R
S.P.R.I.N.G
Series
[60 Second]
Author : I [YOU]
Title
: 60 SECOND | Main Cast
: Kang Minhyuk _ CNBLUE, Jung
Kristal F(x) | Genre : AU,Sad,Hurt,
and Romance | Duration : Ficlet
Summary :
Aku
mencintaimu meski enam puluh detik hidupmu mengingatku
.
Hai guys … author bawa ff baru nih kali ini aku persembahkan couple Kang Minhyuk and Jung Kristal , mian
kalau ada kesamaan tempat , cerita dll itu tanpa ada unsure kesengajaan .Oke
guys gak usah banyak cuap cuap nih
langsung aja ^-^ Happy reading …!!!
-o0o-
Seoul , South
Korea at 08:00
Kang Minhyuk POV
Bulir-bulir deras ini masih sama. Tak akan pernah berhenti
sebelum Tuhan menghendakinya. Suhu
yang dingin kini merasuk melalui pori-pori kulit putihku hingga
membuat tulangku terasa membeku. Ku rekatkan kembali mantel
hangat ini sembari menyusuri jalan yang
setengah jam lalu tak henti hentinya menguar klakson mobil para pengendara, kini hening bagai
ruang tanpa penghuni.
Revallina
Café. Tertera
jelas nama itu pada papan salah satu café sederhana di seberang jalan ini, meskipun hampir samar tertutup
deretan pertokoan lain. Ku hentikan langkahku tepat di depan café itu. Lalu ku letakkan payung
hitam yang sedari tadi bertengger di tangan kananku pada
sebuah gantungan besi yang sejajar dengan
papan menu hitam yang berada tidak jauh dengan pintu masuk café ini.
Ckerk…
Decitan
suara pintu yang terdengar samar saat pintu itu terbuka. Ku dudukkan diriku pada
bangku klasik di sudut ruangan ini. Kini angin pun berhembus
pelan melewati celah jendela coklat ini.
Hening. Sebelum
suara detakkan high heels yang menyentuh permukaan lantai itu
menelusup gendang telingaku.
“Selamat
pagi tuan. Anda
ingin memesan apa?” ucap
seorang gadis yang kini telah berdiri di sampingku sembari menyerahkan daftar
menu kepadaku. Jung
Krystal. Nama yang tertera jelas nama pada kemeja kerjanya.
Gadis
itu mengumbar senyumnya padaku menunjukan betapa ramahnya pelayan di café ini.
Dan kutemui lagi mata coklat itu. Mata yang selalu membuatku
tenang. Mata yang selalu membuatku
bahagia. Dan senyum itu. Senyum yang mampu membuat ku selalu merindukannya.
“Tuan, anda mau pesan apa?”
ucap Krystal, lagi. Yang kali
ini berhasil membuyarkan lamunannku.
Kini iris matanya mulai menelisikku dengan raut
sedikit bingung.
“
Emm… Satu gelas cappuccino
hangat.” ucapku merespon pertanyaan Krystal sembari ku ulas
senyum simpul untuknya.
“Tunggu
sebentar, saya akan mengantarkan
pesanan anda.”
ucapnya, lagi sebelum ia beranjak pergi dari hadapanku.
Ku pandangi ia, yang kini sedang meracik minuman pesananku. Tak ada yang berubah. Dia masih secantik dulu. Tapi aku tak tahu apakah
hatinya masih sama, masih milikku? Meskipun
ia tak ingat sama sekali tentang diriku.
Alzaimer,
andai saja penyakit itu tak menyerang otakmu,
aku mungkin tak sesakit ini. Kau
bahkan tak menyadari keberadaanku,
meskipun aku berada sedekat ini dengan
mu. Kau bahkan tak mampu
hanya sekedar mengingat namaku atau wajahku.
Jika
saja sang waktu kembali berputar. Berputar pada memori
tiga bulan lalu, disaat
kami saling mencintai. Disaat jemari ini saling
bertaut dan disaat aku berlutut berjanji akan selalu berada di sampingmu, menjagamu dan
membangun bahtera kecil dimana selalu ada senyum di dalamnya.
Tidak
bisakah hatimu berperan menuntunmu kepadaku meski kau tak mampu? Hingga kau tahu jika aku
adalah seseorang yang akan selalu
mencintaimu meskipun mata ini telah
terpejam, dan jantungku tak mampu lagi bekerja.
Aku
sangat mencintaimu, Jung Krystal. Jika kau ingin tahu yang
sebenarnya tentang hatiku,
meskipun hanya tiga detik saja kau tahu namaku dan didetik itu pula kau
melupakannya.
-o0o-
Lima
menit sudah aku menunggu minuman itu.
Tapi nihil.
Kau sama sekali tak
mengantarkan pesananku. Dan
telah sepuluh kali pula kau kembali dan pergi dari hadapanku hanya untuk menanyakan minuman apa yang akan
aku pesan. Separah
itukah penyakit itu menggerogoti tubuhmu chagi-ya?
Detak
high heels itu pun mulai menggema
kembali dan semakin dekat dimana
sekarang aku berada. Seorang
gadis cantik bertubuh ramping, dengan rambut panjang kecoklatan yang ia biarkan terurai menutupi
wajah tirusnya membawa sebuah nampan
yang berisi satu gelas cappuccino.
Ia lalu menaruhnya perlahan di mejaku. Tak lupa sebuah senyuman
manis tersungging di ke dua sudut
bibirnya.
“Silakan
diminum selagi hangat,
tuan.” Ucap Krystal sebelum ia
beranjak pergi dari hadapanku.
“Gomawo.”
Hanya satu frasa yang mampu ku ucap. Dan hanya satu frasa itu pula yang mampu mewakili
perasaanku. Bahkan untuk sekedar mencegahnya agar tak pergi dari hadapanku, aku
tak bisa.
Asap
itu masih mengepul di atas cangkir klasik putih ini. Ku hembuskan nafasku, menetralkan suhu di
sekitar cangkir ini,
lalu kusesap cappuccino itu perlahan.
Air
itu kini mulai tercampur dengan saliva dan hampir mencapai
tenggorokan, tapi tak ada rasa yang tercipta.
Hanya rasa asin yang melekat erat di indara
pengecapku.
Kini hatiku semakin sakit menerima kenyataan ini. Sangat sakit hingga aku tak mampu lagi merasakan ribuan
belati yang telah menusuk jantung ku saat ini. Bahkan kini kau tak mampu lagi
membedakan gula dengan garam. Mungkinkah takdir seperti ini yang harus aku
jalani?
Jung Kristal POV
Hujan
masih saja mengelurkan air matanya, hingga embun masih saja riang melukis di
atas kaca-kaca
jendela. Membuat jarak pandang sedikit
terganggu.
Ckrek….
Terdenganr
suara pintu café yang terbuka perlahan.
Membawa angin yang seakan berlomba menelusup memenuhi ruang ini. Iris mataku terkunci
pada seorang pria yang baru melangkahkan kakinya memasuki café ini. Tapi entah mengapa aku
merasa ada yang berbeda antara pria itu dengan pelanggan lain. Aku merasa aku sangat
bahagia saat melihatnya,
tapi sungguh aku tak
tahu kenapa,
tak ada memori tentangnya bahkan hanya sekedar mengingat nama lelaki itu.
Ku
langkahkan kakiku menuju meja no 24 yang berada di sudut ruang ini. Meja itu milik pria
jangkung yang baru saja mendudukkan dirinya.
Ku sodorkan
buku menu yang kini berada di tangan kananku. Tapi entah kenapa ia
sudah hafal betul menu-menu
di café kami. Apakah dia pelanggan
tetap di café kami? Entahlah.
Segera
ku langkahkan kaki bergegas menuju dapur. Tanpa kusadari tangan
ini telah meracik pesanan pria itu dengan lihai, meskipun hal ini setiap hari aku lakukan. Setelah cappucino itu telah tersaji dalam cangkir
klasik itu, aku merasa jika cappuccino ini
memiliki racikan yang berbeda.
Walaupun sebenarnya aku tak tahu apa yang membuatku merasa ada yang berbeda
dari racikan tersebut.
Segera
ku letakkan secangkir cappuccino ini dia atas nampan coklat dan
menghidangkannya.
Kulangkahkan
kakiku menuju meja itu dan tiba-tiba saja perasaan aneh
membuncah di dalam hatiku, saat
lelaki itu menatapku. Perasaan
yang dengan sekejap mampu membuatku
bahagia dan nyaman untuk menatap
matanya, walau hanya sejenak.
Dan tatapan itu seakan membawaku pada suatu
titik dimana aku pun sama sekali tak mengerti maksudnya. Tatapan yang seolah-olah mengisyaratkan
sebuah kerinduan dan tatapan itu terlihat sangat tulus.
Lalu
senyuman itu. Senyuman yang ia umbar
padaku, sebelum ku alihkan
kakiku pergi. Sepertinya
aku sangat mengenal senyuman itu, tapi entah mengapa aku
tak ingat sama sekali.
-o0o-
Hening. Suasana ini masih sama
dengan beberapa menit lalu. Tak
ada pelanggan yang menyempatkan waktunya
hanya sekedar menyesap latte di
café kami.
Kini
iris mataku masih saja terfokus pada gelas-gelas
yang telah tertata rapi setelah beberapa
menit lalu aku mengelapnya dengan sepotong kain berwarna putih berbentuk
persegi yang kini masih bertengger di
tangan kananku.
Ku
alihkan pandanganku dari tatanan
peralatan makan ini ke seluruh ruangan
ini yang masih saja sunyi bagai ruang tak berpenghuni. Bahkan hanya detakan jam
yang terdengar sangat samar berusaha mengusir kesunyian ini. Pandanganku terkunci
pada sebuah benda hitam kecil yang
tergeletak didekat cangkir yang kini telah kosong. Benda itu
menarik perhatianku, hingga ku putuskan melangkahkan kaki ini menuju
benda itu. Benda
yang berada di meja sudut ruang ini.
‘Handycame?’ batinku.
Aku bahkan tak ingat jika telah ada seorang pelanggan
di café kami. Perlahan
ku ambil handycame itu. Lalu ku tarik salah satu
kursi yang berada di depanku dan mendudukkan diriku pada kursi klasik ini.
Ku tekan tombol on dari sekian tombol yang melekat pada komponen
keras handycame ini dan terlihat dalam video itu seorang pria tampan yang entah
aku tak tahu siapa dia dengan seorang wanita dengan balutan gaun putih selutut dengan
ujung sedikit mengembang.
Mataku
terbelalak seketika,
saat aku melihat seseorang dalam rekaman video pendek ini. Perasaan terkejut tak henti-hentinya menghujam
jantungku. Aku
tak percaya mengapa gadis dalam video ini sangat mirip denganku. Apakah gadis ini adalah aku? Lalu siapa lelaki itu? Apa hubungannya denganku?
Kini
berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Aku mencoba membongkar memori-memori itu. Tapi nihil. Aku sama sekali tak
mengingat satu pun memoriku dengan lelaki
ini. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Video
itu terus saja berputar. Menampilkan wajahku dengan
lelaki itu. Lelaki
yang namanya pun aku tak tahu. Video tersebut menampilkan
semua kemesraan yang pernah kami jalani bersama.
“Emm… Hai … bagaimana
kabarmu hari ini chagi-ya? Apa kau masih
mengingatku? Aku Kang Minhyuk lelaki
yang selama ini kau anggap sebagai malaikat pelindungmu… Hemm.. mungkin ini
sedikit berlebihan.
Emm … aku benar-benar mencintaimu Jung Krystal, jika kau ingin tahu yang sebenarnya tentang
hatiku, meskipun kau tak lagi menyadari keberadaanku di sampingmu, meski kau
tak mampu hanya sekedar mengingat wajah atau namaku. Tapi aku ingin kau tahu
satu hal aku mencintaimu meski hanya enam puluh detik hidupmu mengingatku.
Aku akan merekam
semuanya untukmu , agar kau selalu ingat jika aku Kang Minhyuk adalah
tunanganmu.
Saranghae…”
Rasa
sakit yang tiba-tiba
muncul menghujam hatiku. Membuat
bulir-bulir bening ini jatuh
menuruni pipiku tanpa aku sadari.
Sungguh aku tak sanggup saat memori itu tiba-tiba saja berputar kembali dalam otakku. Tak ada frasa yang mampu
terucap hanya sebuah kesakitan dan ketakutan.
Bagaimana jika suatu hari nanti aku akan jauh
melupakanmu atau bahkan aku pergi menghilang tanpa jejak, dan tak penah kau temukan lagi keberadaanku. Apa kau akan mencariku?
“
Mianhae, Minhyuk-ya.”
-THE
END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^