Destiny
When I
see you
.
by Aydipal
.
Title : Destiny |
Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K) | Other Cast : Henry Lau
(Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre
: Romance, School Live| Duration :
Chapter | Rating : Teen
.
.
This
is chapter 2 of my new fanfiction. Hope you like this.
.
Happy
reading!
.
.
Sesaat
mata kita masih saling menatap. Tak lama ponsel berdering dari saku jasnya
yang berwarna abu-abu itu. Seketika, matanya hanya tertuju pada sebuah ponsel
yang baru diambilnya dan berlalu saja dihadapanku. Aku yang masih terkejut
dengan apa yang baru saja terjadi, membuatku membeku ditempat ku berdiri.
Berpikir, apakah laki-laki itu benar-benar orang yang kutemui beberapa waktu
yang lalu. Tapi, kenapa dia bereaksi biasa saja saat mendengar namaku. Apa
mungkin diriku secepat itu dilupakan?
Waktu
kian berlalu, dan sekarang aku masih berada di subway untuk menuju ke rumah.
Pikiranku masih tertuju pada sesosok lelaki yang kutemui di cafe itu. Minuman
yang ia pesan di cafe itu sama dengan pria yang kutemui waktu itu.
‘Apakah ini sebuah
kebetulan?’ pikirku.
Apa
mungkin ada orang lain di Korea ini yang menyukai minuman dengan komposisi aneh
seperti itu selain lelaki yang ku kenal beberapa waktu lalu? Otakku masih berpikir
keras. Berputar-putar hingga kepalaku sakit memikirkannya.
AAW!
Pekikku
tertahan, ketika seorang lelaki yang menyenggolku dengan tergesa, hingga
membuat tubuhku terhuyung ke samping. Saat ini, subway memang penuh dengan
desakan orang-orang. Entah ada apa hari ini, karena saat pemberhentian terakhir
akan tiba, diriku masih belum mendapatkan tempat duduk karena banyaknya orang
yang masuk ke bus.
Aku
mengeriyip kesakitan di bahuku karena didorong oleh laki-laki besar berjaket
hitam itu dengan kasar.
Beberapa
saat kemudian, akhirnya aku mengingat sesuatu. Aku harus menghubungi kakak
laki-lakiku untuk tidak pulang lebih awal. Aku belum melakukan persiapan sama
sekali di rumah. Segera ku ambil ponsel yang ku taruh di saku cardigan
coklatku. Tapi, setelah kucari-cari ternyata tidak ada!
Aku
yakin kalau tadi sudah ku simpan lagi di saku cardiganku. Aku berusaha
mengingat-ingat terakhir kali aku memakainya. Saat di cafe aku memakai ponsel
ku untuk melihat jam, namun sudah ku kembalikan lagi kedalam saku ku. Lalu? Apakah
jatuh di jalan?
‘Bukankah tadi aku
ditabrak oleh laki-laki besar berjaket hitam itu? Mungkinkah dia mencuri
ponselku?’ pikirku. Segera ku mengawasi laki-laki itu dengan
saksama dari tempatku. Betapa terkejutnya diriku saat sebuah dering panggilan
berbunyi dan nada dering hponsel itu sama seperti kepunyaanku yaitu lagu dari
Jay Sean dengan judul Down. Dan suara itu berasal dari ponsel yang baru saja
dikeluarkan dari saku orang yang berjaket hitam itu.
“PENCOPET!”
Teriak
ku keras dan menunjukkan jariku pada laki-laki itu. Seisi bus pun bingung dan
seketika bus berhenti. Laki-laki berjaket hitam itu segera berlari kearah pintu
keluar, diriku yang berada di barisan depan bus pun tak bisa bergerak untuk
mengejar pencopet itu yang berada di barisan belakang bus. Tapi, beruntung ada
seorang laki-laki menangkap pencopet itu sebelum keluar dari bus.
“Kembalikan
barang yang kau curi dari Nona itu!” suruh lelaki berjaket coklat berpostur
setengah tinggi yang menangkap pencopet itu untukku.
“Aku
tidak mencuri apa pun!” elak lelaki yang ku tuduh pencopet itu.
“Lalu
kenapa kau ingin lari, hah!” bentak lelaki yang menolongku.
“Aku...
aku terburu-buru! Kenapa? Aku punya urusan penting! Memang apa buktimu menuduh
diriku mencuri sesuatu pada Nona itu, hah?” ganti bentak pencopet itu.
“Pnsel?”
ucapku saat sudah terbebas dari kerumunan orang-orang.
“Apa?”
ucap bingung pencopet itu.
“Kau
tuli? Atau perlu ku ulang kembali perkataanku? Kau mencuri ponselku!” bentakku
pada laki-laki itu. Karena tak ada tanggapan apa pun, akhirnya ku geledah saku
jasnya dan berhasil menemukan sebuah ponsel. Ku periksa setiap inchi ponsel itu
dari luar. Dan benar saja! Ini pasti ponsel! Tidak salah lagi!
“Jika
kau pemilik ponsel ini, coba sebutkan salah satu nama nomor kontak yang berada
di ponsel ini!”, tantangku pada pencopet yang mengakui ponselku ini miliknya.
“Emm..
aku lupa! Begitu banyak nomor kontak yang ada di ponsel itu!!” elak laki-laki
itu yang masih berada dalam pengawasan laki-laki berjaket coklat yang menarik
kerah laki-laki itu.
“Salah!!”
ucapku singkat.
“Salah?
Apa maksudnya, hah? Di ponsel itu memang banyak nomor kontak! Apa kah aku harus
menyebutkannya satu persatu-satu?”
“Kau
salah besar! Kau tau? Di ponsel ini hanya ada 3 nama kontak saja! Yang pertama,
Appa-ku. Yang kedua, Eomma. Dan yang ketiga adalah Mochi Oppa-ku. Bagaimana kau bisa menyebutkan
ini ponsel-mu jika kau saja tidak tau kalau hanya ada 3 nama kontak saja di
ponsel ini?” ucapku pada laki-laki itu. Seketika, seorang wanita yang mengambil
ponsel yang kupegang, untuk mengecek apakah yang ku bicarakan itu benar.
“Uwah!!
Iya! Benar-benar hanya ada 3 nama kontak saja di ponsel ini!”, ucap wanita yang
mengambil ponsel tadi yang diiringi oleh sahutan beberapa laki-laki yang penasaran
dengan isi ponsel itu.
Raut
wajah pencopet itu semakin khawatir dan benar saja secepat kilat pencopet itu
menyungkurkan laki-laki berjaket coklat yang menolongku tadi hingga membentur
dinding bus keras dan lari begitu saja.
Beberapa
laki-laki yang tadi berada di Bus berusaha mengejar pencopet itu dan aku
memilih untuk menolong laki-laki yang menolongku tadi untuk berdiri.
“Gwenchana-yo?” ucapku padanya.
“Ne. Gwenchana-yo.” jawabnya tersenyum
padaku.
Karena
merasa bersalah, akhirnya aku mengajak laki-laki itu untukku traktir makan.
Hitung-hitung sebagai balas budiku padanya. Aku membawanya ke kedai pinggir
jalan yang tak jauh dari rumahku.
“Kau
tidak usah repot-repot hingga menaktirku makan seperti ini” ucapnya selagi
memakan kue beras.
“Tidak
apa-apa.. Ini sebagai balas budiku karena kau tadi mau mencegah laki-laki itu
keluar dari bus. Jika tidak, maka aku akan kehilangan ponselku ini.” jawabku.
“Begitukah?
Baiklah.. Aku terima balas budimu ini. Kalau begitu, siapa namamu?” tanya
laki-laki itu padaku.
“Lee
Ha Yi imnida.” ucapku seraya
membungkuk.
“Lee
Ha Yi, nama yang bagus! Namaku Lee Dong Hae..” ucapnya menjulurkan tangan.
“Senang
berkenalan dengan mu..” ucapku menyambut uluran tangannya.
“Begitupun aku..” balasnya.
****
Pesta
kejutan yang ingin kupersiapkan kemarin gagal total karena kejadian pencopetan
yang kuterima saat di subway dan keberangkatan kakak laki-laki-ku yang mendadak
ke Canada karena ada masalah di restaurantnya di sana.
BEEP
BEEP BEEP
Pesan
singkat dari ibuku ku terima di pagi hari buta seperti ini, apa ada sesuatu?
From: Eomma
Ha Yi—ah.. Eomma dan Appa akan
mengundur pulang kami ke Korea. Seharusnya hari ini kami sudah pulang, Namun
karena ada urusan mendadak di Hongkong, kita harus kesana dulu. Aku dengar
Oppa—mu pergi ke Canada kemarin. Kau tidak apa-apakan sendirian di rumah?
‘Ciihh.. kenapa harus
bertanya apakah aku baik-baik saja? Bukankah sudah biasa aku sendirian di rumah
yang besar ini?’ keluhku dalam hati selagi membaca pesan
singkat itu. Tanpa basa-basi, segera ku beranjak dari tempat duduk menuju kamar
mandi dan segera berangkat ke sekolah.
Tidak
biasanya, sekolah hari ini tidak seramai biasanya. Dari gerbang hingga aku
berada di sekitar kelas hanya ada segelintir siswa yang berkeliaran. Karena
penasaran, ku putuskan untuk bertanya pada salah satu orang yang kujumpai di lorong
sekolah.
“Hari
ini kan hari ulang tahun sekolah kita. Dan di aula tengah ada pertunjukkan
musik.” jawab seorang laki-laki yang kutanyai tadi.
Benar
juga, hari ini memang hari ulang tahun sekolahku. Jika begitu hari ini tidak
akan ada pelajaran. Syukurlah.
‘Aku punya ide!
Sebaiknya aku ke cafe saja.. semoga saja laki-laki yang kemarin akan kesana
nanti!’ segera ku berangkatkan kakiku untuk menuju ke Cafe
itu.
“Ya!”
teriak seorang laki-laki menghadang jalanku. “Kau mau kemana?” tanya Kang Min
Hyuk, lelaki yang menghadang jalanku.
“Wae-yo? Aku mau pergi!” jawabku yang
segera melangkahkan kaki ku cepat.
“Tidak
boleh! Kau tau? Hari ini hari ulang tahun sekolahmu! Bagaimana bisa kau
meninggalkan acara yang penting ini, hah? Sekarang ikut aku!” ucap Min Hyuk oppa menarik tanganku kasar menuju aula.
Sesampainya
disana, acara masih belum di mulai. Tapi, sudah banyak anak yang berkerumun di bawah
panggung.
“Kau
lihat? Mereka sangat antusias melihat acara ini! Kenapa kau ingin melewatkan
acara ini?” ucap Min Hyuk oppa, lagi.
“Em..
Ara! Lalu, siapa bintang tamunya? Apa
ada Beast? Atau BtoB? Big Bang? Aku tau, pasti SHINee! Ya kan?” tanyaku
antusias.
“Ya!
Apa kau gila? Bagaimana mungkin sekolah kita mau mengontrak mereka untuk
tampill disini?” ucapnya sambil menjitak kepalaku dan duduk disalah satu tempat
yang telah disediakan panitia.
“Ara..”, jawabku singkat.
Lima
menit kemudian, acara sudah dimulai. Diawali dengan sambutan kepala sekolah,
ketua komite, hingga perwakilan dari siswa. Sekarang, show baru akan dimulai.
MC mulai memanggil bintang tamu untuk acara ini yang pertama.
“Kang
Min Hyuk sunbae-nim sebagai ketua osis disini akan mempersembahkan sebuah lagu
untuk kita! Beri tepuk tangan!” ucap MC.
‘Mwo? Geu namja? Aigoo~’,
ucapku dalam hati setelah melihat Min Hyuk Oppa
yang tadi berada disampingku sekarang berada di panggung.
‘Aku tidak yakin
suaranya akan bagus!’
Tidak
seperti yang kuduga. Ternyata suaranya lumayan juga. Tidak buruk. Tetapi juga
tidak terlalu bagus juga. Hanya menurutku ‘pas-pasan’.Setelah
selesai bernyanyi, segera dia menuju ke tempat dudukku dan bertanya bagaimana
suaranya.
“Tidak
bagus tetapi juga tidak jelek” ucapku datar padanya.
“Ya!
Suaraku itu bagus! Kau tau Daesung Big Bang? Atau Yesung Super Junior? Yo Seob
Beast? JYP? Dibandingkan dengan suaraku, mereka semua bukan apa-apanya!” ucanya
padaku, dengan sombongnya, hingga membuat perutku seakan-akan sakit.
“Mworago-yo? Aigoo~ Perutku sakit sekali setelah mendengar suaramu tadi. Aku
akan ke kamar mandi dulu.. Anyeong!” ucapku
yang segera menarik tas punggungku.
“Eitss,
tapi kau kembali lagi kan?” ucapnya mencegah ku.
“Geureomnyeo...” ucapku dengan senyum
seadanya dan segera beranjak dari tempat dudukku. Sebenarnya, aku hanya ingin
kabur saja dari tempat ini dan ingin menuju ke cafe.
“Baik
sekarang kita panggil bintang tamu selanjutnya..” ucapan MC masih terdengar
ditelingaku. Aku yang sedari tadi berjalan pelan menuju ke pintu keluar karena
di sesaki siswa-siswa yang ingin melihat acara ini.
“Kita
sambut Do Kyungsoo!” ucapan MC membuatku tertegun. Nama itu tak asing bagiku.
Nama yang baru aku dengar kemarin.
“Kyungsoo?”
ucapku bingung yang langsung membalikkan badanku dan mencari tempat yang bagus
untuk melihat kearah panggung dengan jelas. Setelah mendapat tempat yang bagus,
dan benar saja! Itu orang yang kutemui di cafe kemarin!
“Selamat
pagi semuanya, saya disini akan menyanyikan sebuah lagu dari Yesung Super
Junior berjudul It Has To Be You. Semoga kalian menyukainya. Terimakasih.” ucap
lelaki bernama lengkap Do Kyungsoo itu, dari atas panggung yang diiringi oleh
jeritan para gadis, yang berada dibawahnya.
Suaranya
membuatku terbius. Setiap lirik yang terdapat dari lagu itu, ketika diucapkannya
seakan-akan dari lubuk hatinya yang paling terdalam. Arti lirik lagu ini hampir
sama dengan apa yang kurasakan kepada seseorang yang kukenal dari masa lalu ku.
Aku memohon pada langit..
aku ingin melihatmu dan menahan mu
lebih lama..
Itu yang aku inginkan untuk melihat
mu dan menahanmu lebih lama..
Aku
hampir menitihkan air mata mendengar lagu itu. Hatiku tersayat sakit mendengar
lagu ini.
“Ya,
beri tepuk tangan untuk Do Kyungsoo yang telah mempersembahkan sebuah lagu yang
hampir saja membuat sebagian diantara kita menitihkan air mata. Selanjutnya
mari kita sambut..”
Ucapan
MC membuyarkan imajinasiku. Dan sekarang di panggung sudah tidak ada lelaki
itu. Segera ku berlari menuju ke back
stage. Orang-orang yang berada di back
stage seakan bingung dengan ku yang tiba-tiba saja datang.
Aku
melihat sekeliling, namun aku tak bisa menemukannya. Ku telusuri tiap sudut
namun masih tak ada hasil. Karena putus asa, ku mulai beranjak pergi dari back stage. Namun sekarang melewati
pintu belakang aula, berharap disana ada lelaki itu.
“Lagu
itu untukku?” ucap seorang gadis mengagetkanku dari balik pintu belakang aula.
“Ya.
Begitulah.” Ucap DO pada gadis tersebut.
“Apa
kau gila? Aku sudah tak menginginkanmu lagi! Kita sudah putus..”DO KYUNGSOO!”
teriak yeoja itu lagi dan tiba-tiba membuka pintu belakang aula dengan kasar.
Aku yang beberapa detik lalu mendengarkan percakapan itu, segera mencari
kesibukan lain supaya dia tak mencurigaiku. Dan syukurlah, gadis itu hanya
berlalu saja dihadapanku.
“Do
Kyungsoo?” tanyaku pada diriku sendiri atas apa yang baru saja kudengar.
Akhirnya, kubuka pelan pintu yang berada dihadapanku. Dan mendapati seorang
namja yang terperungkup lemas menekuk kakinya hingga berimpit dengan dadanya
dan kepala ditundukkan hingga menyentuh kedua kakinya berada di samping pintu
keluar aula.
Lama
aku memperhatikan lelaki itu dari depan pintu yang masih ku pegang.
Samar-samar, kumendengar isakan tangisnya. Ku rasa dia sangat sakit dengan apa
yang baru saja dia dengar dari yeoja yang beberapa waktu yang lalu
meninggalkannya.
Tubuhnya mulai bergerak, kepalanya pelan ia
tegakkan. Segera ku mengambil sapu tangan dari saku ku dan ku berikan padanya.
Tanganku yang sudah lama menyodorkan sapu tangan belum ia terima juga. Namun,
dengan sabar aku masih menunggu hingga ia baru menyadari kehadiranku ditempat
itu.
“Gomawo”
ucapnya pelan seraya mengambil sapu tangan dari tanganku. Aku yang berpikiran
bahwa dia ingin sendiri, segera ingin pergi saja dari tempat itu.
“Bisa kah kau menemaniku disini? Aku
sangat kacau. Aku takut akan melakukan sesuatu yang tak ingin kulakukan jika
tak ada siapapun disini.” ucapnya padaku yang tak kuberikan jawaban apapun.
“Jika kau tak sibuk.. Ku mohon.”
pintanya membuatku membalikkan badan dan kini diriku telah duduk disamping
lelaki itu.
Tak ada pembicaraan diantara kami. Hanya
ada isakan pelan tangis dari lelaki itu yang terdengar ditelingaku.
“Do Kyungsoo... itu namaku.” ucap
tiba-tiba lelaki itu padaku.
“Ara-yo..”
jawabku singkat.
“Apa kau gadis yang ku temui di Cafe
kemarin?” ucapnya yang tak seperti pertanyaan pertamanya yang kujawab dengan
cepat. Pertanyaan ini perlu proses untuk menjawabnya.
“Sepertinya begitu..” ucapnya, lagi yang
bahkan tak membiarkanku menjawab pertanyaannya.
Keheningan mulai tercipta lagi diantara
kami. Tiupan angin menyapu dedaunan yang berada dihadapan kami. Refleks ku
menadahkan tangan kananku sejajar dengan dadaku. Berusaha mengambil salah satu
dari lembaran daun yang berterbangan karena tertiup angin. Dan ya! ada 2 daun
yang sekarang berada ditanganku.
“Apa kau menyukainya?” tanya Kyungsoo
padaku seraya berusaha untuk tersenyum. Senyuman yang tiba-tiba itu membuatku
tertegun. Senyum itu sangat indah untuk kulihat. Senyum itu terlalu tinggi
untuk kugapai dari tempatku. Apa mungkin dia benar-benar melupakanku? ‘Gadis dari masa lalu?’ Aku yang melihat
itu segera memalingkan wajahku dan segera untuk berdiri.
“Kau bisa mengembalikan sapu tanganku
itu besok..” ucapku singkat yang diiringi oleh langkah kaki yang kupercepat dan
semakin cepat tiap detiknya hingga aku sudah merasa jauh dari tempat itu.
Harus ku jelaskan dengan apa perasaanku
ini. Semuanya terasa tercampur aduk. Apa perasaan ini tumbuh lagi? Perasaan
ini?
“Aku benci perasaan ini!!” ucapku dengan
amarah pada diriku yang sekarang tertunduk lesu di sebuah kursi taman di
sekolahku. Dan tanpa kusadari, air mata ini datang lagi. Air mata yang dulu
pernah terjatuh pada lelaki yang sama.
Hembusan angin musim panas ini memang tahu
bagaimana perasaanku. Setiap aku sedih, angin seperti ini selalu datang. Angin,
dimana aku menyimpan semua rahasiaku tentangnya. Rahasia bahwa lelaki masa
laluku merupakan cinta pertamaku yang tak berjalan dengan baik.
BEEP BEEP BEEP
Sebuah pesan singkat kuterima.
From: Min
Hyuk Oppa
Kau dipanggil
oleh Min Hoon Songsaenim untuk keruangannya sekarang. Cepatlah kesana.
“Kenapa disaat seperti ini?” keluhku
yang segera melangkahkan kakiku menuju ke ruangan Min Hoon songsaenim.
“Bukankah masih satu minggu lagi untukku
memberikan jawaban itu? Kenapa sekarang ia memanggilku untuk keruangannya?
Merepotkan saja!” tambahku lagi.
Lima menit berjalan dari taman menuju ke
kantor Min Hoon songsaenim, aku
terkejut dengan apa yang kulihat. Ada 9 hingga 10 siswa yang berada di depan
pintu ruangan Min Hoon songsaenim.
Setibanya aku di tempat itu, mereka hanya melihatku sekilas lalu kembali
membaca sebuah kertas yang mereka pegang ditangan mereka masing-masing seraya
sesekali menyanyikannya pelan. ‘Apa akan
ada audisi?’ tanyaku dalam hati.
To: Min Hoon
Songsaenim
Songsaenim..
saya sudah berada di depan pintu. Haruskah saya masuk? Ada banyak siswa yang
berada dipintu ruangan songsaenim.
Baru satu menit aku mengirim pesan itu,
tiba-tiba Min Hoon songsaenim membuka
pintu dan menyuruhku masuk.
“Mianhamida..
untuk apa songsaenim menyuruhku
datang kesini?” tanyaku padanya setelah duduk di sofa ruangannya.
“Oh ya... sebelumnya selamat karena songsaenim akhirnya memiliki ruangan
sendiri sekarang.” tambahku.
“Oh ya terimakasih atas ucapan
selamatmu.. Sehubungan dengan aku memanggilku kesini.. em.. aku tau masih ada
waktu satu minggu untuk mu memikirkannya. Tapi aku hanya sekedar ingin bertanya
denganmu. Apakah kau sudah menemukan jawabannya?” tanya Min Hoon songsaenim padaku layaknya guru
konseling.
“Ah.. keugae.. em.. sebenarnya belum songsaenim.”
jawabku ragu-ragu padanya.
“Kalau begitu.. ini.” Ucap Min Hoon songsaenim memberiku sebuah kertas.
Kertas itu seperti yang dipegang oleh beberapa siswa yang berada di depan pintu
ruangan songsaenim tadi.
“Kau tau kenapa siswa-siswa itu berada
di depan ruanganku?” tanya Min Hoon songsaenim
padaku.
“Em.. moreugesseo-yo..” ucapku jujur.
“Mereka ingin aku untuk merekomendasikan
mereka untuk dapat mengikuti audisi Drama Musical di sekolah kita. Kau pasti
tidak lupakan acara tahunan di sekolah kita? Yaitu, Drama Musical! Ini acara
yang sangat bergengsi! Dan aku ingin kau ikut audisi itu! Ya.. tentu saja
dengan rekomendasiku. Kau tau? aku tidak sembarangan untuk merekomendasikan
seseorang untuk acara seperti ini. Dan setiap siswa yang kurekomendasikan pasti
mendapat peran yang penting di acara itu! Kau mau menerima tawaranku?” ucapnya
panjang lebar. Menjelaskan alasannya memanggilku ke kantornya.
Aku terdiam. Ku putar otakku, memikirkan
apa yang sedang terjadi sekarang. Bagaimana bisa Min Hoon songsaenim tiba-tiba berkata seperti itu? Bukankah ini sedikit aneh
untuk di dengar oleh seseorang yang dulu ia mengatakan dirimu masuk ke sekolah
ini hanya untuk main-main saja?
“Kenapa tiba-tiba songsaenim berpikiran seperti itu?” tanyaku penasaran.
“Aku hanya memberimu kesempatan untuk
mencari jawabannya. Sebagai gantinya, kau bisa menjawab pertanyaan ku setelah
Drama Musical ini selesai. Setidaknya, kau harus berperan di salah satu
karakter. Bahkan kalau itupun hanya pembantu, aku ingin kau merasakan bagaimana
rasanya berada di panggung. Aku hanya ingin membantumu menemukan jawaban atas
pertanyaanku. Dan jangan berbesar kepala karena aku telah merekomendasikanmu.
Aku yakin, berita ini cepat atau lambat akan menyebar ke seisi sekolah. Jika
tidak diimbangi oleh kerja kerasmu untuk ingin memainkan salah satu peran di
Drama musical nanti, aku yakin kau akan menjadi bahan olok-olokan. Tidak lebih
juga denganku. Jadi, mulai sekarang bekerja keraslah untuk audisi. Sebelum itu,
apa kau mau mengambil kesempatan ini? Aku tidak akan memberimu kesempatan kedua.”
jelas Min Hoon songsaenim padaku.
Aku masih bungkam. Tak tau harus
menjawab apa. Aku bingung. Sebenarnya, aku ingin mengambil kesempatan itu.
Tapi, bukankah aku ingin berpindah ke sekolah formal? Jika aku ikut Drama
Musical ini, aku tidak yakin aku akan diperbolehkan orang tuaku untuk masuk ke
sekolah formal. Aku harus memperoleh nilai sejelek-jeleknya di sekolah seni
baru aku pasti akan diperbolehkan masuk ke sekolah formal.
“Dan aku membawa orang lain lagi untuk
aku rekomendasikan untuk di Drama Musical nanti.” tambahnya. Tak lama
kemudian..
TOK TOK TOK
Segera Min Hoon songsaenim menuju arah pintu dan membukanya. Dari arah samping
tubuh Min Hoon songsaenim hanya dapat
kulihat senyuman di wajahnya dan mempersilahkan orang itu untuk masuk. Perlahan
dia buka pintunya lebar dan seseorang yang tak asing olehku memasuki ruangan.
‘Dia...’
To
Be continued...
Eotheokeyo
yeoreobun? Haha~ agak aneh ya critanya? Atau kurang greget? Atau
ada yang masih bingung? Mohon reviewnya ya buat this FF. Karena author aydipal
disini sangat butuh banget kritikan membangun untuk membuat FF ku lebih, lebih,
dan lebih kreatif dan bagus. Mohon banget ya~*puppy eyes. Dont be silent reader
please~ hihi :) Thanks for
reading!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^