Jumat, 12 Desember 2014

Try To Deny Chapter 3



Try to deny










Chapter 3

Author :
Jelly 

Main cast :
Tiffany Hwang
Oh Sehun

Other cast :
Irene, Seulgi, Tao, Key, Sunny

Genre :
Romance, friendship, school life

Rating :
PG-13

Length :
Chaptered

Disclaimer :
Annyeong readers~ Ini dia lanjutannya. Maaf menunggu lama, karena tugas sekolah author banyak banget sampai nggak sempet megang laptop. Semoga kalian suka sama lanjutan ceritanya. Makasih udah mau baca FF author dan jangan lupa read coment like. OK? J

Don’t copas!

~`Happy reading`~

***

‘’


-Previous-
“Panggil saja aku seperti dulu. Hun-ah. Aku suka kau panggil dengan nama itu,” kataku yang membuatnya terkejut. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti ini.
“Ah, haha. Bercandamu tidak lucu, Sehun. Bagaimana jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” ucapannya terpotong dengan suara orang lain dari ujung pintu.
“Apa yang tidak aku ketahui Irene? Hmm?” tanya Tiffany –orang di ujung pintu itu sambil memandangku lurus.


Chapter 3~

Tiffany POV
Akhirnya sampai juga aku di depan gedung sekolah. Perlahan aku berjalan menuju ruang pertemuan. Sedikit menakutkan ketika harus berjalan sendiri melewati koridor utama gedung sekolah ini. Dari kejauhan tampak cahaya lampu dari dalam ruang pertemuan yang tinggal beberapa langkah di depanku. Samar-samar terdengar suara laki-laki dan perempuan.
“Bukannya hanya Irene yang bertugas mendekor ruangan?”pikirku. Tapi aku langsung tersenyum. Lupa akan satu fakta. Irene itu perempuan dan mana mungkin ia berani mendekor ruangan ini sendiri tanpa ada yang menemaninya.
“Pasti ia mengajak namjachingunya,” kataku lirih. Perlahan aku mengintip sedikit keadaan di dalam sebelum memasukinya. Aku terkejut.
“Oh.. Sehun?” kataku lirih. “Untuk apa ia ada di sini? Kenapa mereka terlihat begitu akrab?” Entah mengapa ada rasa yang aneh saat aku melihat Sehun dan Irene hanya berduaan di tempat seperti ini. Rasanya seperti aku ingin menarik Sehun keluar supaya jauh-jauh dari Irene.
Kupertajam pendengaranku untuk mendengar lebih jelas apa yang mereka bicarakan.
“Aku suka kau panggil dengan nama itu” kata Sehun.
“Ah, haha. Bercandamu tidak lucu, Sehun. Bagaimana jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” Aku bingung mendengar Irene berkata begitu. Apa yang mereka sembunyikan dariku.
Aku langsung melangkah masuk dan menatap ke arah Sehun yang belum menyadari keberadaanku.
“Apa yang tidak aku ketahui Irene? Hmm?” Aku bertanya pada Irene tapi pandanganku masih tetap lurus pada Sehun.
Sehun dan Irene nampak terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba.
“Tif..Tiffany? katanya kau sakit?” kata Sehun yang terlihat gugup.
“Aku memang sakit. Bahkan sekarang aku mulai pusing lagi saat melihat kalian disini dan sepertinya hanya kalian berdua  yang ada di sini,” kataku datar. Aku juga bingung kenapa aku mengatakan kata-kata yang harusnya tidak kuucapkan.
“Sunbae, i-itu tidak seperti yang Tiffany sunbae bayangkan. Tadi Sehun kemari karena disuruh oleh Jo songsaenim,” kata Irene. Tidak ada kebohongan dari matanya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan membantu kalian. Kelihatannya masih banyak yang belum beres,” kataku yang langsung mengambil rangkaian bunga yang disandarkan di dinding.

Author POV
 Beberapa detik kemudian, Sehun menghampiri Tiffany yang sibuk sendiri dengan rangkaian bunga itu. Tiffany bingung menaruh rangkaian bunga yang besar ini di mana.
“Apa kau perlu bantuan?” tanya Sehun.
Tiffany hanya melirik sekilas lalu berjalan ke depan podium untuk menaruh rangkaian bunganya disana.
“Hah, yeppeuda!” kata Tiffany senang. Irene yang dari jauh melihat Tiffany tersenyum ikut tersenyum juga.
 Sedangkan Sehun masih setia membuntuti Tiffany yang tampak tak peduli dengan dirinya. Sehun teringat jika tadi ia membawa bungkusan berisi makanan. Ia lalu mengambil bungkusan tersebut di salah satu kursi yang ada di barisan depan. Sehun lalu melangkah balik ke arah Tiffany dengan senyum di wajahnya.
“Tiffany, tadi sebelum aku ke sini aku membeli ini. Apa kau mau?” kata Sehun sambil mengangkat kantong plastik yang dibawanya.
“Tidak, terima kasih. Aku sudah kenyang,” kata Tiffany datar. Sehun yang mendengar jawaban Tiffany langsung mendesah kasar. Ia tidak suka jika ada seorang yeoja yang bersikap seperti itu.
“Kau kenapa?” tanya sehun agak keras membuat Irene yang sedang menata kursi di belakang menoleh ke Sehun dan Tiffany -lagi.
“Anhi, sudahlah. Cepat selesaikan pekerjaan ini supaya kita bisa cepat-cepat pulang,”
“Kau cemburu?” tanya Sehun dengan nada menggoda.
“Mwo? Siapa yang cemburu?” kata Tiffany menoleh sebentar ke Sehun lalu kembali mengelap kaca jendela.
Tiba-tiba Sehun membisikkan sesuatu pada Tiffany.
“Jangan terlalu cepat merasakan cinta padaku. Ingat, kita disini sebagai aktor dan aktris yang sedang memainkan perannya dengan baik,”
Deg! Entah mengapa ada perasaan sakit saat Sehun membisikkan kalimat itu pada Tiffany.
“Arraseo,” kata Tiffany singkat lalu sibuk kembali dengan jendela yang ada di hadapannya.
“Kajja, kita makan dahulu. Aku sudah membelikan ini,” ajak Sehun kemudian lalu menarik Tiffany untuk duduk dan menyuruh Irene untuk bergabung bersama mereka.
SKIP
“Terima kasih atas semua bantuannya Irene dan kau Sehun. Aku minta maaf telah mengganggu waktu luang kalian,” kata Tiffany sebelum mereka pulang setelah menyelesaikan mendekor ruang pertemuan.
“Ne, seharusnya aku bisa tidur dari tadi tapi gara-gara.. au! Kenapa kau memukulku?” teriak Sehun pada Irene yang memukulnya tiba-tiba.
“Kau ini. Dari dulu sampai sekarang tidak berubah sama sekali,” kata Irene kesal.
“Memangnya kenapa? Aku dari dulu memang seperti ini. Sudah tidak bisa diubah lagi,” balas Sehun asal.
“Ehem, kalian tampaknya sangat akrab ya,” sela Tiffany yang membuat Sehun dan Irene tersadar kalau ada Tiffany di sana.
“Begini Tiff, jadi aku dan Irene dulu per..mm” tiba-tiba Irene membekap mulut Sehun dan membisikkan sesuatu. Setelah itu Sehun hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Tiffany yang melihatnya menjadi curiga.
“Sebenarnya kalian ada apa sih? Ada yang kalian sembunyikan ya dariku?” seketika Sehun dan Irene gugup.
“Ayo kita pulang, Tiff!kau pasti lelah. Nanti kau bisa sakit lagi,” ajak Sehun untuk menghindar dari pertanyaan Tiffany.
“Hah, mau menghindar? Aku mau pulang naik bus saja,” kata Tiffany berjalan mendahului Sehun. Sehun pun berlari kecil untuk mengejar Tiffany lalu menarik Tiffany menuju gerbang sekolah. Sampai di depan gerbang sekolah Tiffany berteriak karena Sehun yang terus menariknya entah ke mana.
“Ya! Kau mau bawa aku ke mana, Sehun-ah?”
“Kau tunggu di sini, ne. Aku akan mengambil motorku di depan cafe itu,” kata Sehun lembut sambil menunjuk cafe yang ada di seberang sekolahnya.Tiffany hanya mengangguk. Ia memandangi punggung Sehun yang mulai menjauh untuk mengambil motornya. Kemudian Sehun menjemput Tiffany dan mengantarkan Tiffany pulang.

***

Tiffany POV
Akhirnya aku dan Sehun sampai di depan rumahku. Selama di perjalanan tadi tidak ada pembicaraan antara aku dan Sehun. Aku sibuk memikirkan tentang hubunganku dengan Sehun yang semakin lama semakin rumit sementara Sehun aku tak tahu apa yang ia pikirkan. Biasanya ia yang membuka pembicaraan tapi kali ini kami sama-sama asyik dengan pikiran masing-masing.
“Gomawo, telah mengantarkanku pulang. Aku ke dalam dulu,” kataku lalu berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Sehun belum beranjak dari tempatnya. Mungkin ia ingin memastikan kalau aku pulang dengan selamat.
Saat aku sudah sampai di depan pintu aku menoleh kembali ke belakang. Di sana Sehun tersenyum melihatku.
“Sehun-ah..” panggilku dengan suara lirih.
“Ne?” tanya Sehun.
Seketika aku langsung berlari menghampiri Sehun. Sampai di depan Sehun dengan nafas terengah-engah dalam hati aku ingin meyakinkan diriku tentang perasaan aneh ini.
“Se-sehun-ah,” kataku gugup.
“Wae Tiffany?” tanya Sehun sambil tersenyum lembut walau dari raut wajahnya Sehun terlihat bingung saat ini.

Cup..

1 detik
2 detik
3 detik
Sehun yang tadinya tersenyum menjadi terkejut bukan main. Aku melepas ciumanku dan terdiam. Merasakan jantungku berdetak lebih cepat. Jadi benar.
“Tiff, apa yang kau..”
“Jadi benar,” kataku menyela ucapan Sehun. Sehun makin bingung. Ia menunggu ucapanku selanjutnya.
“Sehun-ah, eotthohkae jigeum?” kataku sambil menatap matanya.

***

Malam ini aku tidak bisa tidur. Saat memejamkan mata aku selalu teringat tentang kejadian aku mencium Sehun tadi. Apa kalian berpikiran bahwa aku gila? Ya, mungkin sekarang otakku sudah bergeser sedikit sehingga aku bisa mempunyai ide untuk mencium Sehun. Tapi aku sudah memikirkannya matang-matang sebelum aku melakukannya saat perjalanan pulang tadi. Aku hanya ingin mengetes apakah perasaanku pada Sehun benar-benar cinta atau bukan. Dan ternyata..
“Aku mencintainya.”
Aku mendesah kasar. Bagaimana besok? Pasti akan sangat canggung untuk bertemu dengannya, pikirku.
Karena terlalu lelah aku pun tertidur.

At Seoul Senior High School
Author POV
Walaupun hari ini ada pertemuan orang tua kelas 3, tetapi pelajaran tetap berlangsung seperti biasa karena ruang pertemuan dan ruang kelas berbeda gedung jadi tidak akan mengganggu.
“Aku ingin pulang~” rengek Sunny yang sedang berada di kelas.
“Kepala sekolah memang tidak mengerti kemauan murid-muridnya. Kenapa tidak di liburkan saja jika memang ada pertemuan orang tua?!” seru Key yang sudah mulai bosan berada di kelas.
Saat ini kelas mereka sedang tidak ada pelajaran alias jam kosong. Dan sebagai gantinya mereka harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kim songsaenim karena Kim songsaenim sedang mengikuti acara pertemuan orang tua di ruang pertemuan.
“Sudahlah Key, kerjakan saja tugasnya. Jangan mengeluh,” kata Tiffany yang dari tadi sibuk menulis.
“Bagaimana kalau kita ke kantin?” ajak Sunny. Dari tadi Sunny merasa sangat lemas karena belum sarapan.
“Hehe, Fany-ah ayo kita ke kantin!” kata Key yang langsung menarik Tiffany menuju kantin. Tiffany terkejut karena kelakuan Key yang tiba-tiba.
“Apa yang kalian lakukan? Aku tidak mau ke kantin,” kata Tiffany yang membuat Key dan Sunny berhenti bersamaan.
“Tidak biasanya kau menolak untuk ke kantin,” kata Key dengan rasa curiga.
“W-wae? Aku sudah kenyang makanya aku tidak mau ke kantin,” balas Tiffany cepat.
“Aa.. kau pasti sedang bertengkar dengan Sehun, kan? Makanya kau tidak mau diajak ke kantin. Karena bisa saja kau bertemu dengannya di sana,” tebak Sunny yang seratus persen memang benar. Lama-lama Sunny bisa jadi ahli pembaca pikiran orang karena akhir-akhir ini tebakannya selalu benar.
“Benarkah? Ah, kau ini. Seperti anak kecil saja jika sedang bertengkar malah menghindar. Ayo, ikut aku!” kata Key yang menarik Tiffany -lagi. Sunny mengikuti mereka dari belakang sambil tertawa. Rasa laparnya tiba-tiba saja hilang karena terlalu antusias dengan apa yang akan terjadi pada Tiffany selanjutnya.
“Kau mau bawa aku ke mana, Key?” tanya Tiffany yang terlihat kesal dengan sikap semaunya Key.
“Ke kelas Sehun,” jawab Key singkat. Tiffany yang mendengarnya terkejut dan berhenti tiba-tiba.
“Kau gila?! Aku tidak mau ke kelas Sehun!” teriak Tiffany.
“Tapi kita sekarang sudah ada di depan kelasnya Sehun, Fany-ah,” kata Sunny dengan tersenyum jah.
“Ayo, sekarang kita temui Sehun,” Key mulai menarik Tiffany kembali tetapi mendadak berhenti karena tiba-tiba muncul Sehun dari dalam.
“Eoh, sunbae? Kenapa disini?” tanya Sehun dengan raut wajah heran.
“Igeo,” Key mendorong Tiffany ke depan Sehun. “Jika ada masalah selesaikan segera. Jangan malah menghindarinya.”
“Oke, selesaikan masalah kalian. Kami ke kantin dulu..” kata Sunny. Kemudian Key dan Sunny pergi ke kantin dan tinggalah Sehun dan Tiffany yang sedari tadi menundukkan wajahnya. Terlalu malu untuk melihat wajah Sehun saat ini. Beberapa detik mereka hanya berdiam.
“Kajja, kita ke taman,” kata Sehun lalu menggenggam jemari kecil Tiffany. Tanpa diketahui Sehun, wajah Tiffany sudah seperti kepiting rebus. Merah merona.

Tiffany POV
Saat ini aku dan Sehun sedang berada di taman sekolah. Kami duduk berdua di tengah-tengah taman. Tempat yang sama seperti saat aku dan Sehun datang pagi-pagi sekali dan merenungi nasib masing-masing. Aku tersenyum mengingat waktu itu kami berdua ketahuan oleh hoobae kami. Rasanya seperti aku dan Sehun sedang tertangkap basah mencuri barang berharga yang tersimpan di dalam taman ini. Sudah, lupakan.
Aku dan Sehun masih betah dengan kesunyian ini. Tak ada satupun dari kami berdua yang memulai pembicaraan. Sampai akhirnya pertanyaan yang membuatku mati kutu itupun datang.
“Kenapa kau langsung masuk ke rumah tadi malam?” tanya Sehun. Kemarin setelah aku melakukan ‘hal terbodoh dalam hidupku’, aku langsung lari masuk ke rumah karena tak tahan menahan malu.
Aku tidak menjawab. Aku bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin aku mengatakan yang sesungguhnya pada Sehun.
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Sehun lagi karena sedari tadi aku hanya diam. Aku yang bingung harus menjawab apa akhirnya hanya menjawab seadanya.
“A-aku, aku tidak tahu,” jawabku lemas. Aku benar-benar bingung bagaimana aku harus mengatakan alasanku menciumnya kalau ini menyangkut harga diri. Ya, harga diri.
“Kau pasti punya alasan untuk melakukannya,” katanya yang terdengar tidak puas dengan jawabanku sebelumnya.
“Apa kau perlu tahu alasannya?” tanyaku pelan yang masih tidak mau melihat wajahnya.
“Perlu! Karena itu ciuman pertamaku,” kata Sehun yang membuatku terkejut dengan ucapannya barusan. Sehun juga terkejut dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
“Mian,” kata Sehun singkat.
“Kalau boleh jujur, itu juga ciuman pertamaku,” kataku kemudian. Sehun terlihat terkejut. Dan langsung menatapku.
“Kau be-belum pernah melaku-“ sebelum ucapannya selesai aku langsung memukul lengannya. “Yak! Kau pikir aku wanita seperti apa, ha?” tanyaku yang sedikit tersinggung dengan penilaiannya terhadapku.
“Mianhae, tapi aku masih penasaran. Apa alasanmu melakukannya, hm?” tanya Sehun dengan nada menggoda. “Pertama kali. Dan itu denganku. Apa...”
“Berhenti bertanya tentang kejadian kemarin malam. Aku sudah tidak berminat untuk membicarakannya,” kataku dengan muka semerah tomat. Sungguh aku malu sekali saat ini. Setelah itu aku berdiri dan berjalan keluar taman untuk kembali ke kelas.

Sehun POV
Aku hanya bisa memandang punggung Tiffany yang semakin jauh dari pandanganku sambil tersenyum. Lalu aku mengingat kembali kejadian kemarin malam. Ternyata itu ciuman pertama kami berdua. Aku sama sekali tidak menyesal, entah mengapa. Padahal kami hanya pura-pura pacaran, tetapi aku sama sekali tidak keberatan akan hal ini. Apalagi saat mengetahui bahwa itu juga ciuman pertamanya. Rasanya...
“Ck, aku akan menemuinya lagi nanti,” kataku yang tak henti-hentinya tersenyum. Lalu aku kembali ke kelas.

Author POV
Saat Sehun berjalan menuju kelasnya, ia bertemu dengan teman satu angkatannya yang sama terkenalnya dengan dia.
“Hai, Seulgi!” sapa Sehun.
“Eoh, Sehun-ssi. Annyeong!” sapa Seulgi lalu menghampiri Sehun.
“Ck, kau ini. Jangan seformal itu denganku. Kau tidak masuk kelas?” tanya Sehun sambil melihat sekitar yang mulai sepi karena bel masuk sudah berbunyi.
“Aku ingin ke toilet sebentar. Tadi kulihat di kelasmu sudah ada Kwon songsaenim,” kata Seulgi. Seketika Sehun menjadi panik.
“Gawat. Guru killer itu semangat sekali memasuki kelasku. Seulgi, aku masuk kelas dulu, ne,” kata Sehun dengan wajah gelisah karena ia telat masuk kelas disaat guru paling galak di Seoul Senior High School itu mengajar. Seulgi hanya cekikikan melihat wajah cool Oh Sehun menjadi panik seperti itu.

***

Pelajaran terakhir di Seoul Senior High School telah usai. Para murid memasukkan kembali alat tulisnya ke dalam tas dan bersiap-siap untuk pulang setelah songsaenim mengucapkan salam dan berlalu dari kelas.
Sehun yang sedari tadi tidak sabar menunggu waktu pulang langsung melesat keluar sampai tidak mendengar sahabatnya, Tao meneriakinya karena buku Sehun yang belum ia kembalikan.
“Hah, dasar,” desah Tao yang malas mengejar Sehun karena saat ia keluar kelas, Sehun sudah tak terlihat lagi di sepanjang koridor. Nanti malam saja ia mengembalikannya. Apalagi besok minggu. Bisa menginap sekalian di rumah Sehun, pikir Tao.
Tao lalu mengambil tasnya dan keluar sendirian karena teman-temannya yang lain juga sudah pulang. Saat ia berjalan di tengah-tengah koridor yang cukup ramai, ia berpapasan dengan Seulgi. Sejujurnya, Tao menyukai Seulgi sejak mereka baru masuk di sekolah ini. Bisa dibilang Seulgi itu ‘love at the first sight’-nya Tao. Karena memang Tao jatuh hati pada Seulgi pada saat ia pertama kali bertemu Seulgi di lapangan basket sekolah. Saat itu hari pertama mereka masuk ke Seoul Senior High School setelah mereka diterima.
Tao tersenyum saat Seulgi berjalan ke arahnya. Seulgi seperti bidadari bagi Tao. Cantik dan terlihat bersinar.
“Annyeong. Kau temannya Sehun, kan? Tao-ssi?” sapa Seulgi yang membuat Tao senang setengah mati. Tapi ia pura-pura tidak tertarik dengan percakapan ini.
“Oh, ne. Kau Seulgi, kan?” tanya Tao balik. Seulgi mengangguk sambil tersenyum manis. Sekarang ini Tao merasa waktu seakan berhenti tiba-tiba.
“Apa Sehun sudah pulang?” tanya Seulgi. Tao yang tadinya bahagia seketika langsung muram karena pertanyaan Seulgi barusan. Lagi-lagi Oh Sehun. Memang sih dibanding ia, Seulgi lebih mengenal Sehun.
“Iya, di-dia sudah pulang. Mm, Seulgi-ssi..”
“Jangan seformal itu padaku, Tao. Panggil saja Seulgi. Teman Sehun berarti temanku juga. Kita berteman, kan?” kata Seulgi. Tao langsung mengangguk sebagai jawabannya.
“Mian, kau tadi mau bicara apa?” tanya Seulgi lagi.
“Itu,” tunjuk Tao. “Kenapa kau sampai berkeringat seperti itu?” tanya Tao polos.
Seulgi memperhatikan dirinya sendiri lalu tersenyum kembali, “ Oh, tadi aku dari gudang yang ada di belakang sekolah untuk mengembalikan properti dramaku tadi.”
“Oh, begitu. Baiklah, sebaiknya kau pulang segera. Aku pulang dulu, ne,” kata Tao lalu berlalu pergi. Seulgi segera masuk ke kelasnya untuk mengambil tas dan pulang.

***

 Sementara itu, Sehun sedang menunggu kelas Tiffany usai. Ia bersandar di sebelah pintu kelas Tiffany sambil melihat para sunbae yang aneh melihat dirinya berada disitu. Tetapi Sehun tidak mempedulikannya, malah menyapa sunbae dengan senyuman mautnya. Para sunbae yeoja pun langsung luluh oleh senyuman Oh Sehun yang terkenal itu.
 Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya songsaenim yang mengajar kelas Tiffany keluar juga. Saat keluar, songsaenim itu heran melihat Sehun yang berdiri sambil tersenyum melihat dirinya.
“Kenapa kau berdiri disitu, haksaeng?” tanya songsaenim berkacamata tebal itu.
“Hanya menunggu seseorang, songsaenim,” jawab Sehun sopan. Songsaenim itu pun berlalu dari hadapan Sehun dan berjalan menuju kantor guru.
Sehun menengok ke dalam ruang kelas Tiffany. Ia melihat Key dan Sunny yang sedang beradu mulut saat akan keluar kelas. Key yang menyadari ada Sehun disana langsung menghentikan perdebatan tidak pentingnya dengan Sunny dan menghampiri Sehun.
“Key sunbae, dimana Tiffany?” tanya Sehun heran. Biasanya Tiffany akan selalu bersama kedua sahabatnya ini. Tapi sekarang kemana dia?
“Kami juga tidak tahu, Sehunnie. Setelah jam istirahat selesai Tiffany tidak kembali ke kelasnya. Aku sangat khawatir dengan keadaannya sekarang,” kata Key dengan raut wajah yang berubah sedih.
“Dan ini, tasnya masih disini,” kata Sunny sambil membawa tas Tiffany. Sehun sekarang mengkhawatirkan Tiffany karena feelingnya buruk tentang Tiffany. Ia harus segera mencari Tiffany. Pasti Tiffany masih di sekolah.
“Sunbae, aku akan mencari Tiffany dahulu. Annyeong!” kata Sehun lalu berlari cepat meninggalkan Key dan Sunny.
“Sebaiknya kita juga mencari Tiffany,” kata Sunny. Key mengangguk menyetujui dan mereka berdua pun mulai mencari Tiffany.

***

Sehun berlari menyusuri lorong menuju ke ruang kesehatan karena mungkin saja Tiffany sakit dan istirahat di sana. Sampai di depan ruang kesehatan pintunya terkunci. Jelas saja, ini kan sudah waktunya pulang. Pasti semua ruangan sudah dikunci. Ia mencoba ke toilet. Siapa tahu Tiffany ada di sana. Tapi nyatanya, nihil. Tiffany tidak ada di sana.
Sehun kembali dengan berjalan pelan. Di hatinya masih terselip perasaan khawatir tentang keberadaan Tiffany sekarang. Apalagi saat ia mencoba menghubungi Tiffany, yeoja itu tidak menjawab teleponnya.
“Kemana kau, Tiffany?” kata Sehun lirih.
Sampai di depan kantor guru ia bertemu kembali dengan Key dan Sunny. Mereka brdua terlihat terengah-engah.
“Sunbae? Kalian belum pulang?” tanya Sehun setelah sadar akan kedatangan Key dan Sunny.
“Ya, kami juga ingin mencari Tiffany. Kami khawatir padanya,” kata Sunny sambil mengatur nafasnya.
“Kami sudah mencari di kantin tapi ia tidak ada. Kukira tadi ia membolos,” jelas Key.
“Semua ruangan juga sudah dikunci. Aku tidak tahu harus mencari di mana lagi,” kata Sehun lemas.
“Bagaimana kalau kita pulang dulu. Aku akan mampir ke rumah Tiffany. Mungkin ia sudah di rumahnya,” kata Sunny memberikan usul. Key dan Sehun mengangguk setuju. Mereka keluar dari gedung sekolah dan saling mengucapkan selamat tinggal.

***

Sehun POV
Sampai di rumah aku naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarku. Aku mengecek ponselku. Ada sebuah pesan dari Tao. Katanya ia akan ke rumahku nanti jam tujuh malam dan sekalian menginap di rumahku. Sudah biasa Tao menginap di rumahku karena ia kurang betah tinggal di rumah bibinya. Ya, karena keluarga kandung Tao ada di China semua sementara ia di Korea karena ia sering bertengkar dengan kakak laki-lakinya. Jadi Tao lebih memilih untuk tinggal dengan bibinya yang ada di Korea.
Kulihat jam dinding di kamarku. Ternyata sudah pukul enam sore. Lebih baik aku segera mandi.
Lima belas menit kuhabiskan untuk membersihkan diriku dari peluh yang menempel. Setelah kurasa cukup, baru aku keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Baru saja aku menghadap cermin, eomma memanggilku, “Sehun-ah, ini Tao sudah datang. Sehun-ah!”
“Iya, eomma! Tao suruh langsung ke kamarku saja,” kataku yang masih menyisir rambutku sambil memandang cermin.
Beberapa detik kemudian terdengar pintu terbuka. Dan seketika muncullah sosok Tao menyembulkan kepalanya dari luar. “ Annyeong!”
“Hei, masuklah. Aku baru selesai mandi,” kataku sambil berjalan menuju ranjang.
“Dari mana saja kau baru mandi? Habis kencan dengan Tiffany, hm?” tanya Tao dengan nada menggoda.
“Hah, aku malah sedang bingung dengan keberadaan Tiffany sekarang,” kataku lemas.
“Ha? Apa maksudmu? Tiffany hilang begitu?” tanya Tao panik. Aku langsung memukul lengannya.
“Kau ini! Jangan bilang begitu,” kataku tidak suka. Tiba-tiba ada satu pesan muncul dari layar ponselku. Kulihat, ternyata dari Key sunbae. Saat aku membacanya seketika aku menjadi panik.
“Tao,  sebaiknya kita segera ke sekolah sekarang,” kataku cepat. Tao yang bingung terus bertanya ada apa, tapi tak kuhiraukan dan langsung menuju mobilku disusul Tao dari belakang.
Di mobil aku menjelaskan apa yang terjadi tadi pada Tao. Termasuk pesan dari Key sunbae yang mengatakan bahwa Tiffany belum pulang dan sekarang eommanya bingung mencari anak semata wayangnya itu.

Author POV
Sampai di halaman Seoul Senior High School, Sehun memarkirkan mobilnya sembarang dan berlari menghampiri Key dan Sunny yang sudah sampai duluan.
“Bagaimana sekarang?” tanya Sunny dengan wajah khawatirnya. Ia takut sahabatnya diculik atau bahkan lebih buruk.
“Aku menduga bahwa ini perilaku fansmu, Sehun-ah. Ia mengurung Tiffany di salah satu ruang tersembunyi di sekolah ini,” tebak Tao. Semua langsung menatap Tao. Tao yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah.
“Ada benarnya juga tebakan kau, Tao-ssi,” kata Key. Tapi apa benar ada fansnya Sehun yang notabenenya juga murid sekolah ini sampai tega melakukan hal semacam ini. Jika benar ini sungguh keterlaluan.
“Apa tidak ada tempat yang jarang dikunjungi oleh petugas keamanan sekolah? Karena jika di ruang-ruang yang biasa di kunjungi para siswa pasti sudah dicek oleh petugas keamanan sebelum menguncinya,” kata Sehun. Semua yang ada disitu sedang mengingat-ingat tempat mana yang sesuai dengan yang Sehun sebutkan barusan.
“Mm, gudang belakang sekolah?” sahut Tao menebak-nebak. Sehun tersenyum dan langsung merangkul bahu Tao.
“Kau memang cerdas,” kata Sehun.
Mereka berempat berjalan melewati samping gedung sekolah yang gelap dan sepi. Sunny yang sedari tadi berjalan dibelakang Key kini semakin menempel pada sahabatnya itu karena ketakutan.
“Nah, sekarang sudah sampai,” kata Sehun.
“Aku tidak yakin kalau Tiffany berada di tempat menyeramkan seperti ini,” komentar Sunny.
“Tidak terdengar apapun. Biasanya jika di dalam ada orang pasti terdengar suara-suara,” kata Key ragu.
“Coba saja kita cek ke dalam dulu,” kata Sehun. entah mengapa feeling Sehun kuat kali ini. Ia meminta kunci kepada Sunny karena sebelum kesini Sunny sudah meminjam semua kunci ruang yang ada di sekolah ini kepada petugas keamanan yang berjaga.
Klek
Akhirnya pintu gudang pun terbuka. Di dalam sangat gelap dan pengap. Sunny yang tidak punya nyali besar pun lebih memilih di luar di temani Key. Sementara Sehun dan Tao mengecek ke dalam.
Dengan bekal cahaya ponsel mereka memasuki gudang yang cukup besar itu. Mereka mengamati keadaan sekitar yang penuh dengan properti drama dan beberapa tumpukan kardus yang entah apa isinya.
Saat mereka sedang serius mengamati tumpukan benda-benda tersebut, Sehun tersandung sesuatu yang membuat ia jatuh tersungkur ke depan. Tao terkejut melihat temannya yang tiba-tiba jatuh. Tapi perhatian Tao beralih pada sepasang kaki yang ada di dekat Sehun. Tao memekik kaget.
“Se-sehun-ah, i-itu,” Tao tidak mampu melanjutkan perkataannya. Sehun yang masih meringis kesakitan mengalihkan pandangannya ke sebelah kiri tempat ia sekarang berada. Dan betapa terkejutnya ia melihat sosok perempuan yang sejak tadi siang membuatnya khawatir setengah mati tergeletak di atas tumpukan matras sambil memejamkan mata.
Sehun segera bangkit dari posisinya lalu memeriksa keadaan Tiffany sekarang. Badan Tiffany panas dan berkeringat dingin. Wajahnya pun terlihat pucat. Siapa yang tega berbuat seperti ini pada Tiffany?
Tanpa pikir panjang, Sehun menggendong Tiffany ala bridal style lalu keluar dari gudang gelap itu diikuti Tao yang masih terlihat syok melihat kejadian ini.
Key dan Sunny langsung berteriak saat melihat Sehun yang keluar sambil menggendong sahabat mereka tercinta. Sunny sampai menangis melihat keadaan Tiffany yang sangat memprihatinkan.
“Ya, Fany-ah. Ireona. Kenapa kau seperti ini?” kata Sunny sambil terisak.
Sementara Key terlihat memendam amarahnya. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang membuat sahabatnya jadi seperti ini.
“Sebaiknya sekarang kita bawa Tiffany ke rumah sakit,” kata Sehun cepat. Yang lain mengangguk setuju. Mereka langsung masuk ke mobil Sehun, kecuali Key yang tadi memang membawa mobil sendiri.




~ TBC ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^