Destiny
That Person
.
.
by Aydipal
Editor by Zi_You
.
.
.
Title : Destiny |
Main Cast : Lee Ha Yi, DO Kyung Soo (EXO-K), Baro (B1A4) | Other Cast : Henry Lau
(Super Junior M), Park Hyung Shik (ZE:A) | Genre
: Romance, School Live| Duration :
Chapter
.
Happy
reading!
.
.
Ku
membelalakkan mataku. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Laki-laki yang
kemarin aku temui lagi, laki-laki yang baru 30 menit yang lalu aku temui di
belakang aula sekolah, kini berada di satu ruangan denganku. Sekilas, terdapat
rasa terkejut dari sorot matanya saat melihatku duduk disalah satu sofa di
ruangan Min Hoon songsaenim. Namun,
segera ia hilangkan dan digantinya oleh sebuah senyuman.
“Dia
orang yang kubicarakan tadi, yang akan aku rekomendasikan juga di Drama Musical
nanti.” ucap Min Hoon songsaenim
memperkenalkan lelaki itu padaku.
“Kyungsoo-ya,
perkenalkan dirimu.” Ucap Min Hoon songsaengnim,
lagi.
“Jeoneun Do Kyungsoo imnida. Bangapseumnida..”
ucap lelaki itu mengembangkan senyuman di wajahnya seraya menjulurkan tangannya
padaku. Tangan itu tak lekas kusambut. Hanya tatapan kosong yang kuberikan
padanya.
“Lee
Ha Yi imnida..” ucapku, yang tak lama
untuk berpikir, akhirnya tanganku menyambut tangannya dengan senyuman tipis
yang kupaksakan. Bersamaan dengannya, aliran darahku mulai melaju dengan cepat.
Degupan jantungku yang menjadi-jadi membuat ku semakin gugup. Hingga ucapan Min
Hoon songsaenim berhasil membuyarkan
lamunanku tentang dirinya.
“Baiklah,
sekarang bagaimana Ha Yi-ah? Kau akan menerima tawaranku ini kan?” tanya Min
Hoon songsaenim padaku (lagi).
“Aku
ingin jawabanmu hari ini, karena sore nanti data siswa harus dikumpulkan. Araseo?” tambahnya.
“Apakah
jawaban yang akan saya berikan pada songsaenim
setelah saya mendapatkan peran di Drama Musical akan berbeda jika seandainya
saya menolak tawaran ini dan menjawab pertanyaan songsaenim satu minggu dari sekarang?” pertanyaanku membuat Min
Hoon songsaenim berpikir ringan
selagi duduk melihat atap ruangannya.
“Kemungkinan
besar.” jawabnya singkat, menyesap secangkir kopi yang sedari tadi nerada di
atas mejanya.
“Kenapa
songsaenim begitu yakin?” tanyaku
penasaran.
“Ah~
keugae..” Min Hoon songsaenim mulai berpikir lagi, yang
kali ini lebih serius dari pertanyaanku yang pertama. “Karena aku tau kau punya
sesuatu yang tak kau ketahui dari dalam tubuhmu.” terusnya.
“Mworago-yo?”
“Ah!
Keugae.. seperti.. seperti.. ya
pokoknya sesuatu yang kau tak tau. Itu saja! Masalah sesuatu apa itu, kau
sendiri yang akan menemukannya nanti! Setidaknya kau harus mencoba dulu!
Benarkan Kyungsoo-ya?” jawab Min Hoon songsaenim
yang hanya diiringi oleh anggukan Kyungsoo saja.
Aku
mulai berpikir dengan ucapan Min Hoon songsaenim.
Bahkan sampai di halte bus ini pun otakku masih mencerna tiap kata yang
diucapkan oleh Min Hoon songsaenim.
‘Drama Musical, haruskah
ku kesana?’
****
Kini
matahari tepat di atas kepalaku. Kurasakan panas disekujur tubuhku karenanya.
Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kananku, angka di sana
menunjukkan pukul 12.05. Hari yang sangat melelahkan di hari libur seperti ini.
“Ya
Oppa!! Cepat bantu aku! Apa kau tidak
tahu aku sedang bekerja keras sekarang?” teriakku pada seorang laki-laki yang
sekarang sedang menikmati minuman jus apel sambil bersantai layaknya sedang
berada di pantai lengkap dengan payung dan tempatnya tidur.
“Ah
Ne?” jawabnya singkat tanpa melihatku
dan hanya fokus pada gadget yang di
pegangnya.
“Aigoo~ Jinjja! Oppa! Palli!” kataku kini mulai geram dengan
tingkah lakunya.
“Sireo! Di sana panas!” ucapnya yang kini
beranjak dari tempatnya semula dan masuk kedalam rumah.
“OPPA~~ AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!”
Akhirnya
aku menyerah membuatnya untuk ikut membersihkan rumput di rumah. Berhubung
semua pembantu kami tidak masuk untuk 5 hari ini, aku harus membereskan rumah
sebesar ini sendirian. Apa lagi jika didukung oleh alat pemotong rumput yang
rusak. Meskipun baru di potong 2 minggu yang lalu, tapi rumput cepat sekali
tumbuh.
Ku
rebahkan tubuhku di sofa ruang tamu. Meregangkan tubuhku karena lelah
membersihkan rumah.
TING
TONG
‘Sekarang apa lagi?’
pikirku dalam hati. Kupaksa tubuhku berdiri kembali dan beranjak ke pintu.
Melihat seorang yang berada di balik pintu sana.
“Nuguseyo” teriakku dari depan pintu.
“Teman
Henry hyung. Apakah hyung ada di rumah?” jawab orang yang
sekarang berada di balik pintu, berbalik berteriak padaku.
“Oppa! Ada temanmu yang mencari!”
teriakku seketika dan pergi dari arah pintu menuju ke dapur tanpa membukakan
pintu.
Dalam
sekejap, Henry oppa segera berlari
menuju pintu dan membukanya. Aku tak menghiraukannya dan hanya mengambil
segelas air minum dari lemari pendingin lalu meminumnya sekaligus.
“Ah~”
ucap ku saat tahu bahwa tenggorokanku sudah tidak kering lagi.
Aku
ingin ke kamarku untuk merebahkan badanku sejenak dan mengembalikan energiku
yang terbuang. Saat melewati ruang tamu, kulihat sekilas tamu Henry oppa, yang membuatku menghentikan
langkah ku.
Dia
seorang lelaki dengan wajah yang tak asing sama sekali olehku. Mataku mulai
mencermatimya. Dari atas hingga bawah, memperhatikannya saat bercanda dengan
kakak laki-lakiku. Lama, hingga ku merasakan ada yang salah dengan semua ini.
“Ha
Yi-ah? Kau kenapa? Sini ku kenalkan dengan temanku.” Ucap Henry oppa yang segera menghampiriku dan
mendudukkanku di sebelah lelaki yang sudah kuperhatikan dari beberapa waktu
yang lalu.
“Lee
Ha Yi imnida” ucapku sedikit
membungkukkan badanku.
“Ah
ne. Cha Sun Woo imnida. Sebenarnya aku lebih suka jika di panggil Baro.” jawabnya
yang diiringi oleh senyuman. Senyuman yang dulu pernah ku temui. Entah dimana
itu.
“Dia
sekarang seorang training di SMent.”
Celetuk Henry oppa seraya meminum jus
apelnya.
“Hyung!” protes Baro pada Henry oppa.
Aku
hanya tersenyum melihat dua orang ini bertengkar satu sama lain. Mereka
layaknya anak kecil ketika mereka berdua saling memukul satu sama lain dengan
bantal sofa. Tak lama kemudian, Henry Oppa
mendapat telepon, membuatnya sedikit menjauhkan dirinya dari ku, juga Baro.
Sekarang,
di ruang tamu hanya ada diriku dan lelaki yang baru saja aku kenal beberapa
menit yang lalu namun wajah dan senyumnya tak asing olehku. Suasana menjadi
hening. Tak ada pembicaraan sepatah katapun dari kami. Hanya berusaha
memperdengarkan nafas masing-masing.
Pikiranku,
mulai mencari-cari lagi sepotong ingatan tentang laki-laki yang sekarang duduk
disampingku. Kenapa ku sepertinya mengenal senyuman itu? Apa kita teman masa
kecil? Atau ku pernah melihatnya saja di suatu tempat? Yang pasti, aku tak
dapat mengingatnya. Hanya intuisi ku saja yang berkata bahwa kita pernah
bertemu sebelumnya. Entah dimana dan kapan.
Mataku
mempertajam penglihatannya ketika kilauan dari sebuah benda di bawah tempatku
duduk. Ku tundukkan kepalaku, berusaha mencari tahu asal dari kilauan itu.
Ternyata kilauan itu dari sebuah kalung yang disana terdapat simbol musik yang
diberikan seseorang dari masa lalu kepadaku. Seorang lelaki yang kutemui di
sebuah cafe.
‘Pasti terjatuh ketika aku
membaringkan tubuhku di tempat ini beberapa waktu yang lalu’
pikirku dalam hati
Segera
ku ambil kalung itu untuk kupakai kembali. Kalung ini memang selalu ku pakai
semenjak barang ini menjadi milikku. Setelah tertata rapi di leherku, kulihat
sejenak dan menciumya lembut.
“Sepertinya
itu kalung yang berharga...” ucap Baro yang terlebih dahulu membuka percakapan
diantara kami, setelah beberapa waktu yang lalu hanya diisi oleh keheningan.
Aku tak membalasnya dengan kata-kata, melainkan dengan senyuman yang tipis dan
mantap. Menyakinkan Baro bahwa kalung ini memang kalung yang berharga dengan
sebuah senyuman.
“Siapa
orang itu?” pertanyaannya membuatku berhenti bernafas beberapa detik. Aku tak
bisa mengatakan siapa seorang yang memberiku kalung ini. Hanya dugaan bahwa
Kyungsoo adalah orangnya. Dugaan yang kupaksakan benar bahwa ia adalah
orangnya. Seseorang yang memesan minuman yang sama di cafe yang sama, ia adalah
Kyungsoo.
Aku
tak menjawab pertanyaan maupun memberikan respect
terhadap pertanyaannya. Aku hanya menutup mulutku rapat-rapat, membungkam semua
kata-kata yang ingin kuucapkan.
“Dia
mencampkanmu?” mataku melihatnya seketika. Perkataannya, membuat mataku mulai
berapi-api. Bukan marah terhadapnya, melainkan pada diriku sendiri. Haruskan
aku mulai menyadarinya bahwa laki-laki yang memberikan kalung ini kepadaku
ialah orang yang mencampakanku. Aku masih melihat Baro yang kini dari sorot
matanya terlihat sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang ia ingin katakan padaku.
Sesuatu yang ingin kuketahui apa itu.
“Kenapa
kau bertanya tentang kalung ini? Apakah ini penting untuk kau ketahui?” aku
berbalik bertanya padanya. Namun, tak ada jawaban. Hanya ada sorot mata sendu
darinya. Aku tak tau arti sorot mata itu. Sorot mata sendu seperti sorot mata
seseorang yang menyesal.
‘Apakah ia menyesal
karena menanyakan tentang kalung ini?’ pikirku
Keheningan
mulai tercipta lagi. Namun, tak sama dengan keheningan beberapa waktu yang
lalu. Melainkan, keheningan yang tercipta bercampur dengan emosi yang tak
diketahui asalnya. Aku melihat sorotan mata yang jarang kulihat. Sorot mata
yang sepertinya ia telah mengenalku lama.
“Baro-ya!!
Kajja ke rumah Greg songsaenim! Bukankah hari ini kita ada
janji dengannya? Kau kan akan belajar dance
bersamanya. Palli! Kita nanti akan
terlambat.” Henry oppa membuyarkan
keheningan diantara kami, bersamaan dengannya Baro kini mulai berdiri dari
tempatnya duduk.
“Senang
bisa berkenalan denganmu, Lee Ha Yi...” ucapnya kini mulai menjauh dari
tempatnya berdiri, mengikuti derap langkah Henry oppa yang semakin cepat menuju pintu, lalu punggungnya tak dapat
kulihat lagi setelah ia menghilang dari balik pintu.
‘Kau siapa?’
****
“Saya
akan menerima tawaran songsaenim
untuk mengikuti Drama Musical itu” jawabku kepada lelaki yang masih berumur
30-an didepanku. Ia tak memberikan respon apapun padaku. Hanya sebuah senyuman
yang ia berikan.
Terlihat,
kini ia menulis pada sebuah kertas. Dari tempatku duduk, dapatku lihat bahwa
itu adalah lembar biodata untuk pendaftar Drama Musical. Ia menulisnya cepat
dan menyerahkannya padaku.
“Apakah
ini sudah benar?” ucapnya seraya menyerahkan selembar kertas padaku. Ku baca sekilas lembar bioadataku yang
ditulis oleh Min Hoon songsaenim.
“Sudah”
jawabku sambil menyerahkan lembaran itu kembali pada Min Hoon songsaenim.
“Kyungsoo-ya...
untuk satu bulan ini, ajari ia bernyanyi dan dance jika kau bisa. Karena satu bulan ini aku ada acara di
Incheon” ucap Min Hoon songsaenim
pada lelaki yang sedari tadi duduk disampingku, diam.
“Ne...” ucap Kyungsoo sedikit
memungkukkan badan menyatakan kesetujuannya.
“Kuserahkan
ia kepadamu..” ucap Min Hoon songsaenim,
seraya mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Yang diikuti olehku dan Kyungsoo.
“Kalian
boleh pergi. Dan kau Kyungsoo, kau bisa memulai mengajarnya mulai hari ini.” Ucap
Min Hoon songsaenim melangkahkan
kakinya menuju pintu untuk membukanya agar kita dapat keluar dari ruangannya
yang cukup besar ini.
“Ne..” jawabnya.
****
“Apakah
kau membawa kendaraan kesini?” tanya Kyungsoo padaku, ketika kami sudah berada
di tempat parkir.
“Aniyo. Aku memakai busway. Kalau begitu,
aku pulang terlebih dahulu. Hari sudah mulai sore.” Ucapku membungkukkan
badanku.
“Sepertinya
kau belum boleh pulang. Hari ini kau ada janji denganku bukan? Untuk
mengajarimu bernyanyi. Apa kau lupa apa yang songsaenim katakan tadi?” ucapnya yang membuat ku menegakkan
badanku lagi, menatapnya dengan tatapan yang tiada artinya apapun.
“Kau
akan pulang bersamaku. Kita akan melakukan latihan di tempatku.” ucapnya
menyerahkan sebuah helm dari sepeda motor Ducati
nya yang berada di samping tubuhnya.
“Ayo
naik.” ajaknya padaku. Ia sudah berada di kendaraannya. Entah kenapa saat ku
melihatnya menaiki kendaraan Ducati
orange nya itu, ia tampak lebih tampan dan cool.
“Ne...”
Kini
tubuhku sudah berada di atas kendaraannya. Laju kendaraannya begitu cepat
sehingga memaksa tanganku untuk melingkarkannya di pinggang Kyungsoo, erat. Melewati
deretan gedung-gedung pencakar langit di kota Seoul dan berhenti di daerah
Cheondamdong.
Kulihat
sekeliling dan akhirnya mataku tertuju pada gedung bertingkat yang berada di
depanku.
‘SM Entertainment?’
gumanku dalam hati.
Tanpa
sepatah katapun, ku mengikuti punggungnya memasuki gedung yang menjadi impian
para remaja korea untuk menjadi Super
Idol itu.
Sederetan
orang-orang yang berada di gedung itu, tak ada satupun yang menghiraukan kami
yang baru saja datang. Semuanya sibuk dengan apa yang mereka kerjakan masing-masing.
Hanya sorotan beberapa lelaki yang seumuran denganku, sepertinya mereka
merupakan training di sini.
Aku
masih dibelakang Kyungsoo, mengikutinya berhenti disalah satu pintu lift di gedung ini. Tak lama, pintu lift terbuka. Tak ada seseorang disana.
Kami masuk dan Kyungsoo menekan tombol lantai dimana ia akan berhenti. Lantai
25, merupakan tujuannya.
Kami
sudah sampai. Hanya berjalan beberapa langkah saja dari pintu lift, ia membuka sebuah pintu dan masuk
kedalamnya.
“Ini
adalah rumahku.” ucapnya ketika aku memasuki ruangan yang ia juga masuki.
Ruangan yang hampir 80% persen dindingnya dipenuhi oleh kaca besar yang
sepertinya untuk berlatih dance.
“Apa
kau training?” tanyaku mengikutinya,
dan duduk disalah satu bangku di pojok ruangan itu.
“Ya..
Seperti itulah. Kau bisa melihat sendiri.” jawabnya yang terfokus pada ponsel
yang ia pegang.
“Kau
tidak ada jadwal pelatihan hari ini?” tanyaku lagi, kini ia sudah tidak
terfokus pada ponsel-nya lagi, melainkan pada sorotan mataku.
“Ada.
Tapi masih nanti. Sekarang ayo kita mulai. Tapi sebelum itu, kau harus
pemanasaan untuk melatih pernapasanmu.” ucapnya yang hanya ku jawab dengan
anggukan saja.
5
menit berlalu, aku masih saja mengikuti apa yang ia katakan padaku. Sit up, push up, streching, dan masih banyak lagi. Nafasku mulai terengah-engah,
namun Kyungsoo hanya menggeleng-gelangkan kepalanya saja. Tentu saja, dia pasti
sudah mendapatkan pelatihan yang lebih dibandingkan denganku dari tempat ini
sehingga ia sudah kebal dengan nafas yang terengah-engah, mungkin.
Waktu
berjalan sangat cepat hingga jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 10.30
malam. Namun, ruangan ini masih saja dihuni olehku dan Kyungsoo saja. Tidak ada
training lain yang datang untuk
berlatih.
“Do
Re Mi Fa So La Si Do~~” Kyungsoo mulai mengajariku bagaimana caranya bernyanyi
yang benar. Ia dengan sabar mengajariku basic
bernyanyi. Aku hanya mengikutinya saja. Berulang kali, alisnya terangkat dan
terkadang tersenyum mendengarkanku mengikutinya bernyanyi.
“Kau
mempunyai bakat. Warna suaramu sangat unik.” ucapnya yang ku sambut dengan alis
terangkat menandakan bingung dengan apa yang baru ia katakan. Aku tak
menjawabnya dengan kata-kata melainkan dengan tatapan tajam mendekat kepadanya,
berusaha mengetahui apa yang terjadi. Apakah ia mempermainkanku atau tidak?
“Sungguh.”
ucapnya lagi yang kini mulai menyakinkanku. Berbeda dengan ucapanya yang pertama,
kini tubuhku kutarik ketempat semula.
“Jinjja-yo? Apa aku bisa lolos di Drama
Musical nanti?” tanganku kulipat di depan dada. Namun, sekarang dapat kulihat
wajah Kyungsoo berubah menjadi sesuatu yang tak dapat kuartikan maknanya.
“Rival-mu sangat banyak Ha Yi-ah. Kau
harus masih banyak berlatih. Dan ku peringatkan kepadamu. Kim Jee Won, dia
adalah rival mu yang paling kuat.
Bukan karena dia terlalu berbakat atau punya kelebihan yang menonjol.
Melainkan, dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan peran utama di
drama musical itu. Percayalah, dia akan melakukan hal-hal yang tak kau duga
suatu saat nanti.” mata Kyungsoo menatapku dengan penuh harap dan kekhawatiran.
“Kim
Jee Won... Siapa dia? Apa kau mengenalnya?” tanyaku padanya. Ia tak segera menjawabnya.
Ia hanya memberikanku senyuman tipis dan mengalihkan pandangannya terhadapku.
“Kau
ingat saat kita bertemu di belakang aula sekolah? Sesaat sebelum kau datang,
aku berbicara sedikit dengannya.” Ucapnya, yang membuat mataku mulai membesar.
Kaget dengan apa yang baru kudengar. Dia adalah...
“Dia
adalah wanita yang menjadi pemilik dari lagu It Has To Be You yang kau
nyanyikan saat ulang tahun sekolah kemarin? Kim Jee Won...” aku masih
terbelalak kaget. Aku tak percaya kalau rival
terberatku adalah pemilik hati dari lelaki yang sekarang terduduk di depanku.
Dari balik kelopak matanya yang indah, aku tahu kalau sekarang ia masih memutar
kepalanya mengingat kenangan-kenangannya bersama wanita itu.
“Em..
Bisakah kau berjanji untuk mendapatkan peran utama wanita di Drama Musical itu?
Aku sangat menginginkan peran utama laki-laki disana. Namun, jika Kim Jee Won
menjadi peran utama wanitanya... Aku tak yakin jika aku akan melakukan yang
terbaik untuk Drama Musical itu. Bisakah kau melakukan hal itu?” sorot mata
tajam ia tujukan padaku. Kedua tangannya yang sekarang berada di masing-masing
bahuku, berusaha menyakinkanku.
Permintaan
yang ia katakan padaku, tak terburu-buru ku jawab.
“Kyungsoo-ya!!”
seseorang menerobos pintu dimana kami sedari tadi melakukan kegiatan. Aku
menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki muncul
dari balik pintu.
“Hyung~” sambut Kyungsoo menghampiri lelaki
itu gembira. Dari kejauhan, aku masih belum bisa melihat wajah lelaki yang
sekarang masih dalam pelukan Kyungsoo. Tak lama kemudian, dibelakang lelaki itu
muncul lagi seorang lelaki yang berwajah seperti bukan orang Korea.
Karena
tak mengenal 2 orang lelaki itu dan sepertinya pelatihan Kyungsoo akan segera
dimulai, ku memilih untuk berdiri dari tempatku duduk dan mengambil tasku.
Hanya berjarak beberapa langkah saja untuk mengambil tas milikku dan berjalan
menuju pintu. Namun, baru berjalan beberapa langkah saja untuk menuju ke pintu,
ku memberhentikan langkahku.
“Oppa?” ucapku ketika melihat lelaki yang
dipeluk oleh Kyungsoo adalah Henry Oppa.
Dia sepertinya juga kaget melihatku berada di tempat ini. Segera ia melepas
pelukannya terhadap Kyungsoo dan menghampiriku.
“Kau
kenapa disini? Kau ada urusan apa kesini? Dan kenapa kau bersama Kyungsoo? Apa
kalian sudah saling kenal? Hah? Jawab aku!” ucap Henry Oppa dengan wajah khawatir dan terkejut saat kalimatya meluncur
dari mulutnya.
“Pertanyaan
mana dulu yang harus ku jawab Oppa?
Kau banyak sekali mengajukan pertanyaan kepadaku!” protesku terhadap Henry Oppa yang sekarang ini berdirii
dihadapanku.
“Hah?
Hehe.. mianhae.. aku terlalu terkejut
dengan kehadiranmu disini. Apa kau berteman dengan Kyungsoo?” tanya Henry oppa menarik tanganku pelan menuju
tempat berdirinya semula saat memeluk Kyungsoo.
“Tidak
juga.” jawabku singkat mengikuti langkahnya.
CEKLEK
Suara
pintu terbuka mengusik gendang telingaku yang terfokus pada respon yang akan
diberikan oleh Henry oppa padaku.
Sontak, kuedarkan pandangan mataku kearah pintu yang kuduga sudah kembali
tertutup oleh seseorang yang baru saja datang.
“Baro
Hyung~”
Tubuhku
berhenti bergerak. Tatapanku tersita oleh seseorang yang sekarang memasuki
ruangan ini. Tampak raut wajah terkejut dari lelaki itu ketika melihatku berada dihadapannya. Perlahan, ia melanjutkan
langkahnya menuju ke tempat kami berdiri.
“Kajja kita berlatih! Greg.. are you ready?” celetuk kakak laki-lakiku
ketika Baro sudah berada di sekitar kami.
“Of Course.” jawab lelaki yang bernama
Greg itu pada Henry oppa.
“Ha
Yi-ah... bisakah kau menunggu sebentar. Tidak baik wanita pulang malam
sendirian. Nanti akan aku antar, araseo?
Jangan pulang dulu.” pinta Kyungsoo menghampiriku selagi Henry oppa, Baro, dan Greg menjauh dari kami.
“Em..
tapi bukan—” belum sempat melanjutkan perkataanku, ia memotong pembicaraanku.
“Duduk
dibangku itu. Jangan menolakku! Aku kan masih sebagai pelatihmu. Araseo? Aku akan berlatih sebentar.”
ucapnya menepuk bahuku dan segera mengikuti langkah 3 lelaki tadi untuk
berlatih.
Karena
pemaksaannya, akhirnya ku langkahkan kakiku pada bangku yang sama ketika ku
mengambil tas yang kupakai.
Narsha – I’m in Love
Suara
gitar yang lembut dengan suara yang bagus mengalun pelan menyusuri gendang
telingaku. Bersamaan dengan itu pula, pandanganku tertuju pada lelaki yang ku klaim sebagai bagian masa laluku.
Kyungsoo.
Lelaki yang baru kulihat lagi beberapa waktu yang lalu ketika berada di cafe. Lelaki
dengan perawakan imut dan tak terlalu tinggi ini berhasil menyita perhatianku.
Setiap ia berada di sekitarku, maka ia sanggup membuat tiap detik yang ku
lewatkan bersamanya menjadi sangat berarti.
****
Ku
membuka pelan kelopak mataku. Sedikit demi sedikit, ku bisa melihat cahaya
terang yang mengisi ruangan kamarku. Ku tarik nafasku dalam-dalam lalu
kuhempaskan cepat. Dengan masih posisi tubuh yang terbaring, otakku memutar
kejadian kemarin. Tapi, rasanya sangat aneh. Karena aku tak dapat mengingat
kapan aku pulang dan diantar oleh siapa. Apakah aku kemarin tertidur?
“Good morning, saengi-ya.” ucap seorang lelaki yang sangat familiar, membuka pintu
kamarku. Ia terlihat sangat bahagia pagi ini. Terpaksa, ku tegakkan badan ini
untuk duduk di ranjangku yang sangat nyaman.
“Mau
sarapan dengan apa?” tanyanya kini duduk disamping ranjangku. Aku masih
berpikir ingin makan dengan apa. Hingga ia mengganti pertanyaannya lagi.
“Sejak
kapan kau mengenal Kyungsoo?” mataku yang masih berat untuk terbuka kini pelan
mulai menjadi tajam ketika sebuah nama terucap dari mulut Henry oppa. Aku menatap Henry oppa ringan tanpa ada ekspresi yang
harus ia cari apa itu.
“Kemarin
kau tertidur di studio dan ia
mengantarmu pulang.” Ucapnya. Ia mengalihkan pandangannya terhadapku. Kini,
sorot matanya tertuju pada sebuah benda di meja samping ranjangku.
“Apa
dia pemilik kalung itu sebelum kau memilikinya?” ucap Henry oppa, lagi. Ia mengambil kalung itu dan melayang-layangkannya
di udara. Seakan berusaha mencari tau apa keistemewaan barang ini hingga aku
masih menyimpannya.
“Apa
kau sudah siap untuk bertemu namja
itu lagi? Bukankah ia hanya seorang namja
yang hanya kau kenal dari masa lalu?” mata Henry oppa kini berbalik menatapku
lembut. Tersirat kekhawatiran dan ketidaknyamanannya ketika mengetahui bahwa
aku telah menemukan lelaki pemilik kalung itu dulu. Khawatir jika aku akan
terluka kembali.
Henry
oppa mulai beranjak pergi dari tempat
dudukknya semula. Pelan, ia menuju pintu dan tak lama aku sudah tak dapat
melihat punggungnya lagi dari jarak pandangku.
Aku
menghela nafas dan menghempaskan tubuhku di tempat tidurku. Mencerna tiap kata
yang dilontarkan oleh oppaku satu-satunya itu.
****
Telah
satu minggu lebih ku habiskan waktuku dengan berlatih vokal dengan Kyungsoo
sebagai pelatihnya selagi Min Hoon songsaenim
sedang berada di Incheon. Sekarang, adalah waktunya untuk penyelekselesian
tahap pertama Drama Musical.
Ruangan
yang yang tak terpakai disekolah kami, kini telah di sulap menjadi tempat
penyeleksian tahap pertama Drama Musical yang dipenuhi oleh siswa-siswi yang
berambisius ingin mendapatkan peran di acara ini.
Tiba-tiba
ruangan menjadi hening ketika derap langkah seorang gadis memasuki ruangan ini
dengan cepat dan langsung duduk di barisan depan tempat duduk yang telah
disediakan oleh panitia untuk kami. Edaran mataku mulai melihat sekeliling.
Terlihat beberapa orang berbisik-bisik mengenai gadis itu dan sebagian yang
lain hanya melihatnnya dengan tatapan sinis.
Dia
adalah Kim Jee Won. Gadis yang kutemui sesaat sebelum aku bertemu dengan
Kyungsoo di belakang aula sekolah. Dari tempatku duduk, aku hanya bisa melihat
helaian rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang kecil. Dari sini pula dari
tempat ini, dia masih terlihat cantik di mataku. Dia adalah salah satu gadis
yang beruntung karena dapat bersama Kyungsoo.
Duduknya
yang tenang kini mulai terusik dengan edaran matanya melihat sekeliling.
Sepertinya dia mencari seseorang di tempat ini.
‘Apakah dia mencari
Kyungsoo?’Tanyaku dalam hati. Sudah satu menit ia mengedarkan
sorot matanya. Bukankah Kyungsoo hanya berjarak beberapa bangku saja darinya?
Kenapa ia belum juga menyadarinya? Apakah ia mencari orang lain?
Mataku
berhenti menatapnya, kini mataku terfokus pada selembar kertas yang kupegang
yang berisi birama music dari sebuah lagu yang kusukai dan akan kunyanyikan
bersama piano nanti ketika penyelekselesian.
Sedikit,
kuiramakan lagu yang akan kutampilkan ini nanti. Sedikit menghentakkan kakiku
ringan dan menggeleng-gelengkan kepalaku. Hingga aku tak sengaja menatap mata
Kim Jee Won yang melihatku. Aku terdiam melihatnya, karena ia melihatku dengan tatapan yang sulit
kuartikan. Bukan tatapan sebagai rival
melainkan tatapan yang bukan mengarah ke arah hal-hal seperti itu. Aku bingung.
“Sekarang
kita mulai! Apakah kalian sudah siap?”
Suara
Ka Hi songsaenim mengejutkanku.
Pandanganku tiba-tiba saja teralihkan oleh Ka Hi songsaenim dan saat pandanganku kembali pada Kim Jee Won, ia sudah
tak lagi melihatku. Ia sudah terfokus pada Ka Hi songsaenim.
“Him nae!! Kau pasti bisa aratji?” sebuah pesan ku terima. Pesan
itu dari Kyungsoo yang sekarang berada disampingku tersenyum. Aku hanya
membalas dengan senyuman tipis dan mengalihkan pandangannya terhadapku dengan
mengganti arah kepalanya dengan kedua tanganku kepada Ka Hi songsaenim yang mulai menjelaskan
persyaratan dan peraturan saat penyelekselesian berlangsung.
Kyungsoo
mulai memegang tangan kiriku erat tanpa mengalihkan perhatiannya pada Ka Hi songsaenim. Saat itu pula, aku merasakan
jantungku berdegup dengan kencangnya.
“Jika
kau merasa tidak bisa melakukannya di hadapan orang sebanyak ini, kau hanya
perlu mengingat tentangku dan bayangkan bahwa aku juga berada disitu. Araseo-yo?” ucap Kyungsoo kini
memandangku dengan penuh harapan dan aku hanya menjawabnya dengan sebuah
anggukan ringan yang kuselingi dengan senyuman.
‘Bagaimana dia tau
kalau aku nervous?’Pikirku.
Sudah banyak siswa yang sudah tampil dan sebagian di antara mereka tidak dapat
melanjutkannya lagi. Dan sekarang, giliran Kim Jee Won.
Ia
mulai menuju ke depan, terlihat dari gestur
tubuhnya, ia sangat confidence berada
disana. Dia pasti sudah banyak berlatih untuk mental yang seperti itu.
“Kau
bisa mencontohnya. Bagaimana caranya berada di depan.”
Aku
memperhatikannya lekat-lekat, gadis itu. Suaranya memang biasa saja, namun ia
melakukannya dengan sangat baik dan kepercayaan diri. Aku bisa melihatnya
sesekali melihat Kyungsoo dan sesekali memandangku. Mungkin ia bertanya-tanya
apa yang Kyungsoo lakukan berada disampingku.
Dan
tentu saja, tanpa basa-basi lagi dia pasti akan berlanjut ke tahap berikutnya.
“Selanjutnya
adalah Lee Ha Yi! Silahkan maju ke depan.” kuperhatikan langkahku menuju ke
depan. Berulang kali ku hembuskan nafas ini agar tidak nervous lagi, tapi sepertinya tak ada gunanya sama sekali.
Setelah
berada di depan, ternyata Kyungsoo juga mengikuti langkahku sedari tadi dan
sekarang menuju ke tempat duduk juri. Sepertinya mereka membicarakan sesuatu.
Setelah selesai, Kyungsoo menghampiriku.
“Kajja!” Kyungsoo sekarang berada
disampingku. Aku yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa
melihatnya tanpa mengajukan satu pertanyaan pun.
“Baik,
pasti diantara semua orang yang berada di ruangan ini bingung kenapa ada 2
peserta di hadapan kalian kan? Mereka mendaftarkan diri sebagai satu peserta
pada tahap penyelekselesian pertama ini. Jadi, jika salah satu diantara mereka
gugur maka mereka berdua secara otomatis sudah gugur karena mereka dianggap
sebagai satu peserta. Ini sama dengan apa yang dijelaskan oleh Ka Hi songsaenim tadi. Mari kita sambut, Lee
Ha Yi dan Kyungsoo dengan lagu I Love The
Way You Lie by Rihanna ft Yomo dan Eminem! Beri tepuk tangannya!!”
Aku
masih gugup dengan apa yang terjadi. Kyungsoo sekarang berada disampingku, aku
harus melakukan yang terbaik, jika tidak maka Kyungsoo tidak akan masuk. ah~ bagaimana
ini?
Suara
music lambat laun mulai terdengar di telingaku. Ku tarik nafasku dalam dan
mulai mengalunkan bait pertama lagu ini.
Just gonna stand there
and watch me burn
Well that's alright because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
Well that's alright because I love the way you lie
I Love the way you lie
Well that's alright because I like the way it hurts
Just gonna stand there and hear me cry
Well that's alright because I love the way you lie
I Love the way you lie
Suaranya
kini mulai terdengar, semua orang yang berada di ruangan ini mulai menikmati
suara khas Kyungsoo. Aku hanya bisa tersenyum dan penglihatanku terkunci
olehnya. Tiap gerakannya saat rapping,
membuat decak kagum sebagian wanita di ruangan ini tak juga berbeda denganku.
‘THAT PERSON makes me
crazy, THAT PERSON makes me spellbound, THAT PERSON is Kyungsoo, Do Kyungsoo’
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^