Rabu, 12 Februari 2014

I’m Sorry Chapter 1



I’m Sorry


Posted by : ZA Storyline

A Fanfiction by: I_You
 Editor : Zi_You

Watch : Teaser Video 

Read For:
Now | Chapter 2 (End.)

Title : I’m Sorry | Main Cast : Xi Luhan (EXO M), Park Haejin (OC) | Other Cast : Park Chanyeol (EXO K), Jung Sena (OC), Kristal F(X), Go Ahyeong (OC) | Genre : Romance, Sad, AU | Duration : One Shoot

Summary :
Bukankah  aku juga seorang wanita ?
Tapi kenapa kau memperlakukanku seperti wanita jalang

****

Hai ..^_^  author ngebawa ff baru , cerita ini terinspirasi dari beberapa ff  dan beberapa drama  mianhae ..jika ada kesamaan cerita , tempat atau cast itu bukan unsure kesengajaan , tapi untuk tempat author hanya ngarang hehehe…, mian kalau mungkin cast kalian disini aku bikin jahat atau semacamnya .Happy reading ^_^


****


Panti Asuhan  Santa Maria, Busan Korea Selatan
Park Haejin POV
 Kini semua telah berkumpul. Bunda juga adik-adik. Sebagian diantara mereka menangis. Ya, mulai saat ini aku tidak bersama mereka lagi. Seoul of University telah menungguku. Aku pergi untuk meraih cita-citaku menjadi seorang dokter. Ku angkat koperku, seraya ku langkahkan kakiku menaikki bus ini.
Aku akan datang ,aku akan kembali kesini dengan gelarku. batin ku. Ku lambaikan tanganku seraya bus ini mulai melaju.
Ku rasakan hembusan angin yang menerpa wajahku, lewat jendela kecil ini. Membuat anak rambutku sedikit berkibar. Lalu ku pejamkan mataku sejenak. Ku hirup udara ini yang jauh lebih banyak  merasakan udara Butsan yang memang sangat aku sukai.
Setelah beberapa jam lamanya, aku hanya duduk diam di dalam bus ini, ku rasa roda bus ini mulai berhenti melaju. Berhenti di daerah perumahan-perumahan sederhana sekitar Seoul. Ku turunkan koperku susah payah. Lalu ku lihat alamat yang tertulis jelas pada secarik kertas, dalam genggamank. Tak lama kemudian, ku temui seorang gadis yang ku perkirakan usianya lebih tua dariku, sedang menjemur pakaian. Ia nampak berdiri membelakangiku.
Permisi nona, apa kau tahu alamat ini?” ucap ku sopan pada  seorang wanita yang kini masih sibuk menjemur pakaiannya. Gadis itu membalikkan badannya, mencoba merespon pertanyaanku. Nampak jelas gadis di hadapanku ini, yang tak lagi asing dalam penglihatanku.

 
“ Haejin! Park Haejin! Kau sudah datang ?” ucap gadis tersebut dengan ramah dan sangat bahagia karena kedatanganku.
Eonni? Akhirnya aku menemukanmu.” Ucapku pada gadis di hadapanku, seraya ku rentangkan tanganku, untuk memeluknya.
Jung Sena, namanya. Ya, gadis di hadapanku ini adalah kakak perempuanku. Ia bernasib sama denganku. Seorang yatim piatu. Dulu kami tinggal di panti bersama, tapi dia pergi ke Seoul lebih dulu dari pada aku, untuk menuntut ilmu.
Masuk dan beristirahtlah. Aku yakin kau sangat lelah. Aku akan membuatkan sup ayam untukmu.” ucapnya seraya mengambil alih koper di sampingku dan membawanya masuk ke dalam rumah. Aku pun memasuki partemen kakak perempuanku ini. Lalu ku ikuti langkahnya menuju sebuah kamar. Ia pun keluar dari ruangan ini, setelah meletakkan koperku. Ku rapikan semua bajuku. Setelah sekiranya semua telah tertata rapi, kulihat Seoul dari atas bangunan ini Seoul memang indah.’ gumamku.
“Haejin-ya, ayo makan supnya sudah matang.” ucap Sena Eonni dari dapur, yang berhasil membuyarkan lamunanku. Ku hampiri ia yang masih terlihat berkutat dengan alat masak, walau hidanagnnya kini telah tersedia. Mungkin ia masih membersihkan beberapa peralatan masaknya. Ia pun melepas celemeknya, lalu duduk di hadapanku. Kami pun makan bersama.
Bagaimana kuliahmu? Jurusan apa yang ingin kau ambil?” Tanya Sena Eonni di sela makan siang kami.
Aku mendapat beasiswa, eonni. Rencanaku, aku ingin mengambil kedokteran.” ucap ku seraya menyesap kuah sup ayam ini.
Baguslah. Aku bangga padamu. Emm.. Setelah makan siangmu selesai, tidurlah  kau pasti sangat lelah aku akan berangkat  kerja dulu.” ucap Sena Eonni.  
Ne eonni. Gomawo.” ucapku merespon ucapan Sena  Eonni.
-o0o-
Kuhirup udara pagi Seoul yang menurutku masih sangat asing. Aku pun bergegas mandi karena hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Seoul University. Universitas yang banyak di idam-idamkan para remaja seusiaku untuk sebagai media menuntut ilmu. Aku merasa beruntung bisa masuk universitas itu dan memulai hidup baru. Menjadi Park Haejin baru yang akan menyandang gelar dokter. Kini senyum lebar telah menghiasi wajahku.
Kulangkahkan kaki mantap memasuki gerbang universitas ini. Kulihat sekeliling  banyak mahasiswa-mahasiswi yang saling berbincang, bermain, dan ada beberapa mahasiswa yang hanya sekedar membaca buku. Kumasuki kelas ku untuk mendapatkan materi di semester pertama kuliahku. Ku lihat beberapa wajah asing itu, telah duduk di kursi mereka. Seorang dosen pun kini memasuki kelas. Semua mahiasiswa dalam ruangan ini pun memperhatikan pelajaran dengan serius.
Lama ku berkutat dengan pelajaran yang diberikan oleh dosen, akhirnya pelajaran pun berakhir. Dosen terakhir yang memberikan pelajaran pun, kini telah melangkahkan kakinya, keluar ruangan. Sedang aku, masih meregangkan otot-otot ku, juga mengemasi barangku. Lalu, bersiap melangkahkan kakiku menuju luar ruangan.
Waktu menunjukkan 19.00 untuk waktu Korea Selatan, ketika langkah kakiku berjalan menjauh dari ruangan tadi. Kini langkah kakiku membawaku menuju pemberhentian bus terdekat dengan Universitas-ku.
Beruntung, aku masih mendapat tempat duduk, dari bus yang ku naiki tadi di tempat pemberhentian bus. Ku edarkan pandanganku pada gedung-gedung pencakar langit Seoul yang hampir terjajar di sepanjang jalan yang ku lalui. Berbeda dengan Butsan yang jarang ku jumpai gedung-gedung seperti ini. Bahkan suara klakson-klakson mobil itu, hampir berbeda jauh dengan Butsan.
Akhirnya, setelah beberapa menit menikmati gedung-gedung pencakar langit itu, bus yang ku tumpangi berhenti di tempat pemberhentian bus selanjutnya. Tempat pemberhentian bus ini berjarak tak jauh dari apartemen Sena Eonnie, sehingga aku hanya membutuhkan berjalan beberapa meter saja.
Ku langkahkan kakiku untuk keluar dari bus ini, diikuti dengan beberapa penumpang, lain. Berganti dengan bebrapa penumpang yang telah menunggu di tempat pemberhentian itu.
Eonni, aku pulang.” Ucapku, ketika langkah kakiku telah sampai pada apartemen Sena Eonnie. Ku lihat sekeliling apartemen ini. Namun, tak ku dapati batang hidung Sena Eonni. Mungkin Sena Eonni belum pulang, lebih baik aku mempersiapkan makan malam untuk kami.
Ku letakkan tasku, lalu bergegas menuju dapur. Sedetik kemudian ku pakai celemek yang biasa Sena Eonni pakai, dan kini berkutat pada peralatan dapur.
Aku pulang.” Terdengar suara Sena Eonni yang kini telah memasuki ruang tamu. Suara langkah kakinya terdengar mendekatiku yang kini merapikan letak hidangan di ruang makan.
Eonni, ayo kita makan. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita.” ucapku seraya menata dua piring ramen dan dua gelas capucinno.
Bagaimana kuliah pertamamu hari ini?” Tanya eonni seraya melepas tas slempangnya dan duduk di meja makan.
Menyenangkan. Aku punya teman teman baru dan mereka juga sangat baik. Aku tidak menyangka Seoul University itu besar sekali.”  ucapku semangat
Baguslah.” ucapnya santai, seraya memasukkan lilitan ramen dalam sumpitnya ke dalam mulutnya. Hening sejenak. Sebelum akhirnya aku memulai pembicaraan. Bahkan Sena Eonnie masih dengan ramennya.
Eonni, apa kau bisa membantuku mencari pekerjaan?” ucapku seraya menyesap capucinoku. Ku pandangi ia yang masih mengunyah ramennya. Ia terlihat seperti menelan dengan secepat mungkin, agar dapat menjawab pertanyaanku.
Emmm.. Aku punya kenalan. Setelah makan malam aku akan mengajakmu ke tempatnya.” ucap Sena Eonni sembari mneyeruput  ramen buatanku, lagi.
Mashita!” ucapnya, lagi.
Setelah makan malam  Sena eonni mengajakku ke sebuah café dengan sentuhan benda-benda klasik. Terlihat semua pengunjung café ini menikmati semua hidangan dengan suasana tenang di dalam cafe ini.
Eonni, apa kau sibuk ?” Tanya Sena eonni pada seorang wanita yang terlihat sedang membersihkan beberapa gelas dengan sebuah kain kecil.
“Sena! Sudah lama kita bertemu.” ucapnya ramah. Ia menghentikan aktifitasnya. Lantas  beberpa detik kemudian mereka saling berpelukan.
Eonni, ini adikku. Dia ingin mencari pekerjaan. Apa kau punya lowongan atau informasi?” ucap Sena eonni, seraya melepaskan pelukannya dari wanita di hadapannya. Ia lalu memperkenalkanku.
Anyong haseyo Park Haejin, imnida.” ku bungkukan setengah badanku memberi hormat, serta sebuah senyuman manis, untuk memperkenalkan diriku.
Haejin, ini Go Ahyeong. Temanku selain bekerja disini ia juga jasa penyalur  tenaga kerja.” Tutur Sena Eonni, yang memperkenalkan wanita di sampingnya, padaku.
Emm… Kemarin aku mendapat informasi  jika ada seorang directur muda  yang ingin mengambil jasa asisten rumah tangga. Apa kau mau bekerja disana?” ucapnya sembari membuka daftar lowongan pekerjaan yang kini berada di tangannya.
Ne Ahyeong eonnie, gomawo.” ucapku dengan semangat.
Baiklah. Ini alamatnya. Kau bisa langsung pergi ke tempat itu.” ucap eonni Ahyong sembari menyerahkan secarik kertas dengan alamat yang tertera jelas di dalam.
Gomawo, eonnie.” ucapku sekali lagi
Tak lama kamipun berpamitan dan segera beraanjak pergi dari restaurant itu.
-o0o-
Aku bergegas berangkat ke kampus. Berdasarkan perkataan dosenku kemarin, hari ini akan diadakan penelitihan. Suasana kampus masih sama seperti biasa, sangat ramai. 
“ Hai, selamat pagi.” ucap Nara menyapaku. Ia adalah salah satu dari sekian banyak teman baruku di kampus ini. Ia terlihat menyunggingkan senyum manisnya, di akhir frasanya.
Emm… Haejin setelah mata kuliah kita selesai, apa kau mau menemaniku membeli buku?” Tanya Nara saat kami memasuki ruang kelas.
Mian, Nara aku tidak bias. Hari ini aku akan mulai bekerja.” ucap ku sembari mengeluarkan buku dan notebook dari dalam tasku. Sedang Nara pun hanya mengangguk, merespon ucapanku.
Setelah bergulat dengan penelitian, serta beberapa pelajaran lain, yang memakan waktu beberapa jam, akhirnya mata kuliah terakhir untuk hari ini pun, selesai. Aku pun bergegas memasukkan beberapa buku-bukuku ke dalam tas. Lalu sedikit berlari kecil, keluar ruangan.
Dan seperti hari lain, aku masih saja mengunggu bus di tempat pemberhentian bus ini. Aku melirik jam tanganku, sekilas.
‘Ku rasa belum terlalu malam untuk mengunjungi alamat yang diberikan Ahyoung eonnie kemarin.’ Fikirku. Tak berapa lama, bus yang ku tunggu datang. Dengan segera, aku bergegas masuk ke dalam bus tersebut.
Apartement nomer 17.” bola mataku berputar mencari nomer apartement itu. Menelisik, satu per satu pintu-pintu apartemen dengan nomernya. Beberapa menit kemudian, aku menemukan apartemen yang dimaksud dalam secarik kertas dalam genggamanku. Segera saja ku tekan bel di dekat pintu itu.
Ting.. tong
 Nuguseyo?” terdengar sebuah suara berat, khas milik seorang lelaki, yang merespon suara bell yang ku tekan.
Emm… Aku asisten rumah tangga baru, yang kau pesan melalui nona Go Ahyeong.” Jawabku. Lalu pintu itu terbuka. Dan muncul seorang lelaki tampan yang-kira kira lebih tua dua atau tiga tahun dariku  dari dalam apartemant itu  dan mempersilahkan ku masuk .
Eee… Annyeong haseyo Park Heajin imnida.” ucapku memperkenalkan diri.
Nde. Xi Luhan, imnida.” Ucapnya, yang juga memperkenalkan dirinya.
“Jadi berapa gaji yang kau inginkan?” ucap lelaki yang kini duduk di hadapanku ini.
Aku tidak tahu, karena ini pertama kalinya aku bekerja. Jadi,  gaji aku seperti tuan menggaji asisten rumah tangga sebelum ku.” jelasku dengan nada keraguan di setiap kaliamatnya. Sepertinya  bos ku ini sangat dingin. Terlihat sekali dari tatapan matanya yang juga dingin.
Baiklah. Kau bisa kerja mulai hari ini. Kau harus membersihkan semua ruangan disini dan memasakkan makanan untukku setiap hari, juga mencuci semua pakaianku  kau mengerti?” ucapnya dengan serius.
Ne, tuan Luhan.” ucapku merespon
Kau tak perlu memanggilku dengan sebutan tuan. Aku pikir kau sebaya denganku. Akan terasa aneh jika kau memanggilku seperti itu. Panggil saja aku Luhan.” Ucapnya, lagi
Em Tuan Luhan  emm..maksudku Luhan, bisakah kita membuat kesepakatan lain?” ucapku terbata dengan ketakutan yang mulai menjalari tubuhku. Ya, takut jika aku mengatakannya aku akan di pecat sebelum aku bekerja. Bahkan ku lihat dia sedikit mengangkat sebelah alisnya. Bingung dengan kalimat yang terlontarkan dari bibirku.
Mwo?” ucapnya sedikit bingung.
Bolehkah aku juga tinggal disini? Aku pikir jika aku tinggal bersama kakakku, aku akan banyak membuang uang untuk naik subway supaya aku sampai disini tepat waktu, selain itu aku juga membuang uang  untuk naik bus pergi ke kampus. Aku pikir jika aku boleh tinggal disini, aku bisa lebih menghemat uang dan tenagaku juga bisa bekerja lebih intens. Aku berjanji akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Kau boleh memotong gajiku untuk hidupku disini.” ucapku berusaha meyakinkan Luhan.
Mwo? Apa kau berusaha bercanda denganku?” ucapnya setengah tak percaya dengan kesepakatan yang aku buat.
Tidak!” ucapnku, lagi.
Aku mohon. Izinkan aku  menumpang disini, aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh.” ku coba meyakinkannya, lagi. Kulihat Luhan kini sedang berpikir dan mempertimbangkan ucapanku.
Oke. Baiklah. Kau boleh tinggal disini. Aku akan memotong setengah dari gajimu. Sebelum itu aku ingin melihat kinerjamu dulu.” Ucap Luhan, akhirnya.
Gomawo.” Ucapku dengan binar kebahagiaan. Akubergegas membersihkan semua sudut apartement ini. Dan segera ku berkutik dengan peralatan dan bumbu-bumbu untuk memasakkan makan malam untuknya.
 Kuletakan sepiring bimbimbab, sepiring ayam goreng  dan segelas teh hangat di meja makan yang berada tak jauh dari area dapur. Tak lupa ku siapkan sepiring buah semangka yang telah aku potong menjadi potongan kecil. Setelah semua makanan ku kira sudah siap, aku bergegas melepas celemek ini, lantas menuju kamar Luhan. Bermaksud memberitahunya bahwa makan malam telah siap.
“Luhan makan malamnya sudah siap.” Ucapku. Lalu sedetik kemudian aku kembali ke meja makan.Tak lama Luhan keluar dari dalam kamarnya menuju meja makan. Ia menarik kursi dan segera mendudukkan dirinya di kursi itu. Kini jantung berdegub kencang apakah dia menyukai masakanku? Apakah dia puas dengan pekerjaanku? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benakku. Kulihat ia mulai menyendok makanan itu lalu memasukannya ke dalam mulutnya.
Bagaimana  dengan makanannya?” ucapku terbata, disela ia makan.
“Masakanmu tidak buruk.” ucapnya seraya  memasukkan kembali sesuap bimbimbab ke dalam mulutnya, lagi.
“ErrKau boleh mengecek hasil pekerjaanku. Aku harap kau puas dengan pekerjaanku.” Ucapku, lagi.
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Luhan beranjak dari kursi itu dan memeriksa hasil pekerjaanku, sedangkan aku membereskan dan mencuci piring kotor.
“Besok kau bisa tinggal dan bekerja disini.” ucapnya sembari melangkahkan kakinya kembali memasuki kamar.
Gomawo, Luhan.” Ucapku. Kini kedua sudut bibirku melengkung membuat sebuah senyuman.
*****
Luhan POV
Kembali ku berkutat denga pekerjaan kantor yang menumpuk. Aku harus segera menyelesaikannya. Aku merasa kepalaku sangat pening. Mungkin aku terlalu memforsir tenaga dan pikiranku untuk memenangkan tender ini. Tiba-tiba aku teringat gadis ituPark  Haejin. Dia sungguh gadis yang cukup menarik. Dia berani membuat kesepakatan konyol  dengan orang yang baru saja ia kenal hanya untuk menghemat uangnya.
Kini aku memutuskan beranjak dari kursi dan merebahkan tubuhku di bed ku. Ku raih ponsel yang tergeletak tak jauh dari posisiku. Ku buka kunci itu sehingga terpampang jelas foto ku dengan Krystal.
Neomu bogoshipeoyo, chagi.”sudah satu tahun ia pergi ke Prancis. Aku merelakannya pergi, karena aku ingin dia mencapai cita-citanya menjadi desainer terkenal. Ku tekan name contac itu mencoba  menghubunginya. Tapi nihil. Sudah beberapa hari ini aku sulit  menghubunginya  mungkin karena kesibukan kami. Kadang kala kami harus lost contac. Ku lempar ponsel kusembarang. Lalu kepejamkan mataku  mencoba meredakan rasa pening di kepalaku.
Haejin POV
Kulihat Sena eonni sedang mengoleskan cream malam di wajah putihya di depan sebuah kaca rias yang besar, tepat ketika aku langkahku mendekatinya.  
Kau sudah pulang? Bagaimana dengan pekerjaan baru mu? Apakah derectur muda itu tampan?” berbagai pertanyaan itu, begitu saja keluar dari bibirnya, ketika aku duduk di sampingnya.
 “Aku berusaha bekerja dengan sebaik baiknya. Dan, aku pikir dia cukup tampan dan baik. Aku salut dengannya. Di usiaanya yang masih muda, dia sudah menjadi directur.” Ucapku.
Tidurlah! Bukankah kau besok harus bangun lebih pagi.” ucapnya  sembari beranjak dari kursinya menuju ranjang kami.
Eonni, mulai besok aku tinggal di tempat bosku.” ucapku sedikit terbata. Aku takut membuatnya marah.
Mwo? Apa kau sudah gila?”ucapnya dengan nada tinggi. Ia lantas melototkan matanya mendengar penuturanku.
Karena aku piker, aku harus lebih menghemat uang dan  tenagaku. Jadi, aku bisa bekerja lebih intens.” jelasku
Apa kau sudah memikirkan dengan apa yang kau putuskan itu?” ucap Sena eonni dengan tatapan seriusnya.
Ne eonni. Aku telah memikirkannya. Hidup di Seoul sangat keras aku harus bekerja dan tetap kuliah secara proposional, bukan?” ucapku meyakinkan Sena eonni.
Eemmm.. Jangan khawatir. Aku akan lebih sering mengujungi dan meghubungimu, eonni.” ucap ku, lagi.
*****
Pukul 08:00 KST
Ckerk…
Terdegar pintu yang di buka oleh sang pemiliknya. Kulihat Luhan keluar dari kamarnya dengan sesekali mengucek matanya.
Kau sudah bangun?” ucapku yang masih sibuk berkutik dengan peralatan dapur. Ku lirik sekilas Luhan yang kini berdiri tak jauh dariku.
Ha? Kau sudah ada disini?” ucapnya yang terlihat terkejut.
Emm… Setelah ini aku akan berangkat kuliah. Aku sudah membereskan semuanya. Oh, aku nanti pulang  jam 5. Jika kau ingin makan di apartement aku letakkan makannya di kulkas  nanti kau bisa memanasinya sebentar jika kau ingin memakannya.” ucapku sembari meletakkan beberapa makanan dan segelas kopi panas di meja makan.
Luhan yang tadinya masih mematung berdiri kini mulai berjalan ke meja makan dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi. Lalu beberapa detik kemudian Luhan mulai memakan makanan tersebut.
Emm, aku berangkat kuliah dulu. Bye.” Ucapku lantas melambaikan tanganku pada Luhan.
Luhan POV
Aku segera manghabiskan makanan  ini dan bergegas ke kantor karena aku harus presentasi  tentang proyek pembangunan mall di daerah Busan. Dimana proyek itu sangat berpengaruh untuk kemajuan perusahaan.
Lama, ku bergulat dengan setumpuk lembar putih itu, juga persentasi yang memakan waktu. Ku lirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kiriku, sekilas. Pukul 19 : 00, untuk waktu Korea Selatan.
Entah kenapa suasana kantor sangat membosankan. Semua karyawan telah pulang, dan entah mengapa hatiku semakin kosong. Seharusnya aku bahagia karena memenangkan tender itu. Aku beranjak dari meja kerjaku. Kudekati  jendela besar yang sangat jelas menyuguhkan suasana Seoul. Seoul Tower. Tiba-tiba aku teringat tempat itu. Tempat pertama kali aku bertemu dengan Krystal. Tempat dimana aku berlutut dan berjanji akan selalu berada disampingnya. Wajah itu selalu  berada di hadapanku meskipun aku menutup mata. Aku mencintaimu Jung Krystal.
Ku ambil ponselku yang kini berada di saku kanan. Kutekan name contac yang tertulis jelas nama Jung Krystal (Chagi) . Terdengar nada sambung lalu beberapa detik kemudian terdengar suara yang sangat aku rindukan.
Hai. Aku Krystal. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep ini.” Ucapnya. Ya, kekasih yang selama ini aku tunggu kedatangannya, meskipun kapan saja aku bisa pergi ke Prancis. Namun, aku tak bisa kapanpun menyentuhnya, seperti dulu.
Hai. Ini aku Luhan. Kenapa beberapa hari ini kau tak bisa ku hubungi? Apa kau terlalu sibuk? A.. aku merindukanmu.” ucapku lalu sedetik kemudian kuputuskan sambungan telepon itu.
Pukul 24:00 KST
Ckerk..
Suara decitan samar pintu apartement yang aku buka perlahan. Kulihat Haejin masih saja sibuk dengan tugas kuliahnya.
Kau sudah pulang? Kau ingin ku buatkan sesuatu?” ucapnya sembari melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di dekat laptop.
Tidak. Sebaiknya kau cepat tidur besok kau harus bekerja.ucapku sembari kulangkahkan kakiku menuju kamar. Kurebahkan  badanku di tempat tidur berukuran king sizeku. Kupejamkan mataku mencoba berfikir lebih jernih karena beberapa hari ini kepala sering merasa pusing.
Heajin POV
Pukul 07:00 KST
Kini asap telah mengepul di setiap sudut dapur. Kulihat jam dinding yang terpasang tepat di atasku. Entah mengapa, tidak biasanya Luhan belum bangun, seperti ini. Setelah berkutik dengan peralatan dapur dan bumbu-bumbu, ku beranikan diriku berjalan  mendekati kamarnya. Lantas mengetuk pintu kamarnya.
Tok …tok..
“Luhan sarapanmu sudah siap.Ucapku. Kutunggu beberapa detik untuk mendengar jawabannya. Tapi nihil. Tak ada jawaban dari dalam kamarnya. Lalu kuberanikan diriku membuka pintu kamar. Kulihat Luhan masih terlelap tidur. Ku buka tirai jendela kamarnya dan ku matikan lampu yang masih saja menyala. Ku beranikan diriku untuk membangunkan Luhan agar dia tak terlambat datang ke kantor.
“Luhan, bangun. Luhan bangun sudah siang kau harus pergi ke kantor.” ucap ku seraya mengguncangkan tubuhnya pelan agar dia tak terkejut. Perlahan ia membuka matanya dan beranjak bangun dari ranjangnya. Baru satu langkah ia berjalan, tiba-tiba ia pingsan dan jatuh  ke lantai. Kini rasa terkejut itu, menguasai diriku. Kucoba memapahnya kembali ke ranjang. Kulihat wajahnya sangat pucat pasi lalu ku beranikan tanganku menyentuh keningnya.
Kenapa panas sekali badannya.” Ucapku, pelan. Segera ku beranjak dari ranjang menuju ke dapur untuk membawa kompres karena badannya sangat panas. Kuletakkan sapu tangan itu di keningnya berharap panasnya segera turun. Tak sengaja tangan kiriku menyentuh foto dan hampir saja jatuh.
Apa gadis ini kekasih Luhan? Cantik sekali.” Ucapku lirih. Ku letakkan kembali foto itu, lalu bergegas pergi ke dapur untuk membuatkannya semangkuk bubur dan segelas teh hangat, juga obat untuknya saat dia telah bangun.
Ckek.. Kubuka pintu kamar Luhan pelan. Berharap tak membangunkannya. Namun, kulihat kini  dia sudah bangun dari posisi tidurnya.
Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu? Apa sudah baikan?” ucap ku seraya membawakan semangkuk bubur dan teh hangat menuju ranjangnya.
“Makanlah. Dan minumlah obat ini, supaya kau akan cepat sembuh.” ucap ku, lagi. Luhan segera mengambil nampan yang tadinya berada di tanganku, lalu melahap bubur dan meminum teh hangat itu untuk mengembalikan staminanya.
Kau tak kuliah hari ini?” tanyanya di sela ia memakan bubur buatan ku.
Kalau aku kuliah, siapa yang akan mengurusmu?” ucapku merespon pertanyaan Luhan. Ia pun hanya menggangguk menanggapi kalimatku.
Kau sangat beruntung mempunyai kekasih seperti dia. Dia sangat cantik. ucapku sembari ku pandang foto Luhan bersama dengan kekasihnyanya.
“Dia  Krystal. Dia gadis yang sangat ku cintai. Tapi perbedaan pendapat kita, ia memutuskan untuk mengejar cita-citanya sebagai desainer terkenal itu, membuatku merelakan ia pergi ke Prancis.” jelasnya
Bersabarlah. Aku yakin sebentar lagi dia akan pulang.”  ucapku mencoba meyakinkan Luhan. Kini bubur itu telah habis di lahapnya tak terkecuali teh hangat itu. Ku ambil nampan itu lalu beranjak pergi dari kamar Luhan.
” Haejin, gomawo.” ucap Luhan yang berhasil membuatku menghentikan langkah ku balikan badanku dan ku lihat pertama kali ia tersenyum tulus seperti itu padaku. Lalu kuputuskan untuk keluar dari kamar Luhan. 
Luhan POV    
Kring.. kring …
Terdengar ponselku bordering. Reflek aku merogoh saku kananku untuk mengetauhi siapa yang menelponku. Jung Krystal (Chagi) . Name contact itu tertulis jelas  nama “gadisku” yang berada di layar telepon. Dengan segera kuangkat panggilan telepon itu.
Yeboseo. Luhan,bagaimana kabarmu?” ucapnya di seberang sambungan telefonnya. Suara itu. Suara yang sangat familiar di telingaku, sekalipun ia jarang menghubungiku. Suara yang ku rindukan belakangan ini. Juga suara yang membuat hatiku bahagia.
Aku baik. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak tahu jika selama ini aku merindukanmu?” ucapku seraya menyunggingakan senyum di kedua ujung bibirku, sekalipun aku tahu ia tak melihatanya..
Baik. Ya, aku tahu kau sangat merindukanku. Emm.. Bisakah kau menemuiku besok di Seoul Tower pukul 22:00 ada yang ingin aku bicarakan ? Ucapnya lagi .
”Apakah besok kau akan pulang? Kenapa kau tak memberitahuku sebelumnya? Aku juga ada sesuata yang ingin aku bicarakan denganmu. Jam berapa kau akan datang? Aku akan menunggumu di bandara.” ucapku semangat dengan senyum yang masih mengembang di wajahku.
“Tak perlu. Karena aku akan sangat lama. Aku akan datang pukul 19:00.” ucapnya
Apa kau bercanda? Aku akan tetap menunggumu.” Ucapku, lagi. Namun, ia tak menanggapi ucapanku. Bahkan setelah frasaku berakhir, ia menutup sambungan telefonnya secera sepihak.
Ku ambil sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan hiasan pita merah di atasnya. Ku buka kotak itu perlahan.
Sebentar lagi aku akan memilikimu. Kau akan menjadi ibu dari anak-anakku, nantinya.” ucapku dengan senyum yang masih terlukis di wajahku.
Ku ayunkan kembali ponselku, yang masih berada di dalam genggaman tanganku. Ku pencet tombol nomer untuk menghubungi sekertarisku. Lalu mendekatkannya pada telingaku. Menunggu jawaban darinya.
Tolong cancel semua meeting lalu pindahkan hari rabu. Juga kosongkan jadwal saya besok, karena saya ada urusan mendadak dan sangat penting.”  Ucapku pada sekertarisku, pada sambungan telefonku. Lalu sedetik kemudian, ku putuskan sepihak sambungan telefon itu.
Bandara Incheon  
Ku percepat langkah kakiku memasuki bandara. Terihat lalu lalang para penumpang  dan pramugari yang turun dari pesawat. Ku lihat sekeliling bandara ini. Ku coba mencari keberadaan Jung Krystal yang sampai saat ini belum aku temukan. Kini rasa cinta dan rindu  membanjiri hatiku. Aku ingin sekali memeluknya. Keringat ku pun telah mengucur deras  mencari Krystal. Sudah ku coba menghubunginya tetapi tetap nomor ponsernya tidak aktif. Kulirik jam tangan yang melingkar di tangan kiriku. Waktu itu menunjukkan pukul 21:00. Seharusnya dia datang sejak pukul 19 :00. Ku coba menanyakan kepada petugas  di bandara itu.
Pemisi, apakah penerbangan terakhir Perancis–Korea  terjadi masalah? Seharusnya sudah tiba sejak pukul 19:00 tadi.” tanyaku dengan nafas yang tersengal-sengal. 
Penerbangan Perancis– Korea tidak terjadi masalah, tuan. Penerbangan terkhir telah tiba sejak pukul 17:00 sore tadi, tuan.” ucap salah satu petugas itu.
Mwo?” ucapku terkejut. Belum hilang rasa terkejutku, detingan ponselku mengalihkan perhatianku.Kulihat nama  Krystal yang tertera di ponselku.
Aku menunggumu di Seoul Tower.” ucapnya lalu sedetik kemudian ia mentup sambungan telefonnya. Ini lebih membuatku terkejut. Apa yang ia pikirkan sekarang? Kenapa dia berubah? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Segera ku pacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Bunyi klaksonpun tak henti-hentinya menguar di jalanan Seoul yang ramai untuk mencari jalan tercepat sampai di sana. Segera ku berlari menuju Seoul Tower setelah ku parkirkan mobilku. Kulihat kini Krystal berdiri mematung memandang indahnya kota Seoul dari atas menara ini. Kudekatinya perlahan. Entah mengapa kini jantungku berdegub semakin kencang. Ku kaitkan jemari tangan kananku pada jemari kirinya. Lalu kupandang ia dengan intens. Sudah lama aku merindukan moment seperti ini.
“Seoul memang indah.” ucapku membuka percakapan diantara kami.
Ya. Sudah satu tahun aku pergi, tapi  kota ini masih sama seperti dulu.” ucapnya dengan senyum yang terlukis di kedua sudut  bibirnya. Senyuman yang selalu aku rindukan dan senyuman yang selalu ingin aku lihat setiap hari.
Apa kau ingat? 19 September 2010 aku pernah berjanji padamu untuk selalu di sampingmu?” ucapku sembari menatap Krystal hangat dan hanya dengan anggukan saja ia merespon ucapanku. Lalu ku putar tubuhnya, menghadapku.
Dengarkan aku saying. Sekarang aku akan menepati janjiku. Apa kau mau mendampingiku, menikah dan membangun keluarga kecil bahagia denganku?” ucapku tulus. Perlahan ia melepaskan tautan jarinya. Kini matanya mulai sendu. Lalu ia mengambil  sesuatu dari saku  kanannya. Sebuah undangan pernikahan dan tertera jelas nama Jung Krystal dan Kim Jongin. Bahkan tak ada namaku di sana. Apakah ini artinya ia akan..
Aku akan menikah minggu depan. Ku harap kau akan datang ke pernikahanku. Maafkan aku Luhan. Aku tak bisa menepati janjiku untuk berada di sampingmu.” ucapnya dengan air mata yang semakin deras menuruni pipinya, meskipun ia berusaha menahannya. Ia pun bergegas pergi dari hadapanku.  
Sakit. Kecewa. Wanita yang selama ini aku cintai , kini pergi dengan lelaki lain. Tanganku mengepal. Nafasku memburu. Tak kuasa amarah ini menguasai diriku. Kenapa kau lakukan ini padaku Jung Krystal?
Heajin POV
 Aku masih berkutik dengan lembaran-lembaran makalah yang harus aku kumpulkan dua hari lagi. Ku hembuskan nafas berat. Ku kulihat  satu pesan masuk dari Sena Eonni.
From :Sena Eonni
To : Park  Haejin
Eonni akan pindah ke keluar kota, karena tuntutan pekerjaan. Jaga dirimu baik-baik di Seoul. Eonni sangat menyayangimu.
Sendiri. Ya, kini aku hidup sebatang kara di Seoul hanya Luhan harapanku. Kulihat jam dinding yang terpasang di  dekat almari. Pukul 03:00 dini hari  kenapa dia belum pulang? Tidak biasanya dia lembur sampai jam segini.
Ckerk
Terdengar pintu terbuka yang menandakan jika Luhan telah pulang. Ku hampiri dia yang kini berjalan sempoyongan.
Kau mabuk?”  ucapku, yang seolah tak ia hiraukan. Ku papah dia ke kamarnya. Lalu membaringkannya di tempat tidur.
Kenapa tanganmu berdarah? Apa terjadi sesuatu padamu hingga kau mabuk seperti ini? Sebentar aku akan mengambilkanmu obat untuk mengobati lukamu. Ucapku, lagi. Baru saja aku ingin beranjak dari ranjangnya tangan kanannya memegang tanganku.
“Krystal…” terdengar samar-samar ia memanggil nama kekasihnya. Ku coba melepaskan tangannya perlahan, tapi Luhan menariknya hingga aku jatuh di atasnya. Dia mengubah posisi ku hingga kini ia tepat di atasku. Aku mencoba memberontak dengan sekuat tenaga ku dan pergi dari kamarnya. Rasa takut kini membanjiri pikiranku. Hatiku aku tak bisa berfikir jernih. Aku hanya ingin Tuhan menyelamatkanku kali ini.
Apa yang kau lakukan padaku, Luhan?” teriakku tapi Luhan membungkamku dengan ciumannya yang semakin dalam. Perlahan ia  membuka kemejanya.
Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku, Luhan!” tapi tangannya kini menahanku, ketika aku mencoba pergi darinya dan mengunciku dalam pelukannya.








To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^