Selasa, 01 April 2014

SPRING - I



I
S.P.R.I.N.G
Series
[Memorise of Spring]



A fanfiction by Zi_You

 Watch : Video Teaser

Read for:

SPR | Now

Title: | Main Cast : Kang Min Hyuk (CNBlue), Jung Soo Jung (fx)  | Genre : a little bit (Hurt and Fluff) | Duration : Ficlet| 

Summary :
Bukankah ini adalah musim semi yang kau janjikan kepadaku?
Mengapa kau mengingkarinya?
.
.
Happy reading!
.
.
Gadis itu masih memandang langit senja dari balik kaca bening, di pojok cafe Distric Seoul. Mentari yang kembali ke peraduannya, menimbulkan semburat jingga yang terpantulkan ke seluruh penjuru kota. Membuat gadis cantik tersebut menyunggingkan senyum simpulnya. Ia menutup kelopak matanya perlahan. Merasakan udara senja di awal April ini. Bersamaan dengan tertutupnya kelopak matanya, fikirannya melayang. Menuju masa lalunya, mungkin.
“Kau tahu? Melihat sunset dengan seorang teman lelakiku, adalah impianku sejak lama.” Gadis cantik itu menatap lembut teman lelakinya. Beberapa anak rambutnya bertebangan mengikuti desiran angin senja. Dari bibir pantai inilah, matahari senja itu semakin terlihat jelas. Bahkan pantulan semburat jingga itu mengenai keduanya.
“Benarkah? Ku rasa kau memiliki banyak teman lelaki, yang bisa mengajakmu ke tempat dimana melihat sunset?” ucap lelaki dengan perawakan jangkung itu. Kini mata coklatnya menatap lembut gadis cantik di sampingnya tersebut.
Yeah. Aku memang memiliki banyak teman lelaki. Namun, ku rasa mereka tak tahu cara berkencan dengan menikmati matahari senja... sepertimu.” Ucap gadis cantik tersebut. Bersamaan dengan frasanya yang telah berakhir, ia memalingkan kepalanya. Mencari objek lain yang mampu mengunci penglihatannya, selain lelaki jangkung di sampingnya ini.
Berbeda dengan lelaki jangkung di samping gadis tersebut.Kedua alisnya menyernyit. Pun dengan otaknya yang mencerna ucapan gadis tersebut. Lantas sedetik kemudian kedua bibirnya menyunggingkan senyum simpul.
Well, kau merasa ini kencan antara seorang lelaki dengan gadisnya? Bukan pertemanan seorang lelaki dengan teman gadisnya?” Pertanyaan lelaki jangkung tersebut, membuat gadis tersebut menelan ludah dengan payahnya. Ia seolah tercekat dengan pertanyaan lelaki disampingnya ini. Ia pun menolehkan kepalanya. Raut wajah terejut akibat frasa dari lelaki jangjung tersebut, semakin kentara sekali.
 Err, I don’t mean it. Lupakan tentang frasaku beberapa menit lalu.”  Ucap gadis cantik tersebut. Ia kembali menolehkan kepalanya pada objek lain. Alih-alih untuk menghindari tatapan lelaki tersebut. Sedang lelaki jangkung tersebut, hanya tersenyum simpul melihat lawan bicaranya.
“Jika kau mengganggap ini kencan antara lelaki dengan gadisnya, akupun mengganggapnya sama.”
Krystalgadis cantik itu, membuka kembali kelopak matanya, ketika sebuah suara lembut lain, menelusup melewati gendang telinganya. Membuat khayalan masa lalunya seolah hilang seketika.
“Mau memesan apa, Nona?” ucap pelayan wanita tersebut. Ia tersenyum ramah.
“Secangkir bubble tea.”
****

            Lelaki itu memandang seksama langit jingga, dari pelabuhan tempatnya berdiri. Semburat jingga yang terpantulkan itupun, juga mengenai wajah tampan nan menggemaskan itu. Ia menghirup udara senja di awal April ini. Lantas memejamkan matanya.
“Kau pernah berfikir tentang hari ini? Tentang kencan antara lelaki dengan gadisnya?” ucap lelaki jangkung tersebut. Ia memandang gadis di sampingnya. Walau semburat jingga itu mengenai wajahnya, namun ia masih bisa melihat wajah cantiknya di jarak terdekat ini.
“Sebelum matahari terbenam, hingga saat ini, aku tak pernah berkata ini kencan antara lelaki dengan gadisnya.” Ucap gadis cantik tersebut seraya menolehkan kepalanya. Menatap lelaki di sampingnya ini.
“Lantas?” Ucapan singkatnya membuat gadis cantik disampingnya ini menghentikan langkahnya. Kendati demikian, tautan jemari mereka masih saja bersatu.
“Aku
“Kencan antara lelaki dengan teman dekatnya itu, tak ada, Krys. Hanya ada kencan antara lelaki dengan gadisnya.” Ucap lelaki tersebut, masih dengan senyum manisnya yang mengembang di kedua sudut bibirnya.
“Tapi, aku bukan gadismu, Min Hyuk-a.”
“Sejak kau mengganggap ini adalah kencan. Kau adalah milikku.” Pernyataan Min Hyuklelaki jangkung tersebut, membuat Krystalgadis cantik di samping Min Hyuk ini, kembali menelan ludah dengan payahnya. Ia seolah merasakan tercekat, kembali. Ia mengalihkan pandangannya, dari tatapan mata Min Hyuk. Menghembuskan nafasnya, entah untuk keberapa kali. Ia bahkan tak pernah membayangkan Min Hyuk akan melontarkan pernyataan tersebut.
Krystal memejamkan matanya, sejenak. Lantas kembali membuka kelopak matanya, bersamaan dengan hembusan nafasnya. Pun dengan sakura yang menuruni rambut coklat bergelombangnya.
“Krys..”  Sapaan dari Min Hyuk itu, membuatnya menatap kembali iris mata Min Hyuk, dalam.
“Berjanjilah untuk menemaniku berjalan di sepanjang jalan setapak ini, setiap musim semi, ketika sakura pertama jatuh.”
Min Hyuk membuka kelopak matanya. Deringan ponselnya seolah menginginkannya kembali pada alam sadarnya. Ia hanya tersenyum simpul. Untuk memorinya yang membuatnya melupakan alam sadarnya sejenak. Pun dengan nama yang tertera pada layar ponselnya, yang tak menunjukkan nama ‘gadis lamanya’. Lantas menghembuskan nafasnya, sebelum ia menjawab panggilan tersebut.
Yeoboseyo, hyung.”
“Min Hyuk-a, kau dimana?” ucap seorang lelaki yangmungkin berusia lebih tua dari Min Hyuk. Ia memandang sekitarnya, sebelum ia menjawab pertanyaan tersebut.
“Aku di dekat pelabuhan. Waeyo, hyung?”
“Kau ingin melupakan makan malammu?” Pertanyaan seorang lelaki di sebrang sambungan telfon ini, membuatnya melirik arloji hitam miliknya. Pukul 06.00 PM, untuk waktu Korea Selatan.
 “Oh, baiklah hyung. Aku akan segera kembali.” Ia mematikan sambungan telfon tersebut. Lantas mengembalikan ponselnya pada saku celananya. Dan berjalan sendiri. Tanpa seorang gadis yang akan mengaitkan jemarinya.
****
            Krystal masih menikamati senja lewat kaca bening di pojok cafe ini, dengan segelas bubble tea. Mungkin lebih dari 30 menit ia duduk sendiri di pojok cafe ini. Tidak. Ia tidak bermaksud menunggu seseorang. Bahkan ia kemari atas permintaan dirinya sendiri. Bukan karena perjanjiannya pada seorang lelaki.
            “Sudah lama menunggu?” Suara lembut seorang gadis itu, membuyarkan lamunan lelaki tampan itu. Lantas ia menolehkan kepalanya, dengan senyum simpul yang mengembang.
            “Emm, baru 30 menit.” Ucapnya seraya melirik sekilas arloji hitamnya. Membuat gadis tersebut tersenyum simpul. Dan menyembunyikan rasa malunya, disana. Ia lantas mendudukkan dirinya pada kursi di depan lelaki tersebut.
            “Bukankah sudah kukatakan, jika aku terlalu lama batalkan janji ini.”
            “Lantas aku akan mengingkari janjiku untuk kencan kedua kita? Tidak, semudah itu Krys.” Ucap lelaki tersebut, seraya menyunggikan senyum manisnya. Dengan pandangan matanya yang terkunci pada iris mata gadis di depannya ini.
            Krystal kembali menghembuskan nafasnya. Ini berat. Fikirannya mulai kacau. Sejak ia menginjakkan kakinya pada cafe ini, otaknya mengembalikannya pada memori masa lalunya. Seolah Min Hyuk ada di setiap ia tak lagi mampu mengendalikan dirinya tentang alam sadarnya, dengan alam khayalannya.
Yeboseyo, Min
“Eoh, Krystal-a, kau dimana?” Dan Krystal kembali menelan ludah dengan payahnya. Deringan ponselnya ternyata tak membuatnya tersadar pada alam sadarnya. Ia melihat layar ponselnya. Lagi, ia menghembuskan nafas beratnya. Pun, dengan senyum simpulnya. Bukan nama Min Hyuk pada layar ponselnya.
“Aku di cafe, eonnie. Waeyo?”
“Kau ingin melewatkan makan malammu?” Pertanyaan seorang gadis di sebrang sambungan telfon ini, membuatnya melirik arloji putih miliknya. Pukul 06.00 PM, untuk waktu Korea Selatan.
 “Oh, baiklah eonnie. Aku akan segera kembali.” Ia mematikan sambungan telfon tersebut. Lantas mengembalikan ponselnya pada tas slempang miliknya. Meletakkan beberapa lembar won, pada mejanya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya, untuk keluar dari cafe ini. 
****
            Krystal masih melangkahkan kakinya pada sepanjang jalan setapak ini. Tentu tanpa seorang lelaki yang mungkin akan mengaitkan jemarinya padanya. Fikirannya melayang, entah kemana. Kendati ia memperhatikan jalannya, namun seolah ia tak berada dalam alam sadarnya. Mungkin memorinya mengembalikannya pada masa lalunya, mungkin juga tidak.
            Sepasang iris mata Krystal menangkap sekelebat bayangan seorang lelaki jangkung, yang tengah berjalan sendiri. Seperti dirinya. Tanpa seorang yang akan mengaitkan jemari padanya.
            ‘Min Hyuk! Apakah ini alam sadarku?’
            Ia menggeleng kepalanya pelan. Ia sendiri bahkan tak mampu mengendalikan antara alam sadarnya dengan alam khayalnya. Awal musim semi ini membuatnya semakin tersiksa, dengan kenangannya bersama Min Hyuk.
            ‘Untuk berapa lama lagi, aku tak dapat membedakanalam sadarku dengan alam khayalku?’
            Kendati ini seperti alam khayalnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa sekelebat bayangan lelaki jangkung itu semakin terlihat nyata, dari pandangan Krystal. Walau gulita malam, sedikit menutupi wajahnya.
            Min Hyuk masih menapaki jalan setapak ini, sendiri. Kendati suara klakson yang beradu. Namun, ia seolah merasa sendiri. Ia hanya menginginkan ‘gadis lamanya’ menemaninya, agar ia tak merasa sendiri. Ia menghembuskan nafas beratnya. Takdir sedang tak beradadi pihaknya, untuk menghadirkan gadisnya di sampingnya.
            Ia mengamati sekelilingnya. Langit senja tak lagi terlihat. Bahkan kini mulai berganti dengan gulita malam. Iris matanya terkunci pada objek yang berdiri tak jauh darinya. Mengamatinya. Sejak itu pula, ia merasa Krystal-lah yang mengamatinya.
            ‘Ku mohon, jangan membuatku berharap tentang alam khayalku, kembali.’
            Min Hyuk merutuki dirinya. Ia menggelengkan kepalnya. Seolah meyakinkan dirinya, bahwa keyakinannya pada objek yang menatapnya adalah Krystal, adalah salah.
            Dan ketika deringan ponselnya menunjukkan nama ‘gadis lamanya’ keyakinan pada objek yang melihatnya adalah Krystal, mulai terbangun kembali.
            Berjanjilah untuk menemaniku berjalan di sepanjang jalan setapak ini, setiap musim semi, ketika sakura pertama jatuh.’
            Memori lamanya kembali menghampirinya, membawa suara lembut Krystal pada gendang telinganya. Ia menatap kembali layar ponselnya. Nama ‘gadis lamanya’ masih terlihat. Pun dengan objek yang berdiri tak jauh darinya itu, menempelkan ponselnya pada telinganya.
            Min Hyukmenekan tombol untuk menerima sambungan telfon tersebut. Berniat mengawali pembicaraan akrab, setelah sekian lama ia tak berkomunikasi dengan ‘gadis lamanya’. Ia lantas menempelkan ponselnya pada telinganya. Pun dengan kakinya, yang kembali ia langkahkan.
            Yeoboseyo.
            Krystal sedikit menunggu lama, untuk panggilan itu. Ia ingin memastikan penglihatannya bukanlah khayalannya semata. Ia menginginkan dirinya kembali pada alam sadarnya.
            Terlihat objek yang berdiri tak jauh darinya, melihat ponselnya, lama. Terlihat keraguan untuk menerima sambungan telfon itu.
            ‘Ku mohon, ijinkan aku memastikan penglihatanku bukanlah khayalanku semata.’
            Dan ketika sebuah suara bass yang mengalun dari sambungan telfonnya, ia membuka kelopak matanya yang sempat ia tutup. Beberapa detik lalu, ia telah berfikir bahwa ini adalah alam khayalnya. Namun, suara bass itu membuktikan bahwa ini alam sadarnya yang sesungguhnya.
            “Min Hyuk-sshi..”Ia berucap lirih. Pun dengan nada gugup yang tak dapat ia pisahkan, saat bibirnya berucap nama ‘lelaki lamanya’.
Ada rasa sakit, ketika ia mengucapkan nama tersebut. Seolah ia bertegur sapa dengan orang asing, yang ia telfon untuk pertama kalinya.
“Oh, Krystal-sshi..” lidah Min Hyuk serasa kelu, untuk mengucapkan saapannya pada ‘gadis lamanya’. Bukan. Bukan karena ia membenci ‘gadis lamanya’ yang menginggalkannya. Tapi, tersirat bahwa ia merasa seorang yang menelfonnya adalah seorang lain. Bukan ‘gadis lamanya’.
‘Bukankah ini adalah musim semi yang kau janjikan kepadaku?Mengapa kau mengingkarinya?’
Min Hyuk masih bertahan dengan keheningan yang Krystal ciptakan. Kendati demikian, ia merasa tak jengah. Ia menikmati keheningan ini.
Krystal merasa air matanya telah berada di ujung pelupuk matanya. Dan mungkin jika ia tak bersikeras menahannya, akan jatuh dalam detik berikutnya. Namun, ia tak menginginkan itu. Biarlah hatinya yang sedikit tersiksa dengan memori lamanya bersama Min Hyuk.
Bahkan ketika langkahnya terhenti, ia semakin menyadari bahwa rasa sakitnya semakin kentara. Aroma feromon itu, semakin menusuk hidungnya. Semakin menguatkan bahwa ia berada di alam sadar yang sebenarnya. Bukan memori yang membawanya pada kebersamaannya bersama Min Hyuk.
“Aku merindukanmu.”
.
Ketika memorimu membawamu pada masa lalu
Membawa secuil kisah lamamu
Akankah kau berfikir bahwa kau ingin menghentikan waktu,
dan kembali pada masa itu?
.
-the end-
a/n :
Oke, maafkan saya readers kalo ficlet ini kurang nge-feel, gak nyambung sama covernya, atau apalah. Yang jelas saya tahu kalo ficlet ini masih banyak kurangnya. So, masih butuh review dari kalian. See you next ff.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^