Minggu, 16 Februari 2014

Destiny Chapter 2



Destiny  



When I see you
.
by Aydipal
Editor by Zi_You

Watch : Video Teaser 
.
Read For : 
.
Title : Destiny | Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K) | Other Cast : Henry Lau (Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre : Romance, School Live| Duration : Chapter | Rating : Teen
.
.
This is chapter 2 of my new fanfiction. Hope you like this.
.
Happy reading!
.
.
Sesaat mata kita masih saling menatap. Tak lama ponsel berdering dari saku jasnya yang berwarna abu-abu itu. Seketika, matanya hanya tertuju pada sebuah ponsel yang baru diambilnya dan berlalu saja dihadapanku. Aku yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, membuatku membeku ditempat ku berdiri. Berpikir, apakah laki-laki itu benar-benar orang yang kutemui beberapa waktu yang lalu. Tapi, kenapa dia bereaksi biasa saja saat mendengar namaku. Apa mungkin diriku secepat itu dilupakan?
Waktu kian berlalu, dan sekarang aku masih berada di subway untuk menuju ke rumah. Pikiranku masih tertuju pada sesosok lelaki yang kutemui di cafe itu. Minuman yang ia pesan di cafe itu sama dengan pria yang kutemui waktu itu.





‘Apakah ini sebuah kebetulan?’ pikirku.
Apa mungkin ada orang lain di Korea ini yang menyukai minuman dengan komposisi aneh seperti itu selain lelaki yang ku kenal beberapa waktu lalu? Otakku masih berpikir keras. Berputar-putar hingga kepalaku sakit memikirkannya.
AAW!
Pekikku tertahan, ketika seorang lelaki yang menyenggolku dengan tergesa, hingga membuat tubuhku terhuyung ke samping. Saat ini, subway memang penuh dengan desakan orang-orang. Entah ada apa hari ini, karena saat pemberhentian terakhir akan tiba, diriku masih belum mendapatkan tempat duduk karena banyaknya orang yang masuk ke bus.
Aku mengeriyip kesakitan di bahuku karena didorong oleh laki-laki besar berjaket hitam itu dengan kasar.
Beberapa saat kemudian, akhirnya aku mengingat sesuatu. Aku harus menghubungi kakak laki-lakiku untuk tidak pulang lebih awal. Aku belum melakukan persiapan sama sekali di rumah. Segera ku ambil ponsel yang ku taruh di saku cardigan coklatku. Tapi, setelah kucari-cari ternyata tidak ada!
Aku yakin kalau tadi sudah ku simpan lagi di saku cardiganku. Aku berusaha mengingat-ingat terakhir kali aku memakainya. Saat di cafe aku memakai ponsel ku untuk melihat jam, namun sudah ku kembalikan lagi kedalam saku ku. Lalu? Apakah jatuh di jalan?
‘Bukankah tadi aku ditabrak oleh laki-laki besar berjaket hitam itu? Mungkinkah dia mencuri ponselku?’ pikirku. Segera ku mengawasi laki-laki itu dengan saksama dari tempatku. Betapa terkejutnya diriku saat sebuah dering panggilan berbunyi dan nada dering hponsel itu sama seperti kepunyaanku yaitu lagu dari Jay Sean dengan judul Down. Dan suara itu berasal dari ponsel yang baru saja dikeluarkan dari saku orang yang berjaket hitam itu.
“PENCOPET!”
Teriak ku keras dan menunjukkan jariku pada laki-laki itu. Seisi bus pun bingung dan seketika bus berhenti. Laki-laki berjaket hitam itu segera berlari kearah pintu keluar, diriku yang berada di barisan depan bus pun tak bisa bergerak untuk mengejar pencopet itu yang berada di barisan belakang bus. Tapi, beruntung ada seorang laki-laki menangkap pencopet itu sebelum keluar dari bus.
“Kembalikan barang yang kau curi dari Nona itu!” suruh lelaki berjaket coklat berpostur setengah tinggi yang menangkap pencopet itu untukku.
“Aku tidak mencuri apa pun!” elak lelaki yang ku tuduh pencopet itu.
“Lalu kenapa kau ingin lari, hah!” bentak lelaki yang menolongku.
“Aku... aku terburu-buru! Kenapa? Aku punya urusan penting! Memang apa buktimu menuduh diriku mencuri sesuatu pada Nona itu, hah?” ganti bentak pencopet itu.
“Pnsel?” ucapku saat sudah terbebas dari kerumunan orang-orang.
“Apa?” ucap bingung pencopet itu.
“Kau tuli? Atau perlu ku ulang kembali perkataanku? Kau mencuri ponselku!” bentakku pada laki-laki itu. Karena tak ada tanggapan apa pun, akhirnya ku geledah saku jasnya dan berhasil menemukan sebuah ponsel. Ku periksa setiap inchi ponsel itu dari luar. Dan benar saja! Ini pasti ponsel! Tidak salah lagi!
“Jika kau pemilik ponsel ini, coba sebutkan salah satu nama nomor kontak yang berada di ponsel ini!”, tantangku pada pencopet yang mengakui ponselku ini miliknya.
“Emm.. aku lupa! Begitu banyak nomor kontak yang ada di ponsel itu!!” elak laki-laki itu yang masih berada dalam pengawasan laki-laki berjaket coklat yang menarik kerah laki-laki itu.
“Salah!!” ucapku singkat.
“Salah? Apa maksudnya, hah? Di ponsel itu memang banyak nomor kontak! Apa kah aku harus menyebutkannya satu persatu-satu?”
“Kau salah besar! Kau tau? Di ponsel ini hanya ada 3 nama kontak saja! Yang pertama, Appa-ku. Yang kedua, Eomma. Dan yang ketiga adalah Mochi Oppa-ku. Bagaimana kau bisa menyebutkan ini ponsel-mu jika kau saja tidak tau kalau hanya ada 3 nama kontak saja di ponsel ini?” ucapku pada laki-laki itu. Seketika, seorang wanita yang mengambil ponsel yang kupegang, untuk mengecek apakah yang ku bicarakan itu benar.
“Uwah!! Iya! Benar-benar hanya ada 3 nama kontak saja di ponsel ini!”, ucap wanita yang mengambil ponsel tadi yang diiringi oleh sahutan beberapa laki-laki yang penasaran dengan isi ponsel itu.
Raut wajah pencopet itu semakin khawatir dan benar saja secepat kilat pencopet itu menyungkurkan laki-laki berjaket coklat yang menolongku tadi hingga membentur dinding bus keras dan lari begitu saja.
Beberapa laki-laki yang tadi berada di Bus berusaha mengejar pencopet itu dan aku memilih untuk menolong laki-laki yang menolongku tadi untuk berdiri.
Gwenchana-yo?” ucapku padanya.
Ne. Gwenchana-yo.” jawabnya tersenyum padaku.
Karena merasa bersalah, akhirnya aku mengajak laki-laki itu untukku traktir makan. Hitung-hitung sebagai balas budiku padanya. Aku membawanya ke kedai pinggir jalan yang tak jauh dari rumahku.
“Kau tidak usah repot-repot hingga menaktirku makan seperti ini” ucapnya selagi memakan kue beras.
“Tidak apa-apa.. Ini sebagai balas budiku karena kau tadi mau mencegah laki-laki itu keluar dari bus. Jika tidak, maka aku akan kehilangan ponselku ini.” jawabku.
“Begitukah? Baiklah.. Aku terima balas budimu ini. Kalau begitu, siapa namamu?” tanya laki-laki itu padaku.
“Lee Ha Yi imnida.” ucapku seraya membungkuk.
“Lee Ha Yi, nama yang bagus! Namaku Lee Dong Hae..” ucapnya menjulurkan tangan.
“Senang berkenalan dengan mu..” ucapku menyambut uluran tangannya.
“Begitupun aku..” balasnya.
****
Pesta kejutan yang ingin kupersiapkan kemarin gagal total karena kejadian pencopetan yang kuterima saat di subway dan keberangkatan kakak laki-laki-ku yang mendadak ke Canada karena ada masalah di restaurantnya di sana.
BEEP BEEP BEEP
Pesan singkat dari ibuku ku terima di pagi hari buta seperti ini, apa ada sesuatu?
From: Eomma
Ha Yi—ah.. Eomma dan Appa akan mengundur pulang kami ke Korea. Seharusnya hari ini kami sudah pulang, Namun karena ada urusan mendadak di Hongkong, kita harus kesana dulu. Aku dengar Oppa—mu pergi ke Canada kemarin. Kau tidak apa-apakan sendirian di rumah?
‘Ciihh.. kenapa harus bertanya apakah aku baik-baik saja? Bukankah sudah biasa aku sendirian di rumah yang besar ini?’ keluhku dalam hati selagi membaca pesan singkat itu. Tanpa basa-basi, segera ku beranjak dari tempat duduk menuju kamar mandi dan segera berangkat ke sekolah.
Tidak biasanya, sekolah hari ini tidak seramai biasanya. Dari gerbang hingga aku berada di sekitar kelas hanya ada segelintir siswa yang berkeliaran. Karena penasaran, ku putuskan untuk bertanya pada salah satu orang yang kujumpai di lorong sekolah.
“Hari ini kan hari ulang tahun sekolah kita. Dan di aula tengah ada pertunjukkan musik.” jawab seorang laki-laki yang kutanyai tadi.
Benar juga, hari ini memang hari ulang tahun sekolahku. Jika begitu hari ini tidak akan ada pelajaran. Syukurlah.
‘Aku punya ide! Sebaiknya aku ke cafe saja.. semoga saja laki-laki yang kemarin akan kesana nanti!’ segera ku berangkatkan kakiku untuk menuju ke Cafe itu.
“Ya!” teriak seorang laki-laki menghadang jalanku. “Kau mau kemana?” tanya Kang Min Hyuk, lelaki yang menghadang jalanku.
Wae-yo? Aku mau pergi!” jawabku yang segera melangkahkan kaki ku cepat.
“Tidak boleh! Kau tau? Hari ini hari ulang tahun sekolahmu! Bagaimana bisa kau meninggalkan acara yang penting ini, hah? Sekarang ikut aku!” ucap Min Hyuk oppa menarik tanganku kasar menuju aula.
Sesampainya disana, acara masih belum di mulai. Tapi, sudah banyak anak yang berkerumun di bawah panggung.
“Kau lihat? Mereka sangat antusias melihat acara ini! Kenapa kau ingin melewatkan acara ini?” ucap Min Hyuk oppa, lagi.
“Em.. Ara! Lalu, siapa bintang tamunya? Apa ada Beast? Atau BtoB? Big Bang? Aku tau, pasti SHINee! Ya kan?” tanyaku antusias.
“Ya! Apa kau gila? Bagaimana mungkin sekolah kita mau mengontrak mereka untuk tampill disini?” ucapnya sambil menjitak kepalaku dan duduk disalah satu tempat yang telah disediakan panitia.
Ara..”, jawabku singkat.
Lima menit kemudian, acara sudah dimulai. Diawali dengan sambutan kepala sekolah, ketua komite, hingga perwakilan dari siswa. Sekarang, show baru akan dimulai. MC mulai memanggil bintang tamu untuk acara ini yang pertama.
“Kang Min Hyuk sunbae-nim sebagai ketua osis disini akan mempersembahkan sebuah lagu untuk kita! Beri tepuk tangan!” ucap MC.
‘Mwo? Geu namja? Aigoo~’, ucapku dalam hati setelah melihat Min Hyuk Oppa yang tadi berada disampingku sekarang berada di panggung.
‘Aku tidak yakin suaranya akan bagus!’
Tidak seperti yang kuduga. Ternyata suaranya lumayan juga. Tidak buruk. Tetapi juga tidak terlalu bagus juga. Hanya menurutku ‘pas-pasan’.Setelah selesai bernyanyi, segera dia menuju ke tempat dudukku dan bertanya bagaimana suaranya.
“Tidak bagus tetapi juga tidak jelek” ucapku datar padanya.
“Ya! Suaraku itu bagus! Kau tau Daesung Big Bang? Atau Yesung Super Junior? Yo Seob Beast? JYP? Dibandingkan dengan suaraku, mereka semua bukan apa-apanya!” ucanya padaku, dengan sombongnya, hingga membuat perutku seakan-akan sakit.
Mworago-yo? Aigoo~ Perutku sakit sekali setelah mendengar suaramu tadi. Aku akan ke kamar mandi dulu.. Anyeong!” ucapku yang segera menarik tas punggungku.
“Eitss, tapi kau kembali lagi kan?” ucapnya mencegah ku.
Geureomnyeo...” ucapku dengan senyum seadanya dan segera beranjak dari tempat dudukku. Sebenarnya, aku hanya ingin kabur saja dari tempat ini dan ingin menuju ke cafe.
“Baik sekarang kita panggil bintang tamu selanjutnya..” ucapan MC masih terdengar ditelingaku. Aku yang sedari tadi berjalan pelan menuju ke pintu keluar karena di sesaki siswa-siswa yang ingin melihat acara ini.
“Kita sambut Do Kyungsoo!” ucapan MC membuatku tertegun. Nama itu tak asing bagiku. Nama yang baru aku dengar kemarin.
“Kyungsoo?” ucapku bingung yang langsung membalikkan badanku dan mencari tempat yang bagus untuk melihat kearah panggung dengan jelas. Setelah mendapat tempat yang bagus, dan benar saja! Itu orang yang kutemui di cafe kemarin!
“Selamat pagi semuanya, saya disini akan menyanyikan sebuah lagu dari Yesung Super Junior berjudul It Has To Be You. Semoga kalian menyukainya. Terimakasih.” ucap lelaki bernama lengkap Do Kyungsoo itu, dari atas panggung yang diiringi oleh jeritan para gadis, yang berada dibawahnya.
Suaranya membuatku terbius. Setiap lirik yang terdapat dari lagu itu, ketika diucapkannya seakan-akan dari lubuk hatinya yang paling terdalam. Arti lirik lagu ini hampir sama dengan apa yang kurasakan kepada seseorang yang kukenal dari masa lalu ku.
Aku memohon pada langit..
aku ingin melihatmu dan menahan mu lebih lama..
Itu yang aku inginkan untuk melihat mu dan menahanmu lebih lama..
Aku hampir menitihkan air mata mendengar lagu itu. Hatiku tersayat sakit mendengar lagu ini.
“Ya, beri tepuk tangan untuk Do Kyungsoo yang telah mempersembahkan sebuah lagu yang hampir saja membuat sebagian diantara kita menitihkan air mata. Selanjutnya mari kita sambut..”
Ucapan MC membuyarkan imajinasiku. Dan sekarang di panggung sudah tidak ada lelaki itu. Segera ku berlari menuju ke back stage. Orang-orang yang berada di back stage seakan bingung dengan ku yang tiba-tiba saja datang.
Aku melihat sekeliling, namun aku tak bisa menemukannya. Ku telusuri tiap sudut namun masih tak ada hasil. Karena putus asa, ku mulai beranjak pergi dari back stage. Namun sekarang melewati pintu belakang aula, berharap disana ada lelaki itu.
“Lagu itu untukku?” ucap seorang gadis mengagetkanku dari balik pintu belakang aula.
“Ya. Begitulah.” Ucap DO pada gadis tersebut.
“Apa kau gila? Aku sudah tak menginginkanmu lagi! Kita sudah putus..”DO KYUNGSOO!” teriak yeoja itu lagi dan tiba-tiba membuka pintu belakang aula dengan kasar. Aku yang beberapa detik lalu mendengarkan percakapan itu, segera mencari kesibukan lain supaya dia tak mencurigaiku. Dan syukurlah, gadis itu hanya berlalu saja dihadapanku.
“Do Kyungsoo?” tanyaku pada diriku sendiri atas apa yang baru saja kudengar. Akhirnya, kubuka pelan pintu yang berada dihadapanku. Dan mendapati seorang namja yang terperungkup lemas menekuk kakinya hingga berimpit dengan dadanya dan kepala ditundukkan hingga menyentuh kedua kakinya berada di samping pintu keluar aula.
Lama aku memperhatikan lelaki itu dari depan pintu yang masih ku pegang. Samar-samar, kumendengar isakan tangisnya. Ku rasa dia sangat sakit dengan apa yang baru saja dia dengar dari yeoja yang beberapa waktu yang lalu meninggalkannya.
 Tubuhnya mulai bergerak, kepalanya pelan ia tegakkan. Segera ku mengambil sapu tangan dari saku ku dan ku berikan padanya. Tanganku yang sudah lama menyodorkan sapu tangan belum ia terima juga. Namun, dengan sabar aku masih menunggu hingga ia baru menyadari kehadiranku ditempat itu.
Gomawo” ucapnya pelan seraya mengambil sapu tangan dari tanganku. Aku yang berpikiran bahwa dia ingin sendiri, segera ingin pergi saja dari tempat itu.
“Bisa kah kau menemaniku disini? Aku sangat kacau. Aku takut akan melakukan sesuatu yang tak ingin kulakukan jika tak ada siapapun disini.” ucapnya padaku yang tak kuberikan jawaban apapun.
“Jika kau tak sibuk.. Ku mohon.” pintanya membuatku membalikkan badan dan kini diriku telah duduk disamping lelaki itu.
Tak ada pembicaraan diantara kami. Hanya ada isakan pelan tangis dari lelaki itu yang terdengar ditelingaku.
“Do Kyungsoo... itu namaku.” ucap tiba-tiba lelaki itu padaku.
Ara-yo..” jawabku singkat.
“Apa kau gadis yang ku temui di Cafe kemarin?” ucapnya yang tak seperti pertanyaan pertamanya yang kujawab dengan cepat. Pertanyaan ini perlu proses untuk menjawabnya.
“Sepertinya begitu..” ucapnya, lagi yang bahkan tak membiarkanku menjawab pertanyaannya.
Keheningan mulai tercipta lagi diantara kami. Tiupan angin menyapu dedaunan yang berada dihadapan kami. Refleks ku menadahkan tangan kananku sejajar dengan dadaku. Berusaha mengambil salah satu dari lembaran daun yang berterbangan karena tertiup angin. Dan ya! ada 2 daun yang sekarang berada ditanganku.
“Apa kau menyukainya?” tanya Kyungsoo padaku seraya berusaha untuk tersenyum. Senyuman yang tiba-tiba itu membuatku tertegun. Senyum itu sangat indah untuk kulihat. Senyum itu terlalu tinggi untuk kugapai dari tempatku. Apa mungkin dia benar-benar melupakanku? ‘Gadis dari masa lalu?’ Aku yang melihat itu segera memalingkan wajahku dan segera untuk berdiri.
“Kau bisa mengembalikan sapu tanganku itu besok..” ucapku singkat yang diiringi oleh langkah kaki yang kupercepat dan semakin cepat tiap detiknya hingga aku sudah merasa jauh dari tempat itu.
Harus ku jelaskan dengan apa perasaanku ini. Semuanya terasa tercampur aduk. Apa perasaan ini tumbuh lagi? Perasaan ini?
“Aku benci perasaan ini!!” ucapku dengan amarah pada diriku yang sekarang tertunduk lesu di sebuah kursi taman di sekolahku. Dan tanpa kusadari, air mata ini datang lagi. Air mata yang dulu pernah terjatuh pada lelaki yang sama.
Hembusan angin musim panas ini memang tahu bagaimana perasaanku. Setiap aku sedih, angin seperti ini selalu datang. Angin, dimana aku menyimpan semua rahasiaku tentangnya. Rahasia bahwa lelaki masa laluku merupakan cinta pertamaku yang tak berjalan dengan baik.
BEEP BEEP BEEP
Sebuah pesan singkat kuterima.
From: Min Hyuk Oppa
Kau dipanggil oleh Min Hoon Songsaenim untuk keruangannya sekarang. Cepatlah kesana.
“Kenapa disaat seperti ini?” keluhku yang segera melangkahkan kakiku menuju ke ruangan Min Hoon songsaenim.
“Bukankah masih satu minggu lagi untukku memberikan jawaban itu? Kenapa sekarang ia memanggilku untuk keruangannya? Merepotkan saja!” tambahku lagi.
Lima menit berjalan dari taman menuju ke kantor Min Hoon songsaenim, aku terkejut dengan apa yang kulihat. Ada 9 hingga 10 siswa yang berada di depan pintu ruangan Min Hoon songsaenim. Setibanya aku di tempat itu, mereka hanya melihatku sekilas lalu kembali membaca sebuah kertas yang mereka pegang ditangan mereka masing-masing seraya sesekali menyanyikannya pelan. ‘Apa akan ada audisi?’ tanyaku dalam hati.
To: Min Hoon Songsaenim
Songsaenim.. saya sudah berada di depan pintu. Haruskah saya masuk? Ada banyak siswa yang berada dipintu ruangan songsaenim.
Baru satu menit aku mengirim pesan itu, tiba-tiba Min Hoon songsaenim membuka pintu dan menyuruhku masuk.
Mianhamida.. untuk apa songsaenim menyuruhku datang kesini?” tanyaku padanya setelah duduk di sofa ruangannya.
“Oh ya... sebelumnya selamat karena songsaenim akhirnya memiliki ruangan sendiri sekarang.” tambahku.
“Oh ya terimakasih atas ucapan selamatmu.. Sehubungan dengan aku memanggilku kesini.. em.. aku tau masih ada waktu satu minggu untuk mu memikirkannya. Tapi aku hanya sekedar ingin bertanya denganmu. Apakah kau sudah menemukan jawabannya?” tanya Min Hoon songsaenim padaku layaknya guru konseling.
“Ah.. keugae.. em.. sebenarnya belum songsaenim.” jawabku ragu-ragu padanya.
“Kalau begitu.. ini.” Ucap Min Hoon songsaenim memberiku sebuah kertas. Kertas itu seperti yang dipegang oleh beberapa siswa yang berada di depan pintu ruangan songsaenim tadi.
“Kau tau kenapa siswa-siswa itu berada di depan ruanganku?” tanya Min Hoon songsaenim padaku.
“Em.. moreugesseo-yo..” ucapku jujur.
“Mereka ingin aku untuk merekomendasikan mereka untuk dapat mengikuti audisi Drama Musical di sekolah kita. Kau pasti tidak lupakan acara tahunan di sekolah kita? Yaitu, Drama Musical! Ini acara yang sangat bergengsi! Dan aku ingin kau ikut audisi itu! Ya.. tentu saja dengan rekomendasiku. Kau tau? aku tidak sembarangan untuk merekomendasikan seseorang untuk acara seperti ini. Dan setiap siswa yang kurekomendasikan pasti mendapat peran yang penting di acara itu! Kau mau menerima tawaranku?” ucapnya panjang lebar. Menjelaskan alasannya memanggilku ke kantornya.
Aku terdiam. Ku putar otakku, memikirkan apa yang sedang terjadi sekarang. Bagaimana bisa Min Hoon songsaenim tiba-tiba berkata seperti itu? Bukankah ini sedikit aneh untuk di dengar oleh seseorang yang dulu ia mengatakan dirimu masuk ke sekolah ini hanya untuk main-main saja?
“Kenapa tiba-tiba songsaenim berpikiran seperti itu?” tanyaku penasaran.
“Aku hanya memberimu kesempatan untuk mencari jawabannya. Sebagai gantinya, kau bisa menjawab pertanyaan ku setelah Drama Musical ini selesai. Setidaknya, kau harus berperan di salah satu karakter. Bahkan kalau itupun hanya pembantu, aku ingin kau merasakan bagaimana rasanya berada di panggung. Aku hanya ingin membantumu menemukan jawaban atas pertanyaanku. Dan jangan berbesar kepala karena aku telah merekomendasikanmu. Aku yakin, berita ini cepat atau lambat akan menyebar ke seisi sekolah. Jika tidak diimbangi oleh kerja kerasmu untuk ingin memainkan salah satu peran di Drama musical nanti, aku yakin kau akan menjadi bahan olok-olokan. Tidak lebih juga denganku. Jadi, mulai sekarang bekerja keraslah untuk audisi. Sebelum itu, apa kau mau mengambil kesempatan ini? Aku tidak akan memberimu kesempatan kedua.” jelas Min Hoon songsaenim padaku.
Aku masih bungkam. Tak tau harus menjawab apa. Aku bingung. Sebenarnya, aku ingin mengambil kesempatan itu. Tapi, bukankah aku ingin berpindah ke sekolah formal? Jika aku ikut Drama Musical ini, aku tidak yakin aku akan diperbolehkan orang tuaku untuk masuk ke sekolah formal. Aku harus memperoleh nilai sejelek-jeleknya di sekolah seni baru aku pasti akan diperbolehkan masuk ke sekolah formal.
“Dan aku membawa orang lain lagi untuk aku rekomendasikan untuk di Drama Musical nanti.” tambahnya. Tak lama kemudian..
TOK TOK TOK
Segera Min Hoon songsaenim menuju arah pintu dan membukanya. Dari arah samping tubuh Min Hoon songsaenim hanya dapat kulihat senyuman di wajahnya dan mempersilahkan orang itu untuk masuk. Perlahan dia buka pintunya lebar dan seseorang yang tak asing olehku memasuki ruangan.
‘Dia...’







To Be continued...

Eotheokeyo yeoreobun? Haha~ agak aneh ya critanya? Atau kurang greget? Atau ada yang masih bingung? Mohon reviewnya ya buat this FF. Karena author aydipal disini sangat butuh banget kritikan membangun untuk membuat FF ku lebih, lebih, dan lebih kreatif dan bagus. Mohon banget ya~*puppy eyes. Dont be silent reader please~ hihi :) Thanks for reading!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^