Sabtu, 08 Maret 2014

Spring - S






S.P.R.I.N.G
Series
[An Answer]

A fanfiction by Zi_You

Watch : Video Teaser
 
Read For:
Now | PRI

Title : An Answer | Main Cast : Kang Min Hyuk (CNBlue), Jung Soo Jung (fx)  | Genre : Romance, (A little bit) Fluff, School Live, | Duration : Ficlet| Rating : General

Summary :
Kau adalah lelaki yang memberikan pernyataan yang membingungkan

****

Lorong-lorong itu nampak lenggang, sisakan kehamapaan di sekitarnya. Gadis itu melangkahkan kakinya, melewati lorong tersebut. Sendiri. Tanpa teman perempuannya. Pun tanpa teman lelakinya, yang mungkin akan mengkaitkan jemarinya padanya. Nyatanya, kehampaan di sekitarnya, membuat angin musim panas berdesis di telinganya.
Ia lantas melirik arlojinya. Waktu untuk pembelajaran telah dimulai 5 menit lalu, untuk hari sebelumnya.
‘Aku tak mungkin terlambat untuk hari yang telah ku lewati ujian akhir semester, seminggu yang lalu.’
Mata coklatnya menyisir sekolah ini. Mungkin dari seberang lorong tadi nampak lenggang, namun dari tempatnya berdiri sekarang ini, bisa dibilang lebih baik. Beberapa siswa nampak berkeliaran dalam penangkapan indera penglihatan gadis cantik itu. Beberapa diantara mereka masih mengganggap keberadaan gadis tersebut. Seperti memutar kepalanya kearahnya lalu tersenyum simpul. Dan beberapa lain, hanya berlalu melewatinya.
Gadis itu mengghembuakan nafasnya, lagi. Entah untuk keberapa kalinya. Mungkin tak terhitung lagi. Rasa bosan yang menjalari tubuhnya, hanya mampu ia ekspresikan lewat hembusan nafasnya.
“Soo Jung-a!” pekikan keras itu, membuat gadis cantik berperawakan tinggi itu, memutar badannya. Kini ia mendapati seorang gadis cantik lain, dengan seragam yang juga sama dengannya, tengah melambaikan tangan kanannya. Dia Choi Jinri. Teman perempuannya. Gadis itu menghampirinya, dengan rambut gelombang yang ia ikat menjadi satu, terayun mengikuti arah geraknya.
“Kau terlambat 5 menit, untuk hari dimulainya pembelajaran, Nona Jung.” Ucap Jinri, dengan deru nafas yang sedikit tak beraturan.
“Aku takkan terlambat untuk hari tanpa pembelajaran seperti hari ini, Jinri-a.” Ucap gadis itu—Soo Jung— pada Jinri. Nada bicaranya seolah seperti Jinri bukan teman akrabnya. Namun, itulah sisi lain dari Soo Jung. Terkadang wajah manis, nan anggunnya, tertutupi dengan sifat yang sedikit angkuhnya. Jinri hanya menghela nafasnya, dalam.
Well, sebenarnya aku tak terlalu serius dengan ucapanku tadi, Soo Jung. Setidaknya, kau tak akan terlambat untuk mengungkapkan pernyataanmu padanya, seperti yang ia lakukan 2 hari yang lalu.” Ucap Jinri seraya merangkul bahu Soo Jung. Juga dengan nada yang sedikit ia turunkan, namun masih terdengar jelas di telinga Soo Jung.
Soo Jung hanya tersenyum simpul, mendengar frasa terakhir Jinri. Lantas menundukkan kepalanya. Menyembunyikan semburat merah, yang mungkin saja terlihat, dengan rambut coklat bergelombangnya.
“Jangan membuatnya menunggu, Soo Jung.” Ucap Jinri, lagi. Masih dengan nada bicara yang ia rendahkan. Kentara sekali ia hanya ingin Soo Jung yang mendengar ucapannya. Soo Jung pun juga sama. Ia masih menundukkan kepalanya. Entah sampai kapan ia akan menundukkan kepalanya.
‘Well, itu hanyalah sebuah pernyataan, yang semua lelaki bisa dengan mudah mengungkapkannya. Haruskah aku memberikan pernyataan yang sama, pula?’
Namun, beberapa detik berikutnya, ia menggangkat kepalanya. Tak ada lagi semburat merah pada kedua belah pipinya. Ia lalu menghembuskan nafasnya, seraya melepaskan rangkulan tangan Jinri.
“Aku butuh waktu untuk itu, Jinri-a. Tak semudah untuk hanya sekedar membalikkan telapak tangan.”ucap Soo Jung, akhirnya.
“Bukankah kau telah memiliki pernyataan yang akan kau berikan padanya untuk pernyataannya, 2 hari yang lalu? Jangan jadikan keraguan pernyataanmu hanya karena jabatannya, Soo Jung-a.”ucap Jinri, yang lagi-lagi membuat Soo Jung menghembuskan nafas beratnya.
“Entahlah Jinri. Aku bukan ragu atas jawabanku. Hanya—” entah sejak kapan, kini Soo Jung mulai kehabisan kata-kata. Hingga frasanya tak mampu ia selesaikan.
‘De ja vu’ fikir Soo Jung. Ia merasakan hal yang sama, dengan kejadian ini. Kejadian yang membuat Soo Jung kehabisan kata-kata, hingga tak mampu menyelesaikan frasanya. Walaupun bukan lelaki itu yang membuatnya terperangkap dalam situasi ini, tapi Jinri membawanya, seolah ia adalah lelaki tersebut.
2 hari yang lalu, lelaki yang memenuhi fikiran Soo Jung akhir-akhir ini, mengajaknya pada pertemuan reunian dengan teman lamanya. Bahkan tak dapat dipungkiri, banyak dari mereka yang melontarkan pernyataan bahwa ia adalah kekasih Min Hyuk—lelaki itu.
“Gadismu ini lebih laik dari kekasih lamamu, Min Hyuk-ah.”
“Kau membuat lelaki disekitarmu memandangmu iri, dengan kau memiliki gadismu.”
Terlebih dengan lengannya yang masih bergelayut manja pada lengan kekar lelaki tersebut. Seolah menguatkan pernyataan mereka, bahwa antara dia dan lelaki itu, memiliki hubungan special.
Seperti ada rasa yang membuncah bahagia, ketika Soo Jung mendengar pernyataan tersebut. Bahkan tak dapat dipungkiri, bahwa selama ini ia menyimpan rasa pada lelaki tersebut. Bahkan ia pun kini tak mampu menyembunyikan semburat merahnya, juga senyum manisnya.
Pun dengan Min Hyuk yang hanya mengumbar senyum manisnya, merespon ucapan teman lelaki lamanya. Kentara sekali baik Soo Jung, maupun Min Hyuk yang mungkin akan canggung setelah mereka keluar dari cafe ini. Iris mata Min Hyuk melirik Soo Jung, sekilas. Walau Soo Jung tak lantas menatapnya, namun ia tahu apa yang dirasakannnya, Soo Jung pun merasakannya.
Soo Jung hanya tersenyum simpul mengingat kejadian 2 hari lalu. Bukan. Bukan hanya sekedar pernyataan dari teman-teman lama lelaki itu, tapi sebuah pernyataan dari Min Hyuk yang membingungkannya.
 aku mencintaimu, lebih dari sekedar teman perempuanku.”
Entah hanya sebuah lelucon yang terlontar. Entah hanya mengikuti sutradara dari teman lamanya. Namun, Soo Jung merasa sunbae-nya ini tak menunjukkan bahwa ini adalah lelucon, atau hanya mengikuti sutradara teman lamanya. Kentara sekali ketika Min Hyuk mengucapkan frasa yang tak pernah ia duga sebelumnya, tak ada lelucon yang tercipta.
“Aaku..”
Kendati demikian, namun Soo Jung hingga sekarang belum menemukan pernyataan yang tepat untuk itu. Sebenarnya hati kecilnya telah menemukan pernyataan untuk sunbae-nya itu, namun disisi lain, ia masih mempertimbankannya. Membuat lelaki itu menunggunya hingga 2 hari ini.
Soo Jung kini berdiri di depan sederet buku-buku yang tertata rapi. Telunjuk serta iris matanya menyusuri buku-buku tersebut. Mencari buku yang tepat untuk menemaninya. Alih-alih ia menghilangkan fikirannya sejenak atas pernyataan dari sunbae-nya itu.
Senyum simpulnya mengembang, kala ia mendapati buku yang ia rasa tepat untuk menemaninya, yang kini seorang diri—tentu tanpa Jinri. Ia meninggalkan Jinri di tempat mereka bertemu tadi. Mungkin pergi ke perpustakaan adalah pilihan yang ia rasa tepat, untuk menghindari ucapan Jinri yang membuatnya berada dalam keadaan sulit.
Tangannya kini terulur, bermaksud meraih buku yang cukup tebal. Namun, letak buku pada deretan yang melebihi tinggi badannya, membuatnya harus sedikit berjingkit.
“Jangan mengandalkan dirimu, jika dirimu tak dapat lagi kau andalkan. Jangan terlalu enggan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu saat dirimu tak dapat diandalkan.” Ucap seorang lain, dengan suara bassnya, yang kini berdiri di belakang Soo Jung. Tangan kanannya kini terulur meraih buku yang dimaksud Soo Jung
Soo Jung sedikit berdecak kesal. Ia membalikkan badannya. Bermaksud mencaci seorang lain yang mengejeknya. Matanya seketika membulat sempurnya, ketika paras tampan yang tertangkap oleh indra penglihatannya, berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
“M—Min Hyuk sunbae?” ucap Soo Jung terbata. Ia terkejut. Membuat seuntai kalimat untuk mencaci seorang yang telah mengejeknya, sirna. Membuat frasanya terucap dengan terbata. Membuat usahanya untuk menghilangkan fikirannya dari sunbae-nya, terurungkan.
‘Mungkinkah dunia sesempit ini? Mungkinkah waktu tak memberiku kesempatan untuk berfikir, lagi?’
Min Hyuk—lelaki itu, hanya tersenyum simpul. Badan kurus nan tinggi itu, ia sandarkan pada sederet buku yang tertata rapi itu. Pun dengan senyum simpul, yang bahkan Soo Jung  tak menginginkan untuk melihatnya. Salah satu tangannya masih membawa sebuah novel yang hendak Soo Jung baca, sedang satu lainnya ia masukkan pada saku celananya. Membuatnya terlihat keren dari sisi manapun.
“Mencoba mengalihkan dunia nyatamu menjadi dunia fantasi, dengan novel  ini, Soo Jung­-a?”ucap Min Hyuk santai. Masih dalam posisi yang sama. Masih dengan Salah satu tangannya masih membawa sebuah novel yang belum ia berikan kepada Soo Jung. Masih pula dengan senyum manisnya. Ia hanya menggelengkan pelan kepalanya, melihat Soo Jung.
“Tidakkah itu tindakan yang kurang tepat, jika di dunia nyatamu banyak keputusan lain yang harus kau ambil, ketimbang mengalihkan duniamu?” tambah Min Hyuk, seraya mengulurkan tangannya, bermaksud menyerahkan novel yang dimaksud Soo Jung.
Soo Jung terdiam. Ia tahu, kini sunbae-nya itu mengajaknya dalam topik yang sama seperti 2 hari yang lalu. Ia pun tahu, jika sikapnya yang seolah menghindar dari sunbae-nya, juga pernyataan sunbae-nya 2 hari lalu, adalah salah. Dan, pernyataan Jinri ia rasa benar untuk situasi ini.
“Jangan membuatnya menunggu, Soo Jung.”  
Ia mencoba mengalihkan iris matanya dari mata Min Hyuk. Menyisir buku-buku yang tertata rapi. Alih-alih tak menganggap Min Hyuk di depannya. Namun, ia rasa semakin ia mengalihkan pandangannya pada sederet buku itu, semakin membuat Min Hyuk tak berpaling barang 1senti pun, dari Soo Jung.
‘Ini situasi yang sulit.’
“Jadi, apakah kau selamanya akan mengganggapku tak ada, Nona Jung?” ucap Min Hyuk yang seolah menghentikan iris mata Soo Jung pada sederet buku di hadapannya. Ia menghela nafas berat. Lantas memberanikan dirinya untuk menatap Min Hyuk.
“Aku tak pernah mengganggapmu tak ada, sunbae. Bukankah beberapa hari lalu, aku masih menyapamu, ketika kita berada di jarak yang tak terlalu jauh?” ucap Soo Jung, akhirnya. Min Hyuk hanya menautkan kedua alisnya—hingga keduanya hampir bertemu, untuk menanggapi ucapan Soo Jung.
“Beberapa hari lalu? Kapan terakhir kali kau menyapaku? Seminggu yang lalu, empat hari yang lalu, atau...”ucap Min Hyuk.
“—hari sebelum aku membuat sebuah pernyataan yang membuatmu menghindar?”
“Dan tidakkah kau berfikir pertanyaanmu itu terlalu berlebihan sunbae? Kau membuat pertanyaan yang terlalu spesifik. Apakah setiap seorang yang kau fikir ‘sedikit’ menghindar darimu, kau berikan pertanyaan ‘kapan terakhir kali kau menyapaku’?” ucap Soo Jung yang kini memberanikan matanya beradu dengan mata Min Hyuk. Namun, ia tak lantas membiarkan Min Hyuk mengunci matanya. Alih-alih ia ingin membicarakan topik lain dengan Min Hyuk. Tak hanya seputar topik 2 hari yang lalu.
Soo Jung kini melepas tautan matanya. Ia mulai melangkahkan kakinya. Niatnya untuk membaca novel yang ia maksud tadi terurungkan. Sedikit perasaan kesal sedang menjalari tubuhnya, hingga ia tak menerima uluran novel dari Min Hyuk.
“Baiklah. Jika pertanyaanku terlalu spesifik, bagaimana dengan pernyataanku 2 hari yang lalu. Apakah menurutmu itu terlalu spesifik?” ucap Min Hyuk yang membuat langkah Soo Jung terhenti. Namun, tak lantas membuat Soo Jung membalikkan badannya.
Soo Jung memejamkan matanya, sejenak. Otaknya terus berputar, mencari kata yang tepat untuk merangkainya menjadi frasa. Ia tahu tak selamanya ia akan mengacuhkan pernyataan Min Hyuk 2 hari yang lalu.
‘Mungkinkah aku membuatnya dalam keadaan yang sulit? Jika ia tak ku ajak dalam keadaan yang sulit, lantas harus berapa lama aku menunggunya?’
Soo Jung kembali menarik nafasnya dalam. Dan menghembuskannya dengan berat. Entah berapa kali ia melakukan hal tersebut. Juga entah harus berapa lama ia dalam keadaan sulit, yang membuatnya kehabisan kata.
 “Aku tahu kau dalam keadaan yang sulit. Aku tahu kau menghindar dari ku, sejak aku membuat sebuah pernyataan yang mungkin sulit kau terima, 2 hari yang lalu. Aku pun sama denganmu. Berada dalam keadaan sulit. Aku menginginkan kau membuat sebuah pernyataan. Bukan hanya aku.” ujar Min Hyuk dengan frasanya yang Soo Jung rasa belum selesai. Dan benar saja, Min Hyuk terlihat mengatur nafasnya, juga mengatur kata yang mungkin saja akan keluar dari mulurnya, lagi.
—namun, ku rasa kau telah membuat pernyataan, hanya saja kau rupanya bermaksud mempermainkan perasaanku, dengan mengajak waktu dalam pihakmu. Tapi, benarkan seseorang gadis yang menempelkan foto seorang lelaki secara diam-diam di lokernya, me­—” frasa Min Hyuk terhenti, ketika sebuah kecupan manis, terasa lembut di pipi kanannya. Juga sebuah suara lembut yang mengalun pada telinganya.
“Aku pun mencintaimu, sunbae.”
.
.

When you lost your time.
When the time bored with your habits.
You must get an answer,
if you didn’t want your boy dating with other girl.  
You can’t make your boy wait for long time, again
.
.

A/N :
Oke, adalah ficlet ku yang entah sudah keberapa. Haha. Karena sebenarnya aku lebih suka ficlet ketimbang ff ber-chapter. Hehe. Dan untuk kesekian kalinya, aku minta review dari reader sekalian. Karena aku tahu ff ini masih banyak kesalahannya.
Ini adalah ficlet SPRING series Kang Min Hyuk dan Jung Soo Jung, yang sengaja kami buat untuk bulan ini dan bulan depan. Dan kebetulan saya mendapat bagian S dari SPRING series. Jadi ficlet ini dirilis lebih awal dari ficlet milik author lain. Nantikan ficlet SPRING series dari author I[You], dan Ayudipal. See you next fanfiction later.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^