Rabu, 19 Februari 2014

Baby Dont Cry Chapter 3



Baby Don’t Cry



Posted by        : ZA StoryLine

A fanfiction by I_You
 Editor : Zi_You



Title    :   Baby Don’t Cry|Main Casts:  Lu Han (EXO M), Zhang Ara(OC),Oh Sehun (EXO K)|Other Casts: Member EXO PLANET, Hyun So Ran(OC), Kristal (fx), Fan Hae Yeon(OC), Yin In Sul (OC), Yun Zu Ra (OC), Shin Yun(OC) |Genre: Romance ,sad | Duration : Chapter


Summary :
Apa yang kau pikirkan!
Kenapa kau bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa?

****


Happy reading!
.
.
.
.
Sekolah mulai sepi, sedangkan Ara bergegas menuju ruang latihan. Lagi-lagi ia melihat Sehun bermain basket sendirian. Sudah dua kali ia melihatnya bermain sendiri. Tanpa sadar Ara melangkahkan kakinya mendekati Sehun. Bola basket itu tiba-tiba memantul ke arahnya.
“Kau masih disini? Kau belum pulang? “ Tanya Sehun kepada Ara dengan tersenyum.
“Aku masih ada urusan dengan Mr. Xio, tapi rupanya ia tidak ada di ruang latihan.” ucap Ara merespon pertanyaan Sehun.
“Kompetisi dance.”ucap Ara terbata membuat Sehun sedikit terkejut.Ia menghentikan drable bolanya. Juga matanya yang enggan menatap mata Ara.
“Kenapa kau tak datang? Kau tau? Aku berharap kau  datang dan memenangkan kompetisi itu.” ucap Ara sedikit terbata karena takut jika ucapannya akan menyinggung perasaan Sehun.
“Kerena memang aku tidak ingin mengikutinya..” ucap Sehun yang kembali memantulkan bolanya. Lalu memfocuskan penglihatannya memasukkan bola ke dalam ring.
“Kenapa kau lakukan itu?” ucap Ara, lagi. Ia masih memperhatikan Sehun yang sama sekali tak memeperhatikannya.
 “Aku tak akan pernah menari lagi. Aku dilahirkan sebagai pemilik perusahaan bukan sebagai artis.”  jelas Sehun. Ia menoleh kepalanya pada Ara, sekilas lantas kembali men-drable bolanya.
“Kenapa kau berbohong kepadaku J.O?”ucap Ara yang sontak membuat Sehun terkejut  dan menghentikan permainan bolanya karena Ara mengetauhi nama samarannya. Ara mengeluarkan sebuah piala, piagam penghargaan dan sejumlah uang pembinaan lalu menyerahkan kepada Sehun yang kini masih terlihat terkejut.
“Teruslah menari. Itu adalah piala pertamamu simpanlah baik-baik. Emmm…. kalau begitu aku pergi dulu sampai jumpa.” ucap Ara dan segera bergegas pergi.
“Kenapa kau lakukan itu? Kenapa kau selalu peduli tentangku ? Apa kau menyukaiku?” ucap Sehun, lantang. Ia kini tak lagi terfokus pada bola-nya. Matanya kini menatap punggung Ara.
Pertanyaan itu membuat Ara menghentikan langkahnya. Ia merasakan aliran darahnya mengalir deras jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba menelan air liurnya, dengan susah payah. Kini kedua matanya memanas ingin sekali air mata ini menuruni pipinya. Ia mencoba membalikan badannya menghadap Sehun.
“Kenapa kau berfikir seperti itu? A..aa…aku tidak menyukaimu. Kau kekasih temanku bukankah kau juga temanku. Hanya saja….  aku tak ingin kau kehilangan mimpimu itu itu saja. Bukankah seharusnya begitu? Emm aku pulang dulu …ibu pasti menungguku dirumah ..ee…kau tak perlu mengantarkanku sampai gerbang. Sampai jumpa.” ucap Ara terbata. Ia kemudianberbalik, dan bergegas meninggalkan Sehun. Kini air matanya mengalir deras.
‘Sakit sekali rasanya.’ batin Ara
ARA’S HOME
“Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kamarmu berantakan?” Tanya Luhan yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Ara.
“Aku mencari gelangku, gege. Aku lupa menaruhnya dimana. Tadi pagi sepertinya ada di meja ini ?” ucap Ara seraya mengelurkan semua buku, alat make up dan peralatan lainnya.
“Untuk apa kau mengoleksi banyak sekali buku gambar?” Tanya Luhan sembari mengambil setumpuk buku gambar d iranjang Ara lalu membukanya. Banyak sekali sketsa baju dan gaun yang terlukis di buku gambar itu. Luhan terus membuka setiap halaman buku gambar itu dan mengamatinya.
“Kau berbakat. Kenapa kau tak mengambil jurusan desain saja?”  ucap Luhan yang masih sibuk membuka lembar demi lembar buku gambar itu.
“Mungkin saat aku kuliah. Entahlah sebenarnya itu hanya hobiku, tapi nanti aku akan memikirkannya lebih matang.” ucap Ara  yang masih sibuk mencari gelangnya. 
Dua jam kemudian Ara menemukan gelangnya yang ternyata berada di dalam saku baju sekolahnya. Ia mencium gelang itu dan merebahkan badannya di kasur. Tiba-tiba tangan Ara menyentuh sebuah ponsel. Ia lalu mengambilnya. Ternyata itu ponsel milik  Luhan. Ara membuka daftar name contac itu, lalu tak sengaja menemukan  nama Miley yang tertera jelas disana.Penasaran  siapa Miley sebenarnya, Ara menekan tombol calling, mencoba menelpon gadis yang bernama Miley itu. Seketika ponselnya berbunyi setelah ia menekan tombol calling pada name contac Miley. Ia mengambil ponselnya  yang tergeletak di meja  dan melihat siapa yang menelponnya. Disana tertera jelas nama ‘Luhan gege’ di ponselnya. Tiba-tiba tubuhnya lemas, setelah ia mengetauhi semunya. Terkejut. Tentu saja.
‘Apakah Miley adalah aku? Miley yang selama ini ia anggap kekasihnya adalah aku? Apakah selama ini  Luhan gege mencintaiku?’ batin Ara , berbagai pertanyaan kini berkecamuk di pikirannya. Ia teringat perkataan Luhan beberapa waktu lalu.
‘Bagaimana jika ada seseorang yang sangat mencintaimu? Apa kau juga akan berusaha mencintainya dan melupakan Oh Sehun?’
Nafasnya tercekat. Bahkan untuk bernafas saja, ia lupa bagaimana caranya. Air matanya pun kini mulai menetes. Deru nafasnya mulai menggema dalam kamarnya.
Ckrek…
“Ara, apa ponselku tertinggal disini?” Tanya Luhan sembari membuka  pintu kamar Ara. Luhan terdiam pikirannya mulai kacau ketika ia melihat Ara memegang ponselnya. Masih dengan deru nafas dan air matanya yang menetes dari pipinya. Memang selama ini ia tak pernah mengizinkan seorangpun untuk memegang ponselnya atau bahkan meminjamkannya. Ia takut jika suatu saat ada seseorang yang tahu tentang perasaannya pada Ara.
“Kau mengetauhinya?” ucap Luhan pada Ara  seraya menatap Ara intens. Kini matanya mulai menangkap tubuh Ara yang mulai mendekatinya. Masih dengan air matanya, namun deru nafasnya tak seperti sebuah kekecewaan saja, namun juga ada amarah di sana.
Plaak. Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi Luhan.
“Bodoh! Kenapa kau menyimpannya selama ini ? Kenapa kau tak mengatakannya padaku? Hah!” ucap Ara sambil menangis dan memukul dada Luhan. Luhanpun menarik Ara dalam pelukannya. Mencoba menenangkannya di dalam pelukannya.
“Maafkan aku..maafkan aku.. tak seharusnya aku mencintaimu. Tak seharusnya aku memiliki perasaan ini. Aku tak ingin merusak hubungan kita selama ini .” ucap Luhan seraya melepas pelukannya. Luhan pun menatap Ara intens dan hangat.
“Aku ingin kau tahu satu hal, berjanjilah mulai malam ini kau akan melupakan jika aku pernah mencintaimu.” ucap Luhan, lagi. Ia lalu mendaratkan sebuah ciuman di kening Ara. Ciuman  tulus yang  pertama dan terakhir  yang  ia berikan  pada Ara, sebagai seorang yang mencintainya, bukan sebagai seorang kakak. Ara memejamkan matanya. Kini air matanya mulai menetes merasakan betapa hangat dan tulusnya ciuman itu. Lalu Luhan melepaskan ciuman itu dan menatap Ara lekat dan  memutuskan untuk keluar dari kamar Ara.
-o0o-
Kedua orang tua mereka sedang pergi keluar negeri, hanya mereka berdua di rumah ini. Luhan keluar dari kamar tidurnya menuju dapur untuk mengambil sebotol air mineral, karena ia merasa tenggorokannya sangat kering. Ia mendengar suara peralatan dapur yang saling  bertabrakan.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Luhan yang kini berdiri di belakang Ara. Ara pun menolehkan kepalanya, ketika telinganya menangkap suara Luhan. Ia melihat Luhan berdiri tak jauh darinya.
Gege, sudah bangun? Aku sedang membuat sarapan untuk kita.” ucap Ara sembari mengaduk aduk nasi goreng buatannya.
“Tunggulah di meja makan.” ucap Ara, lagi. Luhan pun menuruti ucapan Ara. Ia pun menarik kursi yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Dengan masih membawa segelas air putih di tangannya, ia pun mendudukkan dirinya pada kursi tersebut.
“Selesai.” ucap Ara sambil melepas celemek hitam. Ara menghidangkan dua piring nasi goreng cina dan dua teh hangat untuk menu sarapan mereka.
“Bagaimana?” Tanya Ara  sembari menatap Luhan yang sedang menelan makananya.
“Enak. Ini sangat enak. Xie xie ..” ucap Luhan sembari mengumbar senyum manisnya.
“Hari ini aku pulang terlambat. Aku ada urusan di luar. Jaga dirimu baik-baik ya.” ucap Luhan seraya mengelus pucuk kepala Ara lembut.
Shanghai Internasional High School
Suasana kelas tak seramai biasanya. Entah hanya perasaan Ara saja, atau memang mereka semua belum datang. Ara berjalan  kearah bangkunya, tiba-tiba ia menemukan secarik kertas. Perlahan, ia membuka kertas itu.
To : Zhang Ara
From : Oh Sehun
Ada yang ingin aku bicarakan padamu , temui aku di tempat biasa kita bertemu setelah pulang sekolah.
Ara memasukkan surat itu di saku bajunya. Ia melamun. Melamunkan takdir apa yang sedang ia jalani. Ia mengingat kejadian semalam. Apakah ia akan menerima Luhan yang selama ini ia anggap sebagai kakaknya  menjadi kekasihnya? Ia menghembuskan nafas berat. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
Pukul 15:00 pm
Jam pelajaran telah berakhir. Ara bangkit dari kursinya, dan berjalan menuju lapangan basket. Di tempat ini lah ia bertemu dengan lelaki pujaannya. Tapi entah kenapa ia tak sebahagia biasanya. Ara mulai memasuki lapangan basket tersebut.
“Kau sudah datang?” sapa Sehun sembari memasukkan bola basketnya ke dalam ring.
“Apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Tanya Ara. Ia pun mendekati Sehun.
“Tidak ada. Hanya saja aku ingin kau menemaniku disini.” ucap Sehun lalu menghentikan permainannya.
“Maaf,  Sehun gegeaku tidak bisa aku harus pergi.” ucap Ara  lalu melangkah pergi dari hadapan Sehun.
“Kenapa kau berbohong? Kenapa kau berpura-pura tak mencintaiku?” ucap Sehun yang berhasil menghentikan langkah kaki Ara. Terkejut. Bagaimana Sehun bisa tahu jika selama ini ia mencintainya?
Sehun melangkah ke arah Ara. Ia merogong sesuatu dari saku kananya dan menyerahkan pada Ara.
“Ini dompet mu. Aku menemukannya tak jauh dari lapangan ini.” ucap Sehun
Ara membelalakkan matanya. Kini jantungnya mulai bekerja tidak normal. Ia ingat jika di dalam dompet itu, ada foto Sehun yang ia ambil secara diam-diam, lalu tanpa pikir panjang lagi ia mengambil dompet itu dari tangan Sehun. Serasa sekujur tubuhnya kini membeku saat Sehun mulai melangkah mendekatinya. Jauh lebih dekat hingga kini Sehun telah berdiri sejajar di hadapannya. Sebuah ciuman mendarat di kening Ara. Ciuman tulus dari Oh Sehun. Kini mulut Ara terbungkam. Tak ada satu patah pun kata yang keluar dari mulutnya.
Wo ai ni.” ucap Sehun tepat di telinga kanannya membuat Ara semakin terkejut entah apa yang ia rasakan saat ini. Antara sakit atau bahagia. Bahagia karena ia tahu jika Sehun juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Sakit karena ia adalah kekasih temannya sendiri atau mungkin Sehun hanya ingin mempermainannya.
“Kenapa kau lakukan itu padaku? Bukankah kau kekasih Fan Hae Yon? Kenapa kau menghianatinya?”  Tanya Ara  sambil meneteskan air mata setelah Sehun melepas ciumannya.
“Aku tak pernah menghianati siapapun. Fan Hae Yon hanya sahabatku, mereka yang tidak tahu apa-apa tentang hubunganku dengannya, menyebarkan berita yang tidak benar. Aku benar-benar mencintaimu. Jika kau ingin tahu yang sebenarnya tentang hatiku ..” jelas Sehun. Namun, belum selesai ia berbicara, Ara berjalan mundur berusaha menghidar dari Sehun.
“Jika kau menerimaku, temui aku di Nanshang Park  jam 16:00 sore. Aku menunggumu.” ucap Sehun sebelum Ara  benar-benar pergi dari hadapannya.
Bingung. Perasaan itu kini memenuhi  pikiran Ara. Dua laki-laki yang sangat berarti baginya saling merebutkannya. Dimana Luhan adalah kakak angkatnya sendiri dan disisi lain Sehun adalah seseorang yang amat ia cintai. Ia tak mau melukai salah satu diantara mereka atau bahkan ia tak mau jika mereka berdua terluka.
-o0o-
Luhan menuju tempat pendaftaran sebagai peserta audisi SM Entertaiment. Antrian panjangpun ia harus lalui. Sebenarnya ia tak ingin mengikuti audisi ini. Tak terbesit satupun di kepalanya bakat apa yang akan ia tunjukkan. Tapi karena satu hal ia harus melakukannya. Kini namanya telah di panggil. Ia memasuki ruang audisi. Suasana sangat tegang. Bahkan ia merasa jantungnya berdegub jauh lebih cepat dari biasanya. Seorang juri tiba-tiba menyuruhnya menyanyi dan menari. Luhanpun menuruti perintah juri itu. Lalu, seorang juri laki-laki lain juga menyuruhnya untuk acting. Luhanpun juga menuruti perintah juri itu. Tiba-tiba seorang juri wanita menyerahkan sebuah kertas yang menandakan jika ia di terima menjadi salah satu peserta treening SM Entertaiment. Dan mengharuskan ia pergi ke Korea untuk menjalankan treening dan menjadi artis disana. Luhanpun membungkukkan setengah badannya sebagai tanda terimakasih.
Luhan menghentikan langkahnya, sebelum ia benar-benar keluar dari ruang itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Emmm…. Ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian. Kaset ini milik temanku dia sangat berbakat. Dia ingin sekali menjadi artis, ku harap kalian mempertimbangkannya. Xie xie…” jelas Luhan sembari menyerahkan keeping kaset itu ke salah satu juri. Ia membungkukkan kembali setengah badannya dan berlalu pergi.
-o0o-
Udara  hari ini semakin dingin. Ara merekatkan jaketnya. Ia telah menyusuri semua sudut taman ini, namun ia  tak menemukan Sehun di taman ini. Ia memutuskan untuk menunggunya. Ia lalu duduk di salah satu bangku taman. Kini dua gelas kopi yang ia beli telah habis, tapi tetap saja Sehun belum muncul. Ia melihat jam tangan yang sadari tadi melingkar di tangan kirinya.
“Pukul 19:00. Sudah empat jam aku menunggunya. Apakah dia benar-benar tidak datang? Apakah Sehun hanya ingin mempermainkanku?” ucapnya. Ia pun kini beranjak dari bangku tersebut. Lantas ia melangkahkan kakinya. Entah kenapa ia ingin sekali pergi kerumah Sehun dan menemuinya.
Ia pun berjalan menuju halte bus. Menaikinya, dan berhenti pada pemberhentian kedua. Dari pemberhentian tersebut, ia hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai rumah Sehun. Kini, Ara telah berada di depan rumah Sehun. Ia menghela nafas sebentar, sebelum ia mengetuk pintu rumah Sehun.
Tok ..tok..
Beberapa menit kemudian seorang wanita paruh baya membuka pintu.
“Selamat malam bibi. Perkenalkan, saya teman Sehun. Apakah Sehun ada di dalam? Aku ingin bertemu dengannya.” ucap Ara ramah pada wanita paruh baya tersebut.
“Malam. Maaf nona, tuan Sehun dan keluarganya telah pindah kembali ke Korea Selatan. Mereka telah berangkat dua jam yang lalu…” ucap wanita paruh baya tersebut.
Kini hatinya terasa sangat sakit. Ia bahkan merasa sulit hanya sekedar untuk bernafas. Kedua matanya terasa panas. Ingin sekali bulir-bulir bening itu mengalir menuruni pipinya. Tapi ia harus mencoba menahannya sedikit lebih lama.
“Apakah nona yang bernama Zhang Ara?” ucap wanita paruh baya itu, lagi.
“Iya bibi, itu nama saya. Ada apa?” Tanya Ara.
“Sebelum tuan Sehun berangkat ke Korea, tuan menitipkan sesuatu kepada saya untuk menyampaikannya kepada anda. Tuan Sehun mengatakan jika ia benar-benar mencintai anda dan berharap anda menunggu tuan Sehun kembali ke Cina.” jelas bibi paruh baya itu pada Ara. Ara terdiam. Ia masih tak mempercayai ini semua. Kenapa ia harus pergi sebelum ia tahu jawaban apa yang akan ia berikan padanya.
‘Aku mencintaimu Oh Sehun. Benar-benar mencintaimu.’ kini berbagai ribuan pisau telah menusuk jantungnya. 
‘Haruskah dia meninggalkanku tanpa memberitahuku? Apakah kau akan benar-benar kembali padaku suatu saat nanti ?’ berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya dan badannyapun  mulai lemas.
“Tuan Sehun mengatakan itu, karena tuan tidak sempat menulis surat untuk anda.” ucap wanita paruh baya itu, lagi.










To Be Continued…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^