Try to deny
Chapter 3
Author
:
Jelly
Main
cast :
Tiffany
Hwang
Oh
Sehun
Other
cast :
Irene,
Seulgi, Tao, Key, Sunny
Genre
:
Romance,
friendship, school life
Rating
:
PG-13
Length
:
Chaptered
Disclaimer
:
Annyeong
readers~ Ini dia lanjutannya. Maaf menunggu lama, karena tugas sekolah author
banyak banget sampai nggak sempet megang laptop. Semoga kalian suka sama
lanjutan ceritanya. Makasih udah mau baca FF author dan jangan lupa read coment
like. OK? J
Don’t
copas!
~`Happy
reading`~
***
‘’
-Previous-
“Panggil saja aku seperti dulu. Hun-ah. Aku suka kau
panggil dengan nama itu,” kataku yang membuatnya terkejut. Aku juga tak tahu
kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti ini.
“Ah, haha. Bercandamu tidak lucu, Sehun. Bagaimana
jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” ucapannya terpotong dengan suara
orang lain dari ujung pintu.
“Apa yang tidak aku ketahui Irene? Hmm?” tanya
Tiffany –orang di ujung pintu itu sambil memandangku lurus.
Chapter 3~
Tiffany
POV
Akhirnya sampai juga aku di depan gedung
sekolah. Perlahan aku berjalan menuju ruang pertemuan. Sedikit menakutkan
ketika harus berjalan sendiri melewati koridor utama gedung sekolah ini. Dari
kejauhan tampak cahaya lampu dari dalam ruang pertemuan yang tinggal beberapa
langkah di depanku. Samar-samar terdengar suara laki-laki dan perempuan.
“Bukannya hanya Irene yang bertugas
mendekor ruangan?”pikirku. Tapi aku langsung tersenyum. Lupa akan satu fakta.
Irene itu perempuan dan mana mungkin ia berani mendekor ruangan ini sendiri
tanpa ada yang menemaninya.
“Pasti ia mengajak namjachingunya,”
kataku lirih. Perlahan aku mengintip sedikit keadaan di dalam sebelum
memasukinya. Aku terkejut.
“Oh.. Sehun?” kataku lirih. “Untuk apa
ia ada di sini? Kenapa mereka terlihat begitu akrab?” Entah mengapa ada rasa
yang aneh saat aku melihat Sehun dan Irene hanya berduaan di tempat seperti
ini. Rasanya seperti aku ingin menarik Sehun keluar supaya jauh-jauh dari
Irene.
Kupertajam pendengaranku untuk mendengar
lebih jelas apa yang mereka bicarakan.
“Aku suka kau panggil dengan nama itu”
kata Sehun.
“Ah, haha. Bercandamu tidak lucu, Sehun.
Bagaimana jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” Aku bingung mendengar
Irene berkata begitu. Apa yang mereka sembunyikan dariku.
Aku langsung melangkah masuk dan menatap
ke arah Sehun yang belum menyadari keberadaanku.
“Apa yang tidak aku ketahui Irene? Hmm?”
Aku bertanya pada Irene tapi pandanganku masih tetap lurus pada Sehun.
Sehun dan Irene nampak terkejut melihat
kedatanganku yang tiba-tiba.
“Tif..Tiffany? katanya kau sakit?” kata
Sehun yang terlihat gugup.
“Aku memang sakit. Bahkan sekarang aku
mulai pusing lagi saat melihat kalian disini dan sepertinya hanya kalian
berdua yang ada di sini,” kataku datar.
Aku juga bingung kenapa aku mengatakan kata-kata yang harusnya tidak kuucapkan.
“Sunbae, i-itu tidak seperti yang
Tiffany sunbae bayangkan. Tadi Sehun kemari karena disuruh oleh Jo songsaenim,”
kata Irene. Tidak ada kebohongan dari matanya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan membantu
kalian. Kelihatannya masih banyak yang belum beres,” kataku yang langsung
mengambil rangkaian bunga yang disandarkan di dinding.
Author
POV
Beberapa
detik kemudian, Sehun menghampiri Tiffany yang sibuk sendiri dengan rangkaian
bunga itu. Tiffany bingung menaruh rangkaian bunga yang besar ini di mana.
“Apa kau perlu bantuan?” tanya Sehun.
Tiffany hanya melirik sekilas lalu
berjalan ke depan podium untuk menaruh rangkaian bunganya disana.
“Hah, yeppeuda!” kata Tiffany senang.
Irene yang dari jauh melihat Tiffany tersenyum ikut tersenyum juga.
Sedangkan Sehun masih setia membuntuti Tiffany
yang tampak tak peduli dengan dirinya. Sehun teringat jika tadi ia membawa
bungkusan berisi makanan. Ia lalu mengambil bungkusan tersebut di salah satu
kursi yang ada di barisan depan. Sehun lalu melangkah balik ke arah Tiffany
dengan senyum di wajahnya.
“Tiffany, tadi sebelum aku ke sini aku
membeli ini. Apa kau mau?” kata Sehun sambil mengangkat kantong plastik yang
dibawanya.
“Tidak, terima kasih. Aku sudah
kenyang,” kata Tiffany datar. Sehun yang mendengar jawaban Tiffany langsung
mendesah kasar. Ia tidak suka jika ada seorang yeoja yang bersikap seperti itu.
“Kau kenapa?” tanya sehun agak keras
membuat Irene yang sedang menata kursi di belakang menoleh ke Sehun dan Tiffany
-lagi.
“Anhi, sudahlah. Cepat selesaikan
pekerjaan ini supaya kita bisa cepat-cepat pulang,”
“Kau cemburu?” tanya Sehun dengan nada
menggoda.
“Mwo? Siapa yang cemburu?” kata Tiffany
menoleh sebentar ke Sehun lalu kembali mengelap kaca jendela.
Tiba-tiba Sehun membisikkan sesuatu pada
Tiffany.
“Jangan terlalu cepat merasakan cinta
padaku. Ingat, kita disini sebagai aktor dan aktris yang sedang memainkan
perannya dengan baik,”
Deg! Entah mengapa ada perasaan sakit
saat Sehun membisikkan kalimat itu pada Tiffany.
“Arraseo,” kata Tiffany singkat lalu
sibuk kembali dengan jendela yang ada di hadapannya.
“Kajja, kita makan dahulu. Aku sudah
membelikan ini,” ajak Sehun kemudian lalu menarik Tiffany untuk duduk dan
menyuruh Irene untuk bergabung bersama mereka.
SKIP
“Terima kasih atas semua bantuannya
Irene dan kau Sehun. Aku minta maaf telah mengganggu waktu luang kalian,” kata
Tiffany sebelum mereka pulang setelah menyelesaikan mendekor ruang pertemuan.
“Ne, seharusnya aku bisa tidur dari tadi
tapi gara-gara.. au! Kenapa kau memukulku?” teriak Sehun pada Irene yang
memukulnya tiba-tiba.
“Kau ini. Dari dulu sampai sekarang
tidak berubah sama sekali,” kata Irene kesal.
“Memangnya kenapa? Aku dari dulu memang
seperti ini. Sudah tidak bisa diubah lagi,” balas Sehun asal.
“Ehem, kalian tampaknya sangat akrab
ya,” sela Tiffany yang membuat Sehun dan Irene tersadar kalau ada Tiffany di
sana.
“Begini Tiff, jadi aku dan Irene dulu
per..mm” tiba-tiba Irene membekap mulut Sehun dan membisikkan sesuatu. Setelah
itu Sehun hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Tiffany yang melihatnya
menjadi curiga.
“Sebenarnya kalian ada apa sih? Ada yang
kalian sembunyikan ya dariku?” seketika Sehun dan Irene gugup.
“Ayo kita pulang, Tiff!kau pasti lelah.
Nanti kau bisa sakit lagi,” ajak Sehun untuk menghindar dari pertanyaan
Tiffany.
“Hah, mau menghindar? Aku mau pulang
naik bus saja,” kata Tiffany berjalan mendahului Sehun. Sehun pun berlari kecil
untuk mengejar Tiffany lalu menarik Tiffany menuju gerbang sekolah. Sampai di
depan gerbang sekolah Tiffany berteriak karena Sehun yang terus menariknya
entah ke mana.
“Ya! Kau mau bawa aku ke mana,
Sehun-ah?”
“Kau tunggu di sini, ne. Aku akan
mengambil motorku di depan cafe itu,” kata Sehun lembut sambil menunjuk cafe
yang ada di seberang sekolahnya.Tiffany hanya mengangguk. Ia memandangi
punggung Sehun yang mulai menjauh untuk mengambil motornya. Kemudian Sehun
menjemput Tiffany dan mengantarkan Tiffany pulang.
***
Tiffany
POV
Akhirnya aku dan Sehun sampai di depan
rumahku. Selama di perjalanan tadi tidak ada pembicaraan antara aku dan Sehun.
Aku sibuk memikirkan tentang hubunganku dengan Sehun yang semakin lama semakin
rumit sementara Sehun aku tak tahu apa yang ia pikirkan. Biasanya ia yang
membuka pembicaraan tapi kali ini kami sama-sama asyik dengan pikiran
masing-masing.
“Gomawo, telah mengantarkanku pulang.
Aku ke dalam dulu,” kataku lalu berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Sehun
belum beranjak dari tempatnya. Mungkin ia ingin memastikan kalau aku pulang
dengan selamat.
Saat aku sudah sampai di depan pintu aku
menoleh kembali ke belakang. Di sana Sehun tersenyum melihatku.
“Sehun-ah..” panggilku dengan suara
lirih.
“Ne?” tanya Sehun.
Seketika aku langsung berlari menghampiri
Sehun. Sampai di depan Sehun dengan nafas terengah-engah dalam hati aku ingin
meyakinkan diriku tentang perasaan aneh ini.
“Se-sehun-ah,” kataku gugup.
“Wae Tiffany?” tanya Sehun sambil
tersenyum lembut walau dari raut wajahnya Sehun terlihat bingung saat ini.
Cup..
1 detik
2 detik
3 detik
Sehun yang tadinya tersenyum menjadi
terkejut bukan main. Aku melepas ciumanku dan terdiam. Merasakan jantungku
berdetak lebih cepat. Jadi benar.
“Tiff, apa yang kau..”
“Jadi benar,” kataku menyela ucapan
Sehun. Sehun makin bingung. Ia menunggu ucapanku selanjutnya.
“Sehun-ah, eotthohkae jigeum?” kataku
sambil menatap matanya.
***
Malam ini aku tidak bisa tidur. Saat
memejamkan mata aku selalu teringat tentang kejadian aku mencium Sehun tadi.
Apa kalian berpikiran bahwa aku gila? Ya, mungkin sekarang otakku sudah
bergeser sedikit sehingga aku bisa mempunyai ide untuk mencium Sehun. Tapi aku
sudah memikirkannya matang-matang sebelum aku melakukannya saat perjalanan
pulang tadi. Aku hanya ingin mengetes apakah perasaanku pada Sehun benar-benar
cinta atau bukan. Dan ternyata..
“Aku mencintainya.”
Aku mendesah kasar. Bagaimana besok?
Pasti akan sangat canggung untuk bertemu dengannya, pikirku.
Karena terlalu lelah aku pun tertidur.
At
Seoul Senior High School
Author
POV
Walaupun hari ini ada pertemuan orang
tua kelas 3, tetapi pelajaran tetap berlangsung seperti biasa karena ruang
pertemuan dan ruang kelas berbeda gedung jadi tidak akan mengganggu.
“Aku ingin pulang~” rengek Sunny yang
sedang berada di kelas.
“Kepala sekolah memang tidak mengerti
kemauan murid-muridnya. Kenapa tidak di liburkan saja jika memang ada pertemuan
orang tua?!” seru Key yang sudah mulai bosan berada di kelas.
Saat ini kelas mereka sedang tidak ada
pelajaran alias jam kosong. Dan sebagai gantinya mereka harus mengerjakan tugas
yang diberikan oleh Kim songsaenim karena Kim songsaenim sedang mengikuti acara
pertemuan orang tua di ruang pertemuan.
“Sudahlah Key, kerjakan saja tugasnya.
Jangan mengeluh,” kata Tiffany yang dari tadi sibuk menulis.
“Bagaimana kalau kita ke kantin?” ajak
Sunny. Dari tadi Sunny merasa sangat lemas karena belum sarapan.
“Hehe, Fany-ah ayo kita ke kantin!” kata
Key yang langsung menarik Tiffany menuju kantin. Tiffany terkejut karena
kelakuan Key yang tiba-tiba.
“Apa yang kalian lakukan? Aku tidak mau
ke kantin,” kata Tiffany yang membuat Key dan Sunny berhenti bersamaan.
“Tidak biasanya kau menolak untuk ke
kantin,” kata Key dengan rasa curiga.
“W-wae? Aku sudah kenyang makanya aku
tidak mau ke kantin,” balas Tiffany cepat.
“Aa.. kau pasti sedang bertengkar dengan
Sehun, kan? Makanya kau tidak mau diajak ke kantin. Karena bisa saja kau
bertemu dengannya di sana,” tebak Sunny yang seratus persen memang benar. Lama-lama
Sunny bisa jadi ahli pembaca pikiran orang karena akhir-akhir ini tebakannya
selalu benar.
“Benarkah? Ah, kau ini. Seperti anak
kecil saja jika sedang bertengkar malah menghindar. Ayo, ikut aku!” kata Key
yang menarik Tiffany -lagi. Sunny mengikuti mereka dari belakang sambil tertawa.
Rasa laparnya tiba-tiba saja hilang karena terlalu antusias dengan apa yang
akan terjadi pada Tiffany selanjutnya.
“Kau mau bawa aku ke mana, Key?” tanya
Tiffany yang terlihat kesal dengan sikap semaunya Key.
“Ke kelas Sehun,” jawab Key singkat.
Tiffany yang mendengarnya terkejut dan berhenti tiba-tiba.
“Kau gila?! Aku tidak mau ke kelas
Sehun!” teriak Tiffany.
“Tapi kita sekarang sudah ada di depan
kelasnya Sehun, Fany-ah,” kata Sunny dengan tersenyum jah.
“Ayo, sekarang kita temui Sehun,” Key
mulai menarik Tiffany kembali tetapi mendadak berhenti karena tiba-tiba muncul
Sehun dari dalam.
“Eoh, sunbae? Kenapa disini?” tanya
Sehun dengan raut wajah heran.
“Igeo,” Key mendorong Tiffany ke depan
Sehun. “Jika ada masalah selesaikan segera. Jangan malah menghindarinya.”
“Oke, selesaikan masalah kalian. Kami ke
kantin dulu..” kata Sunny. Kemudian Key dan Sunny pergi ke kantin dan tinggalah
Sehun dan Tiffany yang sedari tadi menundukkan wajahnya. Terlalu malu untuk
melihat wajah Sehun saat ini. Beberapa detik mereka hanya berdiam.
“Kajja, kita ke taman,” kata Sehun lalu
menggenggam jemari kecil Tiffany. Tanpa diketahui Sehun, wajah Tiffany sudah
seperti kepiting rebus. Merah merona.
Tiffany
POV
Saat ini aku dan Sehun sedang berada di
taman sekolah. Kami duduk berdua di tengah-tengah taman. Tempat yang sama
seperti saat aku dan Sehun datang pagi-pagi sekali dan merenungi nasib
masing-masing. Aku tersenyum mengingat waktu itu kami berdua ketahuan oleh
hoobae kami. Rasanya seperti aku dan Sehun sedang tertangkap basah mencuri barang
berharga yang tersimpan di dalam taman ini. Sudah, lupakan.
Aku dan Sehun masih betah dengan
kesunyian ini. Tak ada satupun dari kami berdua yang memulai pembicaraan.
Sampai akhirnya pertanyaan yang membuatku mati kutu itupun datang.
“Kenapa kau langsung masuk ke rumah tadi
malam?” tanya Sehun. Kemarin setelah aku melakukan ‘hal terbodoh dalam
hidupku’, aku langsung lari masuk ke rumah karena tak tahan menahan malu.
Aku tidak menjawab. Aku bingung harus
menjawab apa. Tidak mungkin aku mengatakan yang sesungguhnya pada Sehun.
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Sehun
lagi karena sedari tadi aku hanya diam. Aku yang bingung harus menjawab apa
akhirnya hanya menjawab seadanya.
“A-aku, aku tidak tahu,” jawabku lemas.
Aku benar-benar bingung bagaimana aku harus mengatakan alasanku menciumnya
kalau ini menyangkut harga diri. Ya, harga diri.
“Kau pasti punya alasan untuk
melakukannya,” katanya yang terdengar tidak puas dengan jawabanku sebelumnya.
“Apa kau perlu tahu alasannya?” tanyaku
pelan yang masih tidak mau melihat wajahnya.
“Perlu! Karena itu ciuman pertamaku,” kata
Sehun yang membuatku terkejut dengan ucapannya barusan. Sehun juga terkejut
dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
“Mian,” kata Sehun singkat.
“Kalau boleh jujur, itu juga ciuman
pertamaku,” kataku kemudian. Sehun terlihat terkejut. Dan langsung menatapku.
“Kau be-belum pernah melaku-“ sebelum
ucapannya selesai aku langsung memukul lengannya. “Yak! Kau pikir aku wanita
seperti apa, ha?” tanyaku yang sedikit tersinggung dengan penilaiannya
terhadapku.
“Mianhae, tapi aku masih penasaran. Apa
alasanmu melakukannya, hm?” tanya Sehun dengan nada menggoda. “Pertama kali.
Dan itu denganku. Apa...”
“Berhenti bertanya tentang kejadian
kemarin malam. Aku sudah tidak berminat untuk membicarakannya,” kataku dengan
muka semerah tomat. Sungguh aku malu sekali saat ini. Setelah itu aku berdiri
dan berjalan keluar taman untuk kembali ke kelas.
Sehun
POV
Aku hanya bisa memandang punggung
Tiffany yang semakin jauh dari pandanganku sambil tersenyum. Lalu aku mengingat
kembali kejadian kemarin malam. Ternyata itu ciuman pertama kami berdua. Aku
sama sekali tidak menyesal, entah mengapa. Padahal kami hanya pura-pura
pacaran, tetapi aku sama sekali tidak keberatan akan hal ini. Apalagi saat
mengetahui bahwa itu juga ciuman pertamanya. Rasanya...
“Ck, aku akan menemuinya lagi nanti,”
kataku yang tak henti-hentinya tersenyum. Lalu aku kembali ke kelas.
Author
POV
Saat Sehun berjalan menuju kelasnya, ia
bertemu dengan teman satu angkatannya yang sama terkenalnya dengan dia.
“Hai, Seulgi!” sapa Sehun.
“Eoh, Sehun-ssi. Annyeong!” sapa Seulgi lalu
menghampiri Sehun.
“Ck, kau ini. Jangan seformal itu
denganku. Kau tidak masuk kelas?” tanya Sehun sambil melihat sekitar yang mulai
sepi karena bel masuk sudah berbunyi.
“Aku ingin ke toilet sebentar. Tadi
kulihat di kelasmu sudah ada Kwon songsaenim,” kata Seulgi. Seketika Sehun
menjadi panik.
“Gawat. Guru killer itu semangat sekali
memasuki kelasku. Seulgi, aku masuk kelas dulu, ne,” kata Sehun dengan wajah
gelisah karena ia telat masuk kelas disaat guru paling galak di Seoul Senior
High School itu mengajar. Seulgi hanya cekikikan melihat wajah cool Oh Sehun
menjadi panik seperti itu.
***
Pelajaran terakhir di Seoul Senior High
School telah usai. Para murid memasukkan kembali alat tulisnya ke dalam tas dan
bersiap-siap untuk pulang setelah songsaenim mengucapkan salam dan berlalu dari
kelas.
Sehun yang sedari tadi tidak sabar
menunggu waktu pulang langsung melesat keluar sampai tidak mendengar
sahabatnya, Tao meneriakinya karena buku Sehun yang belum ia kembalikan.
“Hah, dasar,” desah Tao yang malas
mengejar Sehun karena saat ia keluar kelas, Sehun sudah tak terlihat lagi di
sepanjang koridor. Nanti malam saja ia mengembalikannya. Apalagi besok minggu.
Bisa menginap sekalian di rumah Sehun, pikir Tao.
Tao lalu mengambil tasnya dan keluar
sendirian karena teman-temannya yang lain juga sudah pulang. Saat ia berjalan
di tengah-tengah koridor yang cukup ramai, ia berpapasan dengan Seulgi. Sejujurnya,
Tao menyukai Seulgi sejak mereka baru masuk di sekolah ini. Bisa dibilang
Seulgi itu ‘love at the first sight’-nya Tao. Karena memang Tao jatuh hati pada
Seulgi pada saat ia pertama kali bertemu Seulgi di lapangan basket sekolah.
Saat itu hari pertama mereka masuk ke Seoul Senior High School setelah mereka
diterima.
Tao tersenyum saat Seulgi berjalan ke
arahnya. Seulgi seperti bidadari bagi Tao. Cantik dan terlihat bersinar.
“Annyeong. Kau temannya Sehun, kan?
Tao-ssi?” sapa Seulgi yang membuat Tao senang setengah mati. Tapi ia pura-pura
tidak tertarik dengan percakapan ini.
“Oh, ne. Kau Seulgi, kan?” tanya Tao
balik. Seulgi mengangguk sambil tersenyum manis. Sekarang ini Tao merasa waktu
seakan berhenti tiba-tiba.
“Apa Sehun sudah pulang?” tanya Seulgi.
Tao yang tadinya bahagia seketika langsung muram karena pertanyaan Seulgi
barusan. Lagi-lagi Oh Sehun. Memang sih dibanding ia, Seulgi lebih mengenal
Sehun.
“Iya, di-dia sudah pulang. Mm,
Seulgi-ssi..”
“Jangan seformal itu padaku, Tao.
Panggil saja Seulgi. Teman Sehun berarti temanku juga. Kita berteman, kan?” kata
Seulgi. Tao langsung mengangguk sebagai jawabannya.
“Mian, kau tadi mau bicara apa?” tanya
Seulgi lagi.
“Itu,” tunjuk Tao. “Kenapa kau sampai
berkeringat seperti itu?” tanya Tao polos.
Seulgi memperhatikan dirinya sendiri
lalu tersenyum kembali, “ Oh, tadi aku dari gudang yang ada di belakang sekolah
untuk mengembalikan properti dramaku tadi.”
“Oh, begitu. Baiklah, sebaiknya kau
pulang segera. Aku pulang dulu, ne,” kata Tao lalu berlalu pergi. Seulgi segera
masuk ke kelasnya untuk mengambil tas dan pulang.
***
Sementara
itu, Sehun sedang menunggu kelas Tiffany usai. Ia bersandar di sebelah pintu
kelas Tiffany sambil melihat para sunbae yang aneh melihat dirinya berada
disitu. Tetapi Sehun tidak mempedulikannya, malah menyapa sunbae dengan
senyuman mautnya. Para sunbae yeoja pun langsung luluh oleh senyuman Oh Sehun
yang terkenal itu.
Setelah
sepuluh menit menunggu akhirnya songsaenim yang mengajar kelas Tiffany keluar
juga. Saat keluar, songsaenim itu heran melihat Sehun yang berdiri sambil
tersenyum melihat dirinya.
“Kenapa kau berdiri disitu, haksaeng?”
tanya songsaenim berkacamata tebal itu.
“Hanya menunggu seseorang, songsaenim,”
jawab Sehun sopan. Songsaenim itu pun berlalu dari hadapan Sehun dan berjalan
menuju kantor guru.
Sehun menengok ke dalam ruang kelas
Tiffany. Ia melihat Key dan Sunny yang sedang beradu mulut saat akan keluar
kelas. Key yang menyadari ada Sehun disana langsung menghentikan perdebatan
tidak pentingnya dengan Sunny dan menghampiri Sehun.
“Key sunbae, dimana Tiffany?” tanya
Sehun heran. Biasanya Tiffany akan selalu bersama kedua sahabatnya ini. Tapi
sekarang kemana dia?
“Kami juga tidak tahu, Sehunnie. Setelah
jam istirahat selesai Tiffany tidak kembali ke kelasnya. Aku sangat khawatir
dengan keadaannya sekarang,” kata Key dengan raut wajah yang berubah sedih.
“Dan ini, tasnya masih disini,” kata
Sunny sambil membawa tas Tiffany. Sehun sekarang mengkhawatirkan Tiffany karena
feelingnya buruk tentang Tiffany. Ia harus segera mencari Tiffany. Pasti
Tiffany masih di sekolah.
“Sunbae, aku akan mencari Tiffany dahulu.
Annyeong!” kata Sehun lalu berlari cepat meninggalkan Key dan Sunny.
“Sebaiknya kita juga mencari Tiffany,”
kata Sunny. Key mengangguk menyetujui dan mereka berdua pun mulai mencari
Tiffany.
***
Sehun berlari menyusuri lorong menuju ke
ruang kesehatan karena mungkin saja Tiffany sakit dan istirahat di sana. Sampai
di depan ruang kesehatan pintunya terkunci. Jelas saja, ini kan sudah waktunya
pulang. Pasti semua ruangan sudah dikunci. Ia mencoba ke toilet. Siapa tahu
Tiffany ada di sana. Tapi nyatanya, nihil. Tiffany tidak ada di sana.
Sehun kembali dengan berjalan pelan. Di
hatinya masih terselip perasaan khawatir tentang keberadaan Tiffany sekarang.
Apalagi saat ia mencoba menghubungi Tiffany, yeoja itu tidak menjawab
teleponnya.
“Kemana kau, Tiffany?” kata Sehun lirih.
Sampai di depan kantor guru ia bertemu
kembali dengan Key dan Sunny. Mereka brdua terlihat terengah-engah.
“Sunbae? Kalian belum pulang?” tanya
Sehun setelah sadar akan kedatangan Key dan Sunny.
“Ya, kami juga ingin mencari Tiffany.
Kami khawatir padanya,” kata Sunny sambil mengatur nafasnya.
“Kami sudah mencari di kantin tapi ia
tidak ada. Kukira tadi ia membolos,” jelas Key.
“Semua ruangan juga sudah dikunci. Aku
tidak tahu harus mencari di mana lagi,” kata Sehun lemas.
“Bagaimana kalau kita pulang dulu. Aku
akan mampir ke rumah Tiffany. Mungkin ia sudah di rumahnya,” kata Sunny
memberikan usul. Key dan Sehun mengangguk setuju. Mereka keluar dari gedung
sekolah dan saling mengucapkan selamat tinggal.
***
Sehun
POV
Sampai di rumah aku naik ke lantai atas
dan masuk ke dalam kamarku. Aku mengecek ponselku. Ada sebuah pesan dari Tao.
Katanya ia akan ke rumahku nanti jam tujuh malam dan sekalian menginap di
rumahku. Sudah biasa Tao menginap di rumahku karena ia kurang betah tinggal di
rumah bibinya. Ya, karena keluarga kandung Tao ada di China semua sementara ia
di Korea karena ia sering bertengkar dengan kakak laki-lakinya. Jadi Tao lebih
memilih untuk tinggal dengan bibinya yang ada di Korea.
Kulihat jam dinding di kamarku. Ternyata
sudah pukul enam sore. Lebih baik aku segera mandi.
Lima belas menit kuhabiskan untuk
membersihkan diriku dari peluh yang menempel. Setelah kurasa cukup, baru aku
keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Baru saja aku menghadap
cermin, eomma memanggilku, “Sehun-ah, ini Tao sudah datang. Sehun-ah!”
“Iya, eomma! Tao suruh langsung ke
kamarku saja,” kataku yang masih menyisir rambutku sambil memandang cermin.
Beberapa detik kemudian terdengar pintu
terbuka. Dan seketika muncullah sosok Tao menyembulkan kepalanya dari luar. “
Annyeong!”
“Hei, masuklah. Aku baru selesai mandi,”
kataku sambil berjalan menuju ranjang.
“Dari mana saja kau baru mandi? Habis
kencan dengan Tiffany, hm?” tanya Tao dengan nada menggoda.
“Hah, aku malah sedang bingung dengan
keberadaan Tiffany sekarang,” kataku lemas.
“Ha? Apa maksudmu? Tiffany hilang
begitu?” tanya Tao panik. Aku langsung memukul lengannya.
“Kau ini! Jangan bilang begitu,” kataku
tidak suka. Tiba-tiba ada satu pesan muncul dari layar ponselku. Kulihat,
ternyata dari Key sunbae. Saat aku membacanya seketika aku menjadi panik.
“Tao,
sebaiknya kita segera ke sekolah sekarang,” kataku cepat. Tao yang
bingung terus bertanya ada apa, tapi tak kuhiraukan dan langsung menuju mobilku
disusul Tao dari belakang.
Di mobil aku menjelaskan apa yang
terjadi tadi pada Tao. Termasuk pesan dari Key sunbae yang mengatakan bahwa
Tiffany belum pulang dan sekarang eommanya bingung mencari anak semata
wayangnya itu.
Author
POV
Sampai di halaman Seoul Senior High
School, Sehun memarkirkan mobilnya sembarang dan berlari menghampiri Key dan Sunny
yang sudah sampai duluan.
“Bagaimana sekarang?” tanya Sunny dengan
wajah khawatirnya. Ia takut sahabatnya diculik atau bahkan lebih buruk.
“Aku menduga bahwa ini perilaku fansmu,
Sehun-ah. Ia mengurung Tiffany di salah satu ruang tersembunyi di sekolah ini,”
tebak Tao. Semua langsung menatap Tao. Tao yang ditatap seperti itu jadi salah
tingkah.
“Ada benarnya juga tebakan kau,
Tao-ssi,” kata Key. Tapi apa benar ada fansnya Sehun yang notabenenya juga murid
sekolah ini sampai tega melakukan hal semacam ini. Jika benar ini sungguh
keterlaluan.
“Apa tidak ada tempat yang jarang
dikunjungi oleh petugas keamanan sekolah? Karena jika di ruang-ruang yang biasa
di kunjungi para siswa pasti sudah dicek oleh petugas keamanan sebelum
menguncinya,” kata Sehun. Semua yang ada disitu sedang mengingat-ingat tempat
mana yang sesuai dengan yang Sehun sebutkan barusan.
“Mm, gudang belakang sekolah?” sahut Tao
menebak-nebak. Sehun tersenyum dan langsung merangkul bahu Tao.
“Kau memang cerdas,” kata Sehun.
Mereka berempat berjalan melewati
samping gedung sekolah yang gelap dan sepi. Sunny yang sedari tadi berjalan
dibelakang Key kini semakin menempel pada sahabatnya itu karena ketakutan.
“Nah, sekarang sudah sampai,” kata Sehun.
“Aku tidak yakin kalau Tiffany berada di
tempat menyeramkan seperti ini,” komentar Sunny.
“Tidak terdengar apapun. Biasanya jika
di dalam ada orang pasti terdengar suara-suara,” kata Key ragu.
“Coba saja kita cek ke dalam dulu,” kata
Sehun. entah mengapa feeling Sehun kuat kali ini. Ia meminta kunci kepada Sunny
karena sebelum kesini Sunny sudah meminjam semua kunci ruang yang ada di
sekolah ini kepada petugas keamanan yang berjaga.
Klek
Akhirnya pintu gudang pun terbuka. Di
dalam sangat gelap dan pengap. Sunny yang tidak punya nyali besar pun lebih
memilih di luar di temani Key. Sementara Sehun dan Tao mengecek ke dalam.
Dengan bekal cahaya ponsel mereka
memasuki gudang yang cukup besar itu. Mereka mengamati keadaan sekitar yang
penuh dengan properti drama dan beberapa tumpukan kardus yang entah apa isinya.
Saat mereka sedang serius mengamati
tumpukan benda-benda tersebut, Sehun tersandung sesuatu yang membuat ia jatuh
tersungkur ke depan. Tao terkejut melihat temannya yang tiba-tiba jatuh. Tapi
perhatian Tao beralih pada sepasang kaki yang ada di dekat Sehun. Tao memekik
kaget.
“Se-sehun-ah, i-itu,” Tao tidak mampu
melanjutkan perkataannya. Sehun yang masih meringis kesakitan mengalihkan
pandangannya ke sebelah kiri tempat ia sekarang berada. Dan betapa terkejutnya
ia melihat sosok perempuan yang sejak tadi siang membuatnya khawatir setengah
mati tergeletak di atas tumpukan matras sambil memejamkan mata.
Sehun segera bangkit dari posisinya lalu
memeriksa keadaan Tiffany sekarang. Badan Tiffany panas dan berkeringat dingin.
Wajahnya pun terlihat pucat. Siapa yang tega berbuat seperti ini pada Tiffany?
Tanpa pikir panjang, Sehun menggendong
Tiffany ala bridal style lalu keluar dari gudang gelap itu diikuti Tao yang
masih terlihat syok melihat kejadian ini.
Key dan Sunny langsung berteriak saat
melihat Sehun yang keluar sambil menggendong sahabat mereka tercinta. Sunny
sampai menangis melihat keadaan Tiffany yang sangat memprihatinkan.
“Ya, Fany-ah. Ireona. Kenapa kau seperti
ini?” kata Sunny sambil terisak.
Sementara Key terlihat memendam
amarahnya. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang membuat sahabatnya jadi
seperti ini.
“Sebaiknya sekarang kita bawa Tiffany ke
rumah sakit,” kata Sehun cepat. Yang lain mengangguk setuju. Mereka langsung
masuk ke mobil Sehun, kecuali Key yang tadi memang membawa mobil sendiri.
~ TBC ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^