulai berganti dengan gulita malam. Iris matanya terkunci
pada objek yang berdiri tak jauh darinya. Mengamatinya. Sejak itu pula, ia
merasa Krystal-lah yang mengamatinya.
‘Ku mohon, jangan
membuatku berharap tentang alam khayalku, kembali.’
Min Hyuk merutuki dirinya. Ia menggelengkan kepalnya.
Seolah meyakinkan dirinya, bahwa keyakinannya pada objek yang menatapnya adalah
Krystal, adalah salah.
Dan ketika deringan ponselnya menunjukkan nama ‘gadis
lamanya’ keyakinan pada objek yang melihatnya adalah Krystal, mulai terbangun
kembali.
‘Berjanjilah untuk menemaniku
berjalan di sepanjang jalan setapak ini, setiap musim semi, ketika sakura pertama
jatuh.’
Memori
lamanya kembali menghampirinya, membawa suara lembut Krystal pada gendang
telinganya. Ia menatap kembali layar ponselnya. Nama ‘gadis lamanya’ masih
terlihat. Pun dengan objek yang berdiri tak jauh darinya itu, menempelkan
ponselnya pada telinganya.
Min
Hyukmenekan tombol untuk menerima sambungan telfon tersebut. Berniat mengawali
pembicaraan akrab, setelah sekian lama ia tak berkomunikasi dengan ‘gadis
lamanya’. Ia lantas menempelkan ponselnya pada telinganya. Pun dengan kakinya,
yang kembali ia langkahkan.
“Yeoboseyo.”
Krystal
sedikit menunggu lama, untuk panggilan itu. Ia ingin memastikan penglihatannya
bukanlah khayalannya semata. Ia menginginkan dirinya kembali pada alam
sadarnya.
Terlihat
objek yang berdiri tak jauh darinya, melihat ponselnya, lama. Terlihat keraguan
untuk menerima sambungan telfon itu.
‘Ku
mohon, ijinkan aku memastikan penglihatanku bukanlah khayalanku semata.’
Dan
ketika sebuah suara bass yang mengalun dari sambungan telfonnya, ia membuka
kelopak matanya yang sempat ia tutup. Beberapa detik lalu, ia telah berfikir
bahwa ini adalah alam khayalnya. Namun, suara bass itu membuktikan bahwa ini
alam sadarnya yang sesungguhnya.
“Min
Hyuk-sshi..”Ia berucap lirih. Pun dengan nada gugup yang tak dapat ia
pisahkan, saat bibirnya berucap nama ‘lelaki lamanya’.
Ada
rasa sakit, ketika ia mengucapkan nama tersebut. Seolah ia bertegur sapa dengan
orang asing, yang ia telfon untuk pertama kalinya.
“Oh,
Krystal-sshi..” lidah Min Hyuk serasa
kelu, untuk mengucapkan saapannya pada ‘gadis lamanya’. Bukan. Bukan karena ia
membenci ‘gadis lamanya’ yang menginggalkannya. Tapi, tersirat bahwa ia merasa
seorang yang menelfonnya adalah seorang lain. Bukan ‘gadis lamanya’.
‘Bukankah ini adalah musim semi
yang kau janjikan kepadaku?Mengapa kau mengingkarinya?’
Min
Hyuk masih bertahan dengan keheningan yang Krystal ciptakan. Kendati demikian,
ia merasa tak jengah. Ia menikmati keheningan ini.
Krystal
merasa air matanya telah berada di ujung pelupuk matanya. Dan mungkin jika ia
tak bersikeras menahannya, akan jatuh dalam detik berikutnya. Namun, ia tak
menginginkan itu. Biarlah hatinya yang sedikit tersiksa dengan memori lamanya
bersama Min Hyuk.
Bahkan
ketika langkahnya terhenti, ia semakin menyadari bahwa rasa sakitnya semakin
kentara. Aroma feromon itu, semakin menusuk hidungnya. Semakin menguatkan bahwa
ia berada di alam sadar yang sebenarnya. Bukan memori yang membawanya pada
kebersamaannya bersama Min Hyuk.
“Aku
merindukanmu.”
.
Ketika memorimu membawamu pada masa
lalu
Membawa secuil kisah lamamu
Akankah kau berfikir bahwa kau
ingin menghentikan waktu,
dan kembali pada masa itu?
.
-the end-
a/n
:
Oke, maafkan saya readers kalo ficlet ini kurang nge-feel, gak nyambung sama covernya, atau
apalah. Yang jelas saya tahu kalo ficlet ini masih banyak kurangnya. So, masih butuh review dari kalian. See you next ff.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^