S.P.R.I.N.G
Series
[An Answer]
Title : An Answer | Main Cast : Kang Min Hyuk (CNBlue), Jung Soo Jung (fx) | Genre : Romance, (A little bit) Fluff, School Live, | Duration : Ficlet| Rating : General
Summary :
Kau
adalah lelaki yang memberikan pernyataan yang membingungkan
****
Lorong-lorong itu nampak lenggang, sisakan
kehamapaan di sekitarnya. Gadis itu melangkahkan kakinya, melewati lorong
tersebut. Sendiri. Tanpa teman perempuannya. Pun tanpa teman lelakinya, yang
mungkin akan mengkaitkan jemarinya padanya. Nyatanya, kehampaan di sekitarnya,
membuat angin musim panas berdesis di telinganya.
Ia lantas melirik arlojinya. Waktu untuk
pembelajaran telah dimulai 5 menit lalu, untuk hari sebelumnya.
‘Aku tak mungkin
terlambat untuk hari yang telah ku lewati ujian akhir semester, seminggu yang
lalu.’
Mata coklatnya menyisir sekolah ini. Mungkin dari
seberang lorong tadi nampak lenggang, namun dari tempatnya berdiri sekarang
ini, bisa dibilang lebih baik. Beberapa siswa nampak berkeliaran dalam
penangkapan indera penglihatan gadis cantik itu. Beberapa diantara mereka masih
mengganggap keberadaan gadis tersebut. Seperti memutar kepalanya kearahnya lalu
tersenyum simpul. Dan beberapa lain, hanya berlalu melewatinya.
Gadis itu mengghembuakan nafasnya, lagi. Entah untuk
keberapa kalinya. Mungkin tak terhitung lagi. Rasa bosan yang menjalari
tubuhnya, hanya mampu ia ekspresikan lewat hembusan nafasnya.
“Soo Jung-a!”
pekikan keras itu, membuat gadis cantik berperawakan tinggi itu, memutar badannya.
Kini ia mendapati seorang gadis cantik lain, dengan seragam yang juga sama
dengannya, tengah melambaikan tangan kanannya. Dia Choi Jinri. Teman
perempuannya. Gadis itu menghampirinya, dengan rambut gelombang yang ia ikat
menjadi satu, terayun mengikuti arah geraknya.
“Kau terlambat 5 menit, untuk hari dimulainya
pembelajaran, Nona Jung.” Ucap Jinri, dengan deru nafas yang sedikit tak
beraturan.
“Aku takkan terlambat untuk hari tanpa pembelajaran
seperti hari ini, Jinri-a.” Ucap
gadis itu—Soo Jung—
pada Jinri. Nada bicaranya seolah seperti Jinri bukan teman akrabnya. Namun,
itulah sisi lain dari Soo Jung. Terkadang wajah manis, nan anggunnya, tertutupi
dengan sifat yang sedikit angkuhnya. Jinri hanya menghela nafasnya, dalam.
“Well,
sebenarnya aku tak terlalu serius dengan ucapanku tadi, Soo Jung. Setidaknya,
kau tak akan terlambat untuk mengungkapkan pernyataanmu padanya, seperti yang
ia lakukan 2 hari yang lalu.” Ucap Jinri seraya merangkul bahu Soo Jung. Juga
dengan nada yang sedikit ia turunkan, namun masih terdengar jelas di telinga
Soo Jung.
Soo Jung hanya tersenyum simpul,
mendengar frasa terakhir Jinri. Lantas menundukkan kepalanya. Menyembunyikan
semburat merah, yang mungkin saja terlihat, dengan rambut coklat
bergelombangnya.
“Jangan membuatnya menunggu, Soo
Jung.” Ucap Jinri, lagi. Masih dengan nada bicara yang ia rendahkan. Kentara
sekali ia hanya ingin Soo Jung yang mendengar ucapannya. Soo Jung pun juga
sama. Ia masih menundukkan kepalanya. Entah sampai kapan ia akan menundukkan
kepalanya.
‘Well,
itu hanyalah sebuah pernyataan, yang semua lelaki bisa dengan mudah
mengungkapkannya. Haruskah aku memberikan pernyataan yang sama, pula?’
Namun, beberapa detik berikutnya, ia
menggangkat kepalanya. Tak ada lagi semburat merah pada kedua belah pipinya. Ia
lalu menghembuskan nafasnya, seraya melepaskan rangkulan tangan Jinri.
“Aku butuh waktu untuk itu, Jinri-a. Tak semudah untuk hanya sekedar
membalikkan telapak tangan.”ucap Soo Jung, akhirnya.
“Bukankah kau telah memiliki
pernyataan yang akan kau berikan padanya untuk pernyataannya, 2 hari yang lalu?
Jangan jadikan keraguan pernyataanmu hanya karena jabatannya, Soo Jung-a.”ucap Jinri, yang lagi-lagi membuat
Soo Jung menghembuskan nafas beratnya.
“Entahlah Jinri. Aku bukan ragu atas
jawabanku. Hanya—” entah sejak kapan, kini Soo Jung mulai kehabisan kata-kata.
Hingga frasanya tak mampu ia selesaikan.
‘De
ja vu’ fikir Soo
Jung. Ia merasakan hal yang sama, dengan kejadian ini. Kejadian yang membuat
Soo Jung kehabisan kata-kata, hingga tak mampu menyelesaikan frasanya. Walaupun
bukan lelaki itu yang membuatnya terperangkap dalam situasi ini, tapi Jinri
membawanya, seolah ia adalah lelaki tersebut.
2 hari yang lalu, lelaki yang
memenuhi fikiran Soo Jung akhir-akhir ini, mengajaknya pada pertemuan reunian
dengan teman lamanya. Bahkan tak dapat dipungkiri, banyak dari mereka yang
melontarkan pernyataan bahwa ia adalah kekasih Min Hyuk—lelaki itu.
“Gadismu
ini lebih laik dari kekasih lamamu, Min Hyuk-ah.”
“Kau
membuat lelaki disekitarmu memandangmu iri, dengan kau memiliki gadismu.”
Terlebih dengan lengannya yang masih
bergelayut manja pada lengan kekar lelaki tersebut. Seolah menguatkan
pernyataan mereka, bahwa antara dia dan lelaki itu, memiliki hubungan special.
Seperti ada rasa yang membuncah
bahagia, ketika Soo Jung mendengar pernyataan tersebut. Bahkan tak dapat
dipungkiri, bahwa selama ini ia menyimpan rasa pada lelaki tersebut. Bahkan ia
pun kini tak mampu menyembunyikan semburat merahnya, juga senyum manisnya.
Pun dengan Min Hyuk yang hanya
mengumbar senyum manisnya, merespon ucapan teman lelaki lamanya. Kentara sekali
baik Soo Jung, maupun Min Hyuk yang mungkin akan canggung setelah mereka keluar
dari cafe ini. Iris mata Min Hyuk melirik Soo Jung, sekilas. Walau Soo Jung tak
lantas menatapnya, namun ia tahu apa yang dirasakannnya, Soo Jung pun
merasakannya.
Soo Jung hanya tersenyum simpul
mengingat kejadian 2 hari lalu. Bukan. Bukan hanya sekedar pernyataan dari
teman-teman lama lelaki itu, tapi sebuah pernyataan dari Min Hyuk yang
membingungkannya.
“—aku mencintaimu,
lebih dari sekedar teman perempuanku.”
Entah hanya sebuah lelucon yang
terlontar. Entah hanya mengikuti sutradara dari teman lamanya. Namun, Soo Jung
merasa sunbae-nya ini tak menunjukkan
bahwa ini adalah lelucon, atau hanya mengikuti sutradara teman lamanya. Kentara
sekali ketika Min Hyuk mengucapkan frasa yang tak pernah ia duga sebelumnya,
tak ada lelucon yang tercipta.
“A—aku..”
Kendati demikian, namun Soo Jung
hingga sekarang belum menemukan pernyataan yang tepat untuk itu. Sebenarnya hati
kecilnya telah menemukan pernyataan untuk sunbae-nya
itu, namun disisi lain, ia masih mempertimbankannya. Membuat lelaki itu
menunggunya hingga 2 hari ini.
Soo Jung kini berdiri di depan
sederet buku-buku yang tertata rapi. Telunjuk serta iris matanya menyusuri
buku-buku tersebut. Mencari buku yang tepat untuk menemaninya. Alih-alih ia
menghilangkan fikirannya sejenak atas pernyataan dari sunbae-nya itu.
Senyum simpulnya mengembang, kala ia
mendapati buku yang ia rasa tepat untuk menemaninya, yang kini seorang diri—tentu
tanpa Jinri. Ia meninggalkan Jinri di tempat mereka bertemu tadi. Mungkin pergi
ke perpustakaan adalah pilihan yang ia rasa tepat, untuk menghindari ucapan
Jinri yang membuatnya berada dalam keadaan sulit.
Tangannya kini terulur, bermaksud
meraih buku yang cukup tebal. Namun, letak buku pada deretan yang melebihi
tinggi badannya, membuatnya harus sedikit berjingkit.
“Jangan mengandalkan dirimu, jika
dirimu tak dapat lagi kau andalkan. Jangan terlalu enggan untuk meminta orang
lain melakukan sesuatu saat dirimu tak dapat diandalkan.” Ucap seorang lain,
dengan suara bassnya, yang kini berdiri di belakang Soo Jung. Tangan kanannya
kini terulur meraih buku yang dimaksud Soo Jung
Soo Jung sedikit berdecak kesal. Ia
membalikkan badannya. Bermaksud mencaci seorang lain yang mengejeknya. Matanya
seketika membulat sempurnya, ketika paras tampan yang tertangkap oleh indra
penglihatannya, berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
“M—Min Hyuk sunbae?” ucap Soo Jung terbata. Ia terkejut. Membuat seuntai kalimat
untuk mencaci seorang yang telah mengejeknya, sirna. Membuat frasanya terucap
dengan terbata. Membuat usahanya untuk menghilangkan fikirannya dari sunbae-nya, terurungkan.
‘Mungkinkah
dunia sesempit ini? Mungkinkah waktu tak memberiku kesempatan untuk berfikir,
lagi?’
Min Hyuk—lelaki itu, hanya tersenyum
simpul. Badan kurus nan tinggi itu, ia sandarkan pada sederet buku yang tertata
rapi itu. Pun dengan senyum simpul, yang bahkan Soo Jung tak menginginkan untuk melihatnya. Salah satu
tangannya masih membawa sebuah novel yang hendak Soo Jung baca, sedang satu
lainnya ia masukkan pada saku celananya. Membuatnya terlihat keren dari sisi
manapun.
“Mencoba mengalihkan dunia nyatamu
menjadi dunia fantasi, dengan novel ini,
Soo Jung-a?”ucap Min Hyuk santai.
Masih dalam posisi yang sama. Masih dengan Salah satu tangannya masih membawa
sebuah novel yang belum ia berikan kepada Soo Jung. Masih pula dengan senyum
manisnya. Ia hanya menggelengkan pelan kepalanya, melihat Soo Jung.
“Tidakkah itu tindakan yang kurang
tepat, jika di dunia nyatamu banyak keputusan lain yang harus kau ambil,
ketimbang mengalihkan duniamu?” tambah Min Hyuk, seraya mengulurkan tangannya,
bermaksud menyerahkan novel yang dimaksud Soo Jung.
Soo Jung terdiam. Ia tahu, kini sunbae-nya itu mengajaknya dalam topik
yang sama seperti 2 hari yang lalu. Ia pun tahu, jika sikapnya yang seolah
menghindar dari sunbae-nya, juga
pernyataan sunbae-nya 2 hari lalu,
adalah salah. Dan, pernyataan Jinri ia rasa benar untuk situasi ini.
“Jangan
membuatnya menunggu, Soo Jung.”
Ia mencoba mengalihkan iris matanya
dari mata Min Hyuk. Menyisir buku-buku yang tertata rapi. Alih-alih tak
menganggap Min Hyuk di depannya. Namun, ia rasa semakin ia mengalihkan
pandangannya pada sederet buku itu, semakin membuat Min Hyuk tak berpaling
barang 1senti pun, dari Soo Jung.
‘Ini
situasi yang sulit.’
“Jadi, apakah kau selamanya akan
mengganggapku tak ada, Nona Jung?” ucap Min Hyuk yang seolah menghentikan iris
mata Soo Jung pada sederet buku di hadapannya. Ia menghela nafas berat. Lantas
memberanikan dirinya untuk menatap Min Hyuk.
“Aku tak pernah mengganggapmu tak
ada, sunbae. Bukankah beberapa hari
lalu, aku masih menyapamu, ketika kita berada di jarak yang tak terlalu jauh?”
ucap Soo Jung, akhirnya. Min Hyuk hanya menautkan kedua alisnya—hingga keduanya
hampir bertemu, untuk menanggapi ucapan Soo Jung.
“Beberapa hari lalu? Kapan terakhir
kali kau menyapaku? Seminggu yang lalu, empat hari yang lalu, atau...”ucap Min
Hyuk.
“—hari sebelum aku membuat sebuah
pernyataan yang membuatmu menghindar?”
“Dan tidakkah kau berfikir
pertanyaanmu itu terlalu berlebihan sunbae?
Kau membuat pertanyaan yang terlalu spesifik. Apakah setiap seorang yang kau
fikir ‘sedikit’ menghindar darimu, kau berikan pertanyaan ‘kapan terakhir kali
kau menyapaku’?” ucap Soo Jung yang kini memberanikan matanya beradu dengan
mata Min Hyuk. Namun, ia tak lantas membiarkan Min Hyuk mengunci matanya.
Alih-alih ia ingin membicarakan topik lain dengan Min Hyuk. Tak hanya seputar
topik 2 hari yang lalu.
Soo Jung kini melepas tautan
matanya. Ia mulai melangkahkan kakinya. Niatnya untuk membaca novel yang ia
maksud tadi terurungkan. Sedikit perasaan kesal sedang menjalari tubuhnya,
hingga ia tak menerima uluran novel dari Min Hyuk.
“Baiklah. Jika pertanyaanku terlalu spesifik,
bagaimana dengan pernyataanku 2 hari yang lalu. Apakah menurutmu itu terlalu
spesifik?” ucap Min Hyuk yang membuat langkah Soo Jung terhenti. Namun, tak
lantas membuat Soo Jung membalikkan badannya.
Soo Jung memejamkan matanya,
sejenak. Otaknya terus berputar, mencari kata yang tepat untuk merangkainya
menjadi frasa. Ia tahu tak selamanya ia akan mengacuhkan pernyataan Min Hyuk 2
hari yang lalu.
‘Mungkinkah
aku membuatnya dalam keadaan yang sulit? Jika ia tak ku ajak dalam keadaan yang
sulit, lantas harus berapa lama aku menunggunya?’
Soo Jung kembali menarik nafasnya dalam. Dan
menghembuskannya dengan berat. Entah berapa kali ia melakukan hal tersebut.
Juga entah harus berapa lama ia dalam keadaan sulit, yang membuatnya kehabisan
kata.
“Aku tahu kau
dalam keadaan yang sulit. Aku tahu kau menghindar dari ku, sejak aku membuat
sebuah pernyataan yang mungkin sulit kau terima, 2 hari yang lalu. Aku pun sama
denganmu. Berada dalam keadaan sulit. Aku menginginkan kau membuat sebuah
pernyataan. Bukan hanya aku.” ujar Min Hyuk dengan frasanya yang Soo Jung rasa
belum selesai. Dan benar saja, Min Hyuk terlihat mengatur nafasnya, juga
mengatur kata yang mungkin saja akan keluar dari mulurnya, lagi.
“—namun,
ku rasa kau telah membuat pernyataan, hanya saja kau rupanya bermaksud
mempermainkan perasaanku, dengan mengajak waktu dalam pihakmu. Tapi, benarkan
seseorang gadis yang menempelkan foto seorang lelaki secara diam-diam di
lokernya, me—” frasa Min Hyuk terhenti, ketika sebuah kecupan manis, terasa
lembut di pipi kanannya. Juga sebuah suara lembut yang mengalun pada
telinganya.
“Aku pun mencintaimu, sunbae.”
.
.
When
you lost your time.
When
the time bored with your habits.
You
must get an answer,
if
you didn’t want your boy dating with other girl.
You
can’t make your boy wait for long time, again
.
.
A/N :
Oke, adalah ficlet ku yang entah sudah keberapa. Haha.
Karena sebenarnya aku lebih suka ficlet ketimbang ff ber-chapter. Hehe. Dan
untuk kesekian kalinya, aku minta review dari reader sekalian. Karena aku tahu
ff ini masih banyak kesalahannya.
Ini adalah ficlet SPRING series Kang Min Hyuk dan Jung Soo
Jung, yang sengaja kami buat untuk bulan ini dan bulan depan. Dan kebetulan
saya mendapat bagian S dari SPRING series. Jadi ficlet ini dirilis lebih awal
dari ficlet milik author lain. Nantikan ficlet SPRING series dari author
I[You], dan Ayudipal. See you next
fanfiction later.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^