Sabtu, 01 Maret 2014

Destiny Chapter 3



Destiny


That Person
.
.
by Aydipal
Editor by Zi_You
.
Watch: Video Teaser
.
.
Title : Destiny | Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K), Baro (B1A4) | Other Cast : Henry Lau (Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre : Romance, School Live| Duration : Chapter
.
Happy reading!
.
.
Ku membelalakkan mataku. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Laki-laki yang kemarin aku temui lagi, laki-laki yang baru 30 menit yang lalu aku temui di belakang aula sekolah, kini berada di satu ruangan denganku. Sekilas, terdapat rasa terkejut dari sorot matanya saat melihatku duduk disalah satu sofa di ruangan Min Hoon songsaenim. Namun, segera ia hilangkan dan digantinya oleh sebuah senyuman.
“Dia orang yang kubicarakan tadi, yang akan aku rekomendasikan juga di Drama Musical nanti.” ucap Min Hoon songsaenim memperkenalkan lelaki itu padaku.
“Kyungsoo-ya, perkenalkan dirimu.” Ucap Min Hoon songsaengnim, lagi.
Jeoneun Do Kyungsoo imnida. Bangapseumnida..” ucap lelaki itu mengembangkan senyuman di wajahnya seraya menjulurkan tangannya padaku. Tangan itu tak lekas kusambut. Hanya tatapan kosong yang kuberikan padanya.
“Lee Ha Yi imnida..” ucapku, yang tak lama untuk berpikir, akhirnya tanganku menyambut tangannya dengan senyuman tipis yang kupaksakan. Bersamaan dengannya, aliran darahku mulai melaju dengan cepat. Degupan jantungku yang menjadi-jadi membuat ku semakin gugup. Hingga ucapan Min Hoon songsaenim berhasil membuyarkan lamunanku tentang dirinya.
“Baiklah, sekarang bagaimana Ha Yi-ah? Kau akan menerima tawaranku ini kan?” tanya Min Hoon songsaenim padaku (lagi).
“Aku ingin jawabanmu hari ini, karena sore nanti data siswa harus dikumpulkan. Araseo?” tambahnya.
“Apakah jawaban yang akan saya berikan pada songsaenim setelah saya mendapatkan peran di Drama Musical akan berbeda jika seandainya saya menolak tawaran ini dan menjawab pertanyaan songsaenim satu minggu dari sekarang?” pertanyaanku membuat Min Hoon songsaenim berpikir ringan selagi duduk melihat atap ruangannya.
“Kemungkinan besar.” jawabnya singkat, menyesap secangkir kopi yang sedari tadi nerada di atas mejanya.
“Kenapa songsaenim begitu yakin?” tanyaku penasaran.
“Ah~ keugae..” Min Hoon songsaenim mulai berpikir lagi, yang kali ini lebih serius dari pertanyaanku yang pertama. “Karena aku tau kau punya sesuatu yang tak kau ketahui dari dalam tubuhmu.” terusnya.
Mworago-yo?”
“Ah! Keugae.. seperti.. seperti.. ya pokoknya sesuatu yang kau tak tau. Itu saja! Masalah sesuatu apa itu, kau sendiri yang akan menemukannya nanti! Setidaknya kau harus mencoba dulu! Benarkan Kyungsoo-ya?” jawab Min Hoon songsaenim yang hanya diiringi oleh anggukan Kyungsoo saja.
Aku mulai berpikir dengan ucapan Min Hoon songsaenim. Bahkan sampai di halte bus ini pun otakku masih mencerna tiap kata yang diucapkan oleh  Min Hoon songsaenim.
‘Drama Musical, haruskah ku kesana?’
****
Kini matahari tepat di atas kepalaku. Kurasakan panas disekujur tubuhku karenanya. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kananku, angka di sana menunjukkan pukul 12.05. Hari yang sangat melelahkan di hari libur seperti ini.
“Ya Oppa!! Cepat bantu aku! Apa kau tidak tahu aku sedang bekerja keras sekarang?” teriakku pada seorang laki-laki yang sekarang sedang menikmati minuman jus apel sambil bersantai layaknya sedang berada di pantai lengkap dengan payung dan tempatnya tidur.
“Ah Ne?” jawabnya singkat tanpa melihatku dan hanya fokus pada gadget yang di pegangnya.
Aigoo~ Jinjja! Oppa! Palli!” kataku kini mulai geram dengan tingkah lakunya.
Sireo! Di sana panas!” ucapnya yang kini beranjak dari tempatnya semula dan masuk kedalam rumah.
OPPA~~ AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!”
Akhirnya aku menyerah membuatnya untuk ikut membersihkan rumput di rumah. Berhubung semua pembantu kami tidak masuk untuk 5 hari ini, aku harus membereskan rumah sebesar ini sendirian. Apa lagi jika didukung oleh alat pemotong rumput yang rusak. Meskipun baru di potong 2 minggu yang lalu, tapi rumput cepat sekali tumbuh.
Ku rebahkan tubuhku di sofa ruang tamu. Meregangkan tubuhku karena lelah membersihkan rumah.
TING TONG
‘Sekarang apa lagi?’ pikirku dalam hati. Kupaksa tubuhku berdiri kembali dan beranjak ke pintu. Melihat seorang yang berada di balik pintu sana.
Nuguseyo” teriakku dari depan pintu.
“Teman Henry hyung. Apakah hyung ada di rumah?” jawab orang yang sekarang berada di balik pintu, berbalik berteriak padaku.
Oppa! Ada temanmu yang mencari!” teriakku seketika dan pergi dari arah pintu menuju ke dapur tanpa membukakan pintu.
Dalam sekejap, Henry oppa segera berlari menuju pintu dan membukanya. Aku tak menghiraukannya dan hanya mengambil segelas air minum dari lemari pendingin lalu meminumnya sekaligus.
“Ah~” ucap ku saat tahu bahwa tenggorokanku sudah tidak kering lagi.
Aku ingin ke kamarku untuk merebahkan badanku sejenak dan mengembalikan energiku yang terbuang. Saat melewati ruang tamu, kulihat sekilas tamu Henry oppa, yang membuatku menghentikan langkah ku.
Dia seorang lelaki dengan wajah yang tak asing sama sekali olehku. Mataku mulai mencermatimya. Dari atas hingga bawah, memperhatikannya saat bercanda dengan kakak laki-lakiku. Lama, hingga ku merasakan ada yang salah dengan semua ini.
“Ha Yi-ah? Kau kenapa? Sini ku kenalkan dengan temanku.” Ucap Henry oppa yang segera menghampiriku dan mendudukkanku di sebelah lelaki yang sudah kuperhatikan dari beberapa waktu yang lalu.
“Lee Ha Yi imnida” ucapku sedikit membungkukkan badanku.
“Ah ne. Cha Sun Woo imnida. Sebenarnya aku lebih suka jika di panggil Baro.” jawabnya yang diiringi oleh senyuman. Senyuman yang dulu pernah ku temui. Entah dimana itu.
“Dia sekarang seorang training di SMent.” Celetuk Henry oppa seraya meminum jus apelnya.
Hyung!” protes Baro pada Henry oppa.
Aku hanya tersenyum melihat dua orang ini bertengkar satu sama lain. Mereka layaknya anak kecil ketika mereka berdua saling memukul satu sama lain dengan bantal sofa. Tak lama kemudian, Henry Oppa mendapat telepon, membuatnya sedikit menjauhkan dirinya dari ku, juga Baro.
Sekarang, di ruang tamu hanya ada diriku dan lelaki yang baru saja aku kenal beberapa menit yang lalu namun wajah dan senyumnya tak asing olehku. Suasana menjadi hening. Tak ada pembicaraan sepatah katapun dari kami. Hanya berusaha memperdengarkan nafas masing-masing.
Pikiranku, mulai mencari-cari lagi sepotong ingatan tentang laki-laki yang sekarang duduk disampingku. Kenapa ku sepertinya mengenal senyuman itu? Apa kita teman masa kecil? Atau ku pernah melihatnya saja di suatu tempat? Yang pasti, aku tak dapat mengingatnya. Hanya intuisi ku saja yang berkata bahwa kita pernah bertemu sebelumnya. Entah dimana dan kapan.
Mataku mempertajam penglihatannya ketika kilauan dari sebuah benda di bawah tempatku duduk. Ku tundukkan kepalaku, berusaha mencari tahu asal dari kilauan itu. Ternyata kilauan itu dari sebuah kalung yang disana terdapat simbol musik yang diberikan seseorang dari masa lalu kepadaku. Seorang lelaki yang kutemui di sebuah cafe.
‘Pasti terjatuh ketika aku membaringkan tubuhku di tempat ini beberapa waktu yang lalu’ pikirku dalam hati
Segera ku ambil kalung itu untuk kupakai kembali. Kalung ini memang selalu ku pakai semenjak barang ini menjadi milikku. Setelah tertata rapi di leherku, kulihat sejenak dan menciumya lembut.
“Sepertinya itu kalung yang berharga...” ucap Baro yang terlebih dahulu membuka percakapan diantara kami, setelah beberapa waktu yang lalu hanya diisi oleh keheningan. Aku tak membalasnya dengan kata-kata, melainkan dengan senyuman yang tipis dan mantap. Menyakinkan Baro bahwa kalung ini memang kalung yang berharga dengan sebuah senyuman.
“Siapa orang itu?” pertanyaannya membuatku berhenti bernafas beberapa detik. Aku tak bisa mengatakan siapa seorang yang memberiku kalung ini. Hanya dugaan bahwa Kyungsoo adalah orangnya. Dugaan yang kupaksakan benar bahwa ia adalah orangnya. Seseorang yang memesan minuman yang sama di cafe yang sama, ia adalah Kyungsoo.
Aku tak menjawab pertanyaan maupun memberikan respect terhadap pertanyaannya. Aku hanya menutup mulutku rapat-rapat, membungkam semua kata-kata yang ingin kuucapkan.
“Dia mencampkanmu?” mataku melihatnya seketika. Perkataannya, membuat mataku mulai berapi-api. Bukan marah terhadapnya, melainkan pada diriku sendiri. Haruskan aku mulai menyadarinya bahwa laki-laki yang memberikan kalung ini kepadaku ialah orang yang mencampakanku. Aku masih melihat Baro yang kini dari sorot matanya terlihat sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang ia ingin katakan padaku. Sesuatu yang ingin kuketahui apa itu.
“Kenapa kau bertanya tentang kalung ini? Apakah ini penting untuk kau ketahui?” aku berbalik bertanya padanya. Namun, tak ada jawaban. Hanya ada sorot mata sendu darinya. Aku tak tau arti sorot mata itu. Sorot mata sendu seperti sorot mata seseorang yang menyesal.
‘Apakah ia menyesal karena menanyakan tentang kalung ini?’ pikirku
Keheningan mulai tercipta lagi. Namun, tak sama dengan keheningan beberapa waktu yang lalu. Melainkan, keheningan yang tercipta bercampur dengan emosi yang tak diketahui asalnya. Aku melihat sorotan mata yang jarang kulihat. Sorot mata yang sepertinya ia telah mengenalku lama.
“Baro-ya!! Kajja ke rumah Greg songsaenim! Bukankah hari ini kita ada janji dengannya? Kau kan akan belajar dance bersamanya. Palli! Kita nanti akan terlambat.” Henry oppa membuyarkan keheningan diantara kami, bersamaan dengannya Baro kini mulai berdiri dari tempatnya duduk.
“Senang bisa berkenalan denganmu, Lee Ha Yi...” ucapnya kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri, mengikuti derap langkah Henry oppa yang semakin cepat menuju pintu, lalu punggungnya tak dapat kulihat lagi setelah ia menghilang dari balik pintu.
‘Kau siapa?’
****
“Saya akan menerima tawaran songsaenim untuk mengikuti Drama Musical itu” jawabku kepada lelaki yang masih berumur 30-an didepanku. Ia tak memberikan respon apapun padaku. Hanya sebuah senyuman yang ia berikan.
Terlihat, kini ia menulis pada sebuah kertas. Dari tempatku duduk, dapatku lihat bahwa itu adalah lembar biodata untuk pendaftar Drama Musical. Ia menulisnya cepat dan menyerahkannya padaku.
“Apakah ini sudah benar?” ucapnya seraya menyerahkan selembar kertas padaku.  Ku baca sekilas lembar bioadataku yang ditulis oleh Min Hoon songsaenim.
“Sudah” jawabku sambil menyerahkan lembaran itu kembali pada Min Hoon songsaenim.
“Kyungsoo-ya... untuk satu bulan ini, ajari ia bernyanyi dan dance jika kau bisa. Karena satu bulan ini aku ada acara di Incheon” ucap Min Hoon songsaenim pada lelaki yang sedari tadi duduk disampingku, diam.
Ne...” ucap Kyungsoo sedikit memungkukkan badan menyatakan kesetujuannya.
“Kuserahkan ia kepadamu..” ucap Min Hoon songsaenim, seraya mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Yang diikuti olehku dan Kyungsoo.
“Kalian boleh pergi. Dan kau Kyungsoo, kau bisa memulai mengajarnya mulai hari ini.” Ucap Min Hoon songsaenim melangkahkan kakinya menuju pintu untuk membukanya agar kita dapat keluar dari ruangannya yang cukup besar ini.
Ne..” jawabnya.
****
“Apakah kau membawa kendaraan kesini?” tanya Kyungsoo padaku, ketika kami sudah berada di tempat parkir.
Aniyo. Aku memakai busway. Kalau begitu, aku pulang terlebih dahulu. Hari sudah mulai sore.” Ucapku membungkukkan badanku.
“Sepertinya kau belum boleh pulang. Hari ini kau ada janji denganku bukan? Untuk mengajarimu bernyanyi. Apa kau lupa apa yang songsaenim katakan tadi?” ucapnya yang membuat ku menegakkan badanku lagi, menatapnya dengan tatapan yang tiada artinya apapun.
“Kau akan pulang bersamaku. Kita akan melakukan latihan di tempatku.” ucapnya menyerahkan sebuah helm dari sepeda motor Ducati nya yang berada di samping tubuhnya.
“Ayo naik.” ajaknya padaku. Ia sudah berada di kendaraannya. Entah kenapa saat ku melihatnya menaiki kendaraan Ducati orange nya itu, ia tampak lebih tampan dan cool.
Ne...
Kini tubuhku sudah berada di atas kendaraannya. Laju kendaraannya begitu cepat sehingga memaksa tanganku untuk melingkarkannya di pinggang Kyungsoo, erat. Melewati deretan gedung-gedung pencakar langit di kota Seoul dan berhenti di daerah Cheondamdong.
Kulihat sekeliling dan akhirnya mataku tertuju pada gedung bertingkat yang berada di depanku.
‘SM Entertainment?’ gumanku dalam hati.
Tanpa sepatah katapun, ku mengikuti punggungnya memasuki gedung yang menjadi impian para remaja korea untuk menjadi Super Idol itu.
Sederetan orang-orang yang berada di gedung itu, tak ada satupun yang menghiraukan kami yang baru saja datang. Semuanya sibuk dengan apa yang mereka kerjakan masing-masing. Hanya sorotan beberapa lelaki yang seumuran denganku, sepertinya mereka merupakan training di sini.
Aku masih dibelakang Kyungsoo, mengikutinya berhenti disalah satu pintu lift di gedung ini. Tak lama, pintu lift terbuka. Tak ada seseorang disana. Kami masuk dan Kyungsoo menekan tombol lantai dimana ia akan berhenti. Lantai 25, merupakan tujuannya.
Kami sudah sampai. Hanya berjalan beberapa langkah saja dari pintu lift, ia membuka sebuah pintu dan masuk kedalamnya.
“Ini adalah rumahku.” ucapnya ketika aku memasuki ruangan yang ia juga masuki. Ruangan yang hampir 80% persen dindingnya dipenuhi oleh kaca besar yang sepertinya untuk berlatih dance.
“Apa kau training?” tanyaku mengikutinya, dan duduk disalah satu bangku di pojok ruangan itu.
“Ya.. Seperti itulah. Kau bisa melihat sendiri.” jawabnya yang terfokus pada ponsel yang ia pegang.
“Kau tidak ada jadwal pelatihan hari ini?” tanyaku lagi, kini ia sudah tidak terfokus pada ponsel-nya lagi, melainkan pada sorotan mataku.
“Ada. Tapi masih nanti. Sekarang ayo kita mulai. Tapi sebelum itu, kau harus pemanasaan untuk melatih pernapasanmu.” ucapnya yang hanya ku jawab dengan anggukan saja.
5 menit berlalu, aku masih saja mengikuti apa yang ia katakan padaku. Sit up, push up, streching, dan masih banyak lagi. Nafasku mulai terengah-engah, namun Kyungsoo hanya menggeleng-gelangkan kepalanya saja. Tentu saja, dia pasti sudah mendapatkan pelatihan yang lebih dibandingkan denganku dari tempat ini sehingga ia sudah kebal dengan nafas yang terengah-engah, mungkin.
Waktu berjalan sangat cepat hingga jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 10.30 malam. Namun, ruangan ini masih saja dihuni olehku dan Kyungsoo saja. Tidak ada training lain yang datang untuk berlatih.
“Do Re Mi Fa So La Si Do~~” Kyungsoo mulai mengajariku bagaimana caranya bernyanyi yang benar. Ia dengan sabar mengajariku basic bernyanyi. Aku hanya mengikutinya saja. Berulang kali, alisnya terangkat dan terkadang tersenyum mendengarkanku mengikutinya bernyanyi.
“Kau mempunyai bakat. Warna suaramu sangat unik.” ucapnya yang ku sambut dengan alis terangkat menandakan bingung dengan apa yang baru ia katakan. Aku tak menjawabnya dengan kata-kata melainkan dengan tatapan tajam mendekat kepadanya, berusaha mengetahui apa yang terjadi. Apakah ia mempermainkanku atau tidak?
“Sungguh.” ucapnya lagi yang kini mulai menyakinkanku. Berbeda dengan ucapanya yang pertama, kini tubuhku kutarik ketempat semula.
Jinjja-yo? Apa aku bisa lolos di Drama Musical nanti?” tanganku kulipat di depan dada. Namun, sekarang dapat kulihat wajah Kyungsoo berubah menjadi sesuatu yang tak dapat kuartikan maknanya.
Rival-mu sangat banyak Ha Yi-ah. Kau harus masih banyak berlatih. Dan ku peringatkan kepadamu. Kim Jee Won, dia adalah rival mu yang paling kuat. Bukan karena dia terlalu berbakat atau punya kelebihan yang menonjol. Melainkan, dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan peran utama di drama musical itu. Percayalah, dia akan melakukan hal-hal yang tak kau duga suatu saat nanti.” mata Kyungsoo menatapku dengan penuh harap dan kekhawatiran.
“Kim Jee Won... Siapa dia? Apa kau mengenalnya?” tanyaku padanya. Ia tak segera menjawabnya. Ia hanya memberikanku senyuman tipis dan mengalihkan pandangannya terhadapku.
“Kau ingat saat kita bertemu di belakang aula sekolah? Sesaat sebelum kau datang, aku berbicara sedikit dengannya.” Ucapnya, yang membuat mataku mulai membesar. Kaget dengan apa yang baru kudengar. Dia adalah...
“Dia adalah wanita yang menjadi pemilik dari lagu It Has To Be You yang kau nyanyikan saat ulang tahun sekolah kemarin? Kim Jee Won...” aku masih terbelalak kaget. Aku tak percaya kalau rival terberatku adalah pemilik hati dari lelaki yang sekarang terduduk di depanku. Dari balik kelopak matanya yang indah, aku tahu kalau sekarang ia masih memutar kepalanya mengingat kenangan-kenangannya bersama wanita itu.
“Em.. Bisakah kau berjanji untuk mendapatkan peran utama wanita di Drama Musical itu? Aku sangat menginginkan peran utama laki-laki disana. Namun, jika Kim Jee Won menjadi peran utama wanitanya... Aku tak yakin jika aku akan melakukan yang terbaik untuk Drama Musical itu. Bisakah kau melakukan hal itu?” sorot mata tajam ia tujukan padaku. Kedua tangannya yang sekarang berada di masing-masing bahuku, berusaha menyakinkanku.
Permintaan yang ia katakan padaku, tak terburu-buru ku jawab.
“Kyungsoo-ya!!” seseorang menerobos pintu dimana kami sedari tadi melakukan kegiatan. Aku menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki muncul dari balik pintu.
Hyung~” sambut Kyungsoo menghampiri lelaki itu gembira. Dari kejauhan, aku masih belum bisa melihat wajah lelaki yang sekarang masih dalam pelukan Kyungsoo. Tak lama kemudian, dibelakang lelaki itu muncul lagi seorang lelaki yang berwajah seperti bukan orang Korea.
Karena tak mengenal 2 orang lelaki itu dan sepertinya pelatihan Kyungsoo akan segera dimulai, ku memilih untuk berdiri dari tempatku duduk dan mengambil tasku. Hanya berjarak beberapa langkah saja untuk mengambil tas milikku dan berjalan menuju pintu. Namun, baru berjalan beberapa langkah saja untuk menuju ke pintu, ku memberhentikan langkahku.
Oppa?” ucapku ketika melihat lelaki yang dipeluk oleh Kyungsoo adalah Henry Oppa. Dia sepertinya juga kaget melihatku berada di tempat ini. Segera ia melepas pelukannya terhadap Kyungsoo dan menghampiriku.
“Kau kenapa disini? Kau ada urusan apa kesini? Dan kenapa kau bersama Kyungsoo? Apa kalian sudah saling kenal? Hah? Jawab aku!” ucap Henry Oppa dengan wajah khawatir dan terkejut saat kalimatya meluncur dari mulutnya.
“Pertanyaan mana dulu yang harus ku jawab Oppa? Kau banyak sekali mengajukan pertanyaan kepadaku!” protesku terhadap Henry Oppa yang sekarang ini berdirii dihadapanku.
“Hah? Hehe.. mianhae.. aku terlalu terkejut dengan kehadiranmu disini. Apa kau berteman dengan Kyungsoo?” tanya Henry oppa menarik tanganku pelan menuju tempat berdirinya semula saat memeluk Kyungsoo.
“Tidak juga.” jawabku singkat mengikuti langkahnya.
CEKLEK
Suara pintu terbuka mengusik gendang telingaku yang terfokus pada respon yang akan diberikan oleh Henry oppa padaku. Sontak, kuedarkan pandangan mataku kearah pintu yang kuduga sudah kembali tertutup oleh seseorang yang baru saja datang.
“Baro Hyung~”
Tubuhku berhenti bergerak. Tatapanku tersita oleh seseorang yang sekarang memasuki ruangan ini. Tampak raut wajah terkejut dari lelaki itu ketika melihatku berada dihadapannya. Perlahan, ia melanjutkan langkahnya menuju ke tempat kami berdiri.
Kajja kita berlatih! Greg.. are you ready?” celetuk kakak laki-lakiku ketika Baro sudah berada di sekitar kami.
Of Course.” jawab lelaki yang bernama Greg itu pada Henry oppa.
“Ha Yi-ah... bisakah kau menunggu sebentar. Tidak baik wanita pulang malam sendirian. Nanti akan aku antar, araseo? Jangan pulang dulu.” pinta Kyungsoo menghampiriku selagi Henry oppa, Baro, dan Greg menjauh dari kami.
“Em.. tapi bukan—” belum sempat melanjutkan perkataanku, ia memotong pembicaraanku.
“Duduk dibangku itu. Jangan menolakku! Aku kan masih sebagai pelatihmu. Araseo? Aku akan berlatih sebentar.” ucapnya menepuk bahuku dan segera mengikuti langkah 3 lelaki tadi untuk berlatih.
Karena pemaksaannya, akhirnya ku langkahkan kakiku pada bangku yang sama ketika ku mengambil tas yang kupakai.
Narsha – I’m in Love
Suara gitar yang lembut dengan suara yang bagus mengalun pelan menyusuri gendang telingaku. Bersamaan dengan itu pula, pandanganku tertuju pada lelaki yang ku klaim sebagai bagian masa laluku.
Kyungsoo. Lelaki yang baru kulihat lagi beberapa waktu yang lalu ketika berada di cafe. Lelaki dengan perawakan imut dan tak terlalu tinggi ini berhasil menyita perhatianku. Setiap ia berada di sekitarku, maka ia sanggup membuat tiap detik yang ku lewatkan bersamanya menjadi sangat berarti.
****
Ku membuka pelan kelopak mataku. Sedikit demi sedikit, ku bisa melihat cahaya terang yang mengisi ruangan kamarku. Ku tarik nafasku dalam-dalam lalu kuhempaskan cepat. Dengan masih posisi tubuh yang terbaring, otakku memutar kejadian kemarin. Tapi, rasanya sangat aneh. Karena aku tak dapat mengingat kapan aku pulang dan diantar oleh siapa. Apakah aku kemarin tertidur?
Good morning, saengi-ya.” ucap seorang lelaki yang sangat familiar, membuka pintu kamarku. Ia terlihat sangat bahagia pagi ini. Terpaksa, ku tegakkan badan ini untuk duduk di ranjangku yang sangat nyaman.
“Mau sarapan dengan apa?” tanyanya kini duduk disamping ranjangku. Aku masih berpikir ingin makan dengan apa. Hingga ia mengganti pertanyaannya lagi.
“Sejak kapan kau mengenal Kyungsoo?” mataku yang masih berat untuk terbuka kini pelan mulai menjadi tajam ketika sebuah nama terucap dari mulut Henry oppa. Aku menatap Henry oppa ringan tanpa ada ekspresi yang harus ia cari apa itu.
“Kemarin kau tertidur di studio dan ia mengantarmu pulang.” Ucapnya. Ia mengalihkan pandangannya terhadapku. Kini, sorot matanya tertuju pada sebuah benda di meja samping ranjangku.
“Apa dia pemilik kalung itu sebelum kau memilikinya?” ucap Henry oppa, lagi. Ia  mengambil kalung itu dan melayang-layangkannya di udara. Seakan berusaha mencari tau apa keistemewaan barang ini hingga aku masih menyimpannya.
“Apa kau sudah siap untuk bertemu namja itu lagi? Bukankah ia hanya seorang namja yang hanya kau kenal dari masa lalu?” mata Henry oppa kini berbalik menatapku lembut. Tersirat kekhawatiran dan ketidaknyamanannya ketika mengetahui bahwa aku telah menemukan lelaki pemilik kalung itu dulu. Khawatir jika aku akan terluka kembali.
Henry oppa mulai beranjak pergi dari tempat dudukknya semula. Pelan, ia menuju pintu dan tak lama aku sudah tak dapat melihat punggungnya lagi dari jarak pandangku.
Aku menghela nafas dan menghempaskan tubuhku di tempat tidurku. Mencerna tiap kata yang dilontarkan oleh oppaku satu-satunya itu.
****
Telah satu minggu lebih ku habiskan waktuku dengan berlatih vokal dengan Kyungsoo sebagai pelatihnya selagi Min Hoon songsaenim sedang berada di Incheon. Sekarang, adalah waktunya untuk penyelekselesian tahap pertama Drama Musical.
Ruangan yang yang tak terpakai disekolah kami, kini telah di sulap menjadi tempat penyeleksian tahap pertama Drama Musical yang dipenuhi oleh siswa-siswi yang berambisius ingin mendapatkan peran di acara ini.
Tiba-tiba ruangan menjadi hening ketika derap langkah seorang gadis memasuki ruangan ini dengan cepat dan langsung duduk di barisan depan tempat duduk yang telah disediakan oleh panitia untuk kami. Edaran mataku mulai melihat sekeliling. Terlihat beberapa orang berbisik-bisik mengenai gadis itu dan sebagian yang lain hanya melihatnnya dengan tatapan sinis.
Dia adalah Kim Jee Won. Gadis yang kutemui sesaat sebelum aku bertemu dengan Kyungsoo di belakang aula sekolah. Dari tempatku duduk, aku hanya bisa melihat helaian rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang kecil. Dari sini pula dari tempat ini, dia masih terlihat cantik di mataku. Dia adalah salah satu gadis yang beruntung karena dapat bersama Kyungsoo.
Duduknya yang tenang kini mulai terusik dengan edaran matanya melihat sekeliling. Sepertinya dia mencari seseorang di tempat ini.
‘Apakah dia mencari Kyungsoo?’Tanyaku dalam hati. Sudah satu menit ia mengedarkan sorot matanya. Bukankah Kyungsoo hanya berjarak beberapa bangku saja darinya? Kenapa ia belum juga menyadarinya? Apakah ia mencari orang lain?
Mataku berhenti menatapnya, kini mataku terfokus pada selembar kertas yang kupegang yang berisi birama music dari sebuah lagu yang kusukai dan akan kunyanyikan bersama piano nanti ketika penyelekselesian.
Sedikit, kuiramakan lagu yang akan kutampilkan ini nanti. Sedikit menghentakkan kakiku ringan dan menggeleng-gelengkan kepalaku. Hingga aku tak sengaja menatap mata Kim Jee Won yang melihatku. Aku terdiam melihatnya,  karena ia melihatku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Bukan tatapan sebagai rival melainkan tatapan yang bukan mengarah ke arah hal-hal seperti itu. Aku bingung.
“Sekarang kita mulai! Apakah kalian sudah siap?”
Suara Ka Hi songsaenim mengejutkanku. Pandanganku tiba-tiba saja teralihkan oleh Ka Hi songsaenim dan saat pandanganku kembali pada Kim Jee Won, ia sudah tak lagi melihatku. Ia sudah terfokus pada Ka Hi songsaenim.
Him nae!! Kau pasti bisa aratji?” sebuah pesan ku terima. Pesan itu dari Kyungsoo yang sekarang berada disampingku tersenyum. Aku hanya membalas dengan senyuman tipis dan mengalihkan pandangannya terhadapku dengan mengganti arah kepalanya dengan kedua tanganku kepada Ka Hi songsaenim yang mulai menjelaskan persyaratan dan peraturan saat penyelekselesian berlangsung.
Kyungsoo mulai memegang tangan kiriku erat tanpa mengalihkan perhatiannya pada Ka Hi songsaenim. Saat itu pula, aku merasakan jantungku berdegup dengan kencangnya.
“Jika kau merasa tidak bisa melakukannya di hadapan orang sebanyak ini, kau hanya perlu mengingat tentangku dan bayangkan bahwa aku juga berada disitu. Araseo-yo?” ucap Kyungsoo kini memandangku dengan penuh harapan dan aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan ringan yang kuselingi dengan senyuman.
‘Bagaimana dia tau kalau aku nervous?’Pikirku. Sudah banyak siswa yang sudah tampil dan sebagian di antara mereka tidak dapat melanjutkannya lagi. Dan sekarang, giliran Kim Jee Won.
Ia mulai menuju ke depan, terlihat dari gestur tubuhnya, ia sangat confidence berada disana. Dia pasti sudah banyak berlatih untuk mental yang seperti itu.
“Kau bisa mencontohnya. Bagaimana caranya berada di depan.”
Aku memperhatikannya lekat-lekat, gadis itu. Suaranya memang biasa saja, namun ia melakukannya dengan sangat baik dan kepercayaan diri. Aku bisa melihatnya sesekali melihat Kyungsoo dan sesekali memandangku. Mungkin ia bertanya-tanya apa yang Kyungsoo lakukan berada disampingku.
Dan tentu saja, tanpa basa-basi lagi dia pasti akan berlanjut ke tahap berikutnya.
“Selanjutnya adalah Lee Ha Yi! Silahkan maju ke depan.” kuperhatikan langkahku menuju ke depan. Berulang kali ku hembuskan nafas ini agar tidak nervous lagi, tapi sepertinya tak ada gunanya sama sekali.
Setelah berada di depan, ternyata Kyungsoo juga mengikuti langkahku sedari tadi dan sekarang menuju ke tempat duduk juri. Sepertinya mereka membicarakan sesuatu. Setelah selesai, Kyungsoo menghampiriku.
Kajja!” Kyungsoo sekarang berada disampingku. Aku yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa melihatnya tanpa mengajukan satu pertanyaan pun.
“Baik, pasti diantara semua orang yang berada di ruangan ini bingung kenapa ada 2 peserta di hadapan kalian kan? Mereka mendaftarkan diri sebagai satu peserta pada tahap penyelekselesian pertama ini. Jadi, jika salah satu diantara mereka gugur maka mereka berdua secara otomatis sudah gugur karena mereka dianggap sebagai satu peserta. Ini sama dengan apa yang dijelaskan oleh Ka Hi songsaenim tadi. Mari kita sambut, Lee Ha Yi dan Kyungsoo dengan lagu I Love The Way You Lie by Rihanna ft Yomo dan Eminem! Beri tepuk tangannya!!”
Aku masih gugup dengan apa yang terjadi. Kyungsoo sekarang berada disampingku, aku harus melakukan yang terbaik, jika tidak maka Kyungsoo tidak akan masuk. ah~ bagaimana ini?
Suara music lambat laun mulai terdengar di telingaku. Ku tarik nafasku dalam dan mulai mengalunkan bait pertama lagu ini.
Just gonna stand there and watch me burn
Well that's alright because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
Well that's alright because I love the way you lie
I Love the way you lie
Suaranya kini mulai terdengar, semua orang yang berada di ruangan ini mulai menikmati suara khas Kyungsoo. Aku hanya bisa tersenyum dan penglihatanku terkunci olehnya. Tiap gerakannya saat rapping, membuat decak kagum sebagian wanita di ruangan ini tak juga berbeda denganku.
‘THAT PERSON makes me crazy, THAT PERSON makes me spellbound, THAT PERSON is Kyungsoo, Do Kyungsoo’

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^