Posted by : ZA StoryLine
A fanfiction by I_You
Editor :
Zi_You
Title :
Baby Don’t Cry|Main Casts: Lu Han (EXO M), Zhang Ara(OC),Oh Sehun (EXO K)|Other Casts: Member EXO PLANET, Hyun So
Ran(OC), Kristal (fx), Fan Hae Yeon(OC), Yin In Sul (OC), Yun Zu Ra (OC), Shin
Yun(OC) |Genre: Romance ,sad | Duration : Chapter
Summary
:
Apa yang kau
pikirkan!
Kenapa kau
bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa?
****
Happy reading!
.
.
.
.
Sekolah mulai sepi, sedangkan Ara bergegas
menuju ruang latihan. Lagi-lagi ia melihat Sehun bermain basket sendirian. Sudah
dua kali ia melihatnya bermain sendiri. Tanpa sadar Ara melangkahkan kakinya
mendekati Sehun. Bola basket itu tiba-tiba memantul ke arahnya.
“Kau masih disini? Kau belum pulang? “ Tanya Sehun
kepada Ara dengan tersenyum.
“Aku masih ada urusan dengan Mr. Xio, tapi
rupanya ia tidak ada di ruang latihan.” ucap Ara merespon pertanyaan Sehun.
“Kompetisi dance.”ucap
Ara terbata membuat Sehun sedikit terkejut.Ia menghentikan drable bolanya. Juga matanya yang enggan menatap mata Ara.
“Kenapa kau tak datang? Kau tau? Aku berharap
kau datang dan memenangkan kompetisi
itu.” ucap Ara sedikit terbata karena takut jika ucapannya akan menyinggung
perasaan Sehun.
“Kerena memang aku tidak ingin mengikutinya..”
ucap Sehun yang kembali memantulkan bolanya. Lalu memfocuskan penglihatannya
memasukkan bola ke dalam ring.
“Kenapa kau lakukan itu?” ucap Ara, lagi. Ia
masih memperhatikan Sehun yang sama sekali tak memeperhatikannya.
“Aku tak
akan pernah menari lagi. Aku dilahirkan sebagai pemilik perusahaan bukan
sebagai artis.” jelas Sehun. Ia menoleh
kepalanya pada Ara, sekilas lantas kembali men-drable bolanya.
“Kenapa kau berbohong kepadaku J.O?”ucap Ara
yang sontak membuat Sehun terkejut dan
menghentikan permainan bolanya karena Ara mengetauhi nama samarannya. Ara
mengeluarkan sebuah piala, piagam penghargaan dan sejumlah uang pembinaan lalu
menyerahkan kepada Sehun yang kini masih terlihat terkejut.
“Teruslah menari. Itu adalah piala pertamamu
simpanlah baik-baik. Emmm…. kalau begitu aku pergi dulu sampai jumpa.” ucap Ara
dan segera bergegas pergi.
“Kenapa kau lakukan itu? Kenapa kau selalu
peduli tentangku ? Apa kau menyukaiku?” ucap Sehun, lantang. Ia kini tak lagi
terfokus pada bola-nya. Matanya kini menatap punggung Ara.
Pertanyaan itu membuat Ara menghentikan
langkahnya. Ia merasakan aliran darahnya mengalir deras jantungnya berdegup
kencang. Ia mencoba menelan air liurnya, dengan susah payah. Kini kedua matanya
memanas ingin sekali air mata ini menuruni pipinya. Ia mencoba membalikan
badannya menghadap Sehun.
“Kenapa kau berfikir seperti itu? A..aa…aku
tidak menyukaimu. Kau kekasih temanku bukankah kau juga temanku. Hanya
saja…. aku tak ingin kau kehilangan
mimpimu itu itu saja. Bukankah seharusnya begitu? Emm aku pulang dulu …ibu
pasti menungguku dirumah ..ee…kau tak perlu mengantarkanku sampai gerbang.
Sampai jumpa.” ucap Ara terbata. Ia kemudianberbalik, dan bergegas meninggalkan
Sehun. Kini air matanya mengalir deras.
‘Sakit
sekali rasanya.’ batin
Ara
ARA’S
HOME
“Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kamarmu
berantakan?” Tanya Luhan yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Ara.
“Aku mencari gelangku, gege. Aku lupa menaruhnya dimana. Tadi pagi sepertinya ada di meja
ini ?” ucap Ara seraya mengelurkan semua buku, alat make up dan peralatan
lainnya.
“Untuk apa kau mengoleksi banyak sekali buku
gambar?” Tanya Luhan sembari mengambil setumpuk buku gambar d iranjang Ara lalu
membukanya. Banyak sekali sketsa baju dan gaun yang terlukis di buku gambar
itu. Luhan terus membuka setiap halaman buku gambar itu dan mengamatinya.
“Kau berbakat. Kenapa kau tak mengambil jurusan
desain saja?” ucap Luhan yang masih
sibuk membuka lembar demi lembar buku gambar itu.
“Mungkin saat aku kuliah. Entahlah sebenarnya
itu hanya hobiku, tapi nanti aku akan memikirkannya lebih matang.” ucap
Ara yang masih sibuk mencari gelangnya.
Dua jam kemudian Ara menemukan gelangnya yang
ternyata berada di dalam saku baju sekolahnya. Ia mencium gelang itu dan
merebahkan badannya di kasur. Tiba-tiba tangan Ara menyentuh sebuah ponsel. Ia
lalu mengambilnya. Ternyata itu ponsel milik
Luhan. Ara membuka daftar name contac itu, lalu tak sengaja
menemukan nama Miley yang tertera jelas
disana.Penasaran siapa Miley sebenarnya,
Ara menekan tombol calling, mencoba
menelpon gadis yang bernama Miley itu. Seketika ponselnya berbunyi setelah ia
menekan tombol calling pada name
contac Miley. Ia mengambil ponselnya
yang tergeletak di meja dan melihat
siapa yang menelponnya. Disana tertera jelas nama ‘Luhan gege’ di ponselnya. Tiba-tiba tubuhnya lemas, setelah ia
mengetauhi semunya. Terkejut. Tentu saja.
‘Apakah
Miley adalah aku? Miley yang selama ini ia anggap kekasihnya adalah aku? Apakah
selama ini Luhan gege mencintaiku?’ batin Ara , berbagai pertanyaan kini
berkecamuk di pikirannya. Ia teringat perkataan Luhan beberapa waktu lalu.
‘Bagaimana
jika ada seseorang yang sangat mencintaimu? Apa kau juga akan berusaha mencintainya
dan melupakan Oh Sehun?’
Nafasnya tercekat. Bahkan untuk bernafas saja,
ia lupa bagaimana caranya. Air matanya pun kini mulai menetes. Deru nafasnya
mulai menggema dalam kamarnya.
Ckrek…
“Ara, apa ponselku tertinggal disini?” Tanya
Luhan sembari membuka pintu kamar Ara. Luhan
terdiam pikirannya mulai kacau ketika ia melihat Ara memegang ponselnya. Masih
dengan deru nafas dan air matanya yang menetes dari pipinya. Memang selama ini
ia tak pernah mengizinkan seorangpun untuk memegang ponselnya atau bahkan
meminjamkannya. Ia takut jika suatu saat ada seseorang yang tahu tentang
perasaannya pada Ara.
“Kau mengetauhinya?” ucap Luhan pada Ara seraya menatap Ara intens. Kini matanya mulai
menangkap tubuh Ara yang mulai mendekatinya. Masih dengan air matanya, namun
deru nafasnya tak seperti sebuah kekecewaan saja, namun juga ada amarah di
sana.
Plaak. Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi
Luhan.
“Bodoh! Kenapa kau menyimpannya selama ini ? Kenapa
kau tak mengatakannya padaku? Hah!” ucap Ara sambil menangis dan memukul dada
Luhan. Luhanpun menarik Ara dalam pelukannya. Mencoba menenangkannya di dalam
pelukannya.
“Maafkan aku..maafkan aku.. tak seharusnya aku
mencintaimu. Tak seharusnya aku memiliki perasaan ini. Aku tak ingin merusak
hubungan kita selama ini .” ucap Luhan seraya melepas pelukannya. Luhan pun
menatap Ara intens dan hangat.
“Aku ingin kau tahu satu hal, berjanjilah mulai
malam ini kau akan melupakan jika aku pernah mencintaimu.” ucap Luhan, lagi. Ia
lalu mendaratkan sebuah ciuman di kening Ara. Ciuman tulus yang
pertama dan terakhir yang ia berikan
pada Ara, sebagai seorang yang mencintainya, bukan sebagai seorang
kakak. Ara memejamkan matanya. Kini air matanya mulai menetes merasakan betapa
hangat dan tulusnya ciuman itu. Lalu Luhan melepaskan ciuman itu dan menatap
Ara lekat dan memutuskan untuk keluar
dari kamar Ara.
-o0o-
Kedua orang tua mereka sedang pergi keluar negeri,
hanya mereka berdua di rumah ini. Luhan keluar dari kamar tidurnya menuju dapur
untuk mengambil sebotol air mineral, karena ia merasa tenggorokannya sangat kering.
Ia mendengar suara peralatan dapur yang saling
bertabrakan.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Luhan yang
kini berdiri di belakang Ara. Ara pun menolehkan kepalanya, ketika telinganya
menangkap suara Luhan. Ia melihat Luhan berdiri tak jauh darinya.
“Gege,
sudah bangun? Aku sedang membuat sarapan untuk kita.” ucap Ara sembari mengaduk
aduk nasi goreng buatannya.
“Tunggulah di meja makan.” ucap Ara, lagi.
Luhan pun menuruti ucapan Ara. Ia pun menarik kursi yang tak jauh dari tempat
ia berdiri. Dengan masih membawa segelas air putih di tangannya, ia pun
mendudukkan dirinya pada kursi tersebut.
“Selesai.” ucap Ara sambil melepas celemek
hitam. Ara menghidangkan dua piring nasi goreng cina dan dua teh hangat untuk
menu sarapan mereka.
“Bagaimana?” Tanya Ara sembari menatap Luhan yang sedang menelan
makananya.
“Enak. Ini sangat enak. Xie xie ..” ucap Luhan sembari mengumbar senyum manisnya.
“Hari ini aku pulang terlambat. Aku ada urusan
di luar. Jaga dirimu baik-baik ya.” ucap Luhan seraya mengelus pucuk kepala Ara
lembut.
Shanghai
Internasional High School
Suasana kelas tak seramai biasanya. Entah hanya
perasaan Ara saja, atau memang mereka semua belum datang. Ara berjalan kearah bangkunya, tiba-tiba ia menemukan
secarik kertas. Perlahan, ia membuka kertas itu.
To :
Zhang Ara
From
: Oh Sehun
Ada
yang ingin aku bicarakan padamu , temui aku di tempat biasa kita bertemu
setelah pulang sekolah.
Ara memasukkan surat itu di saku bajunya. Ia
melamun. Melamunkan takdir apa yang sedang ia jalani. Ia mengingat kejadian
semalam. Apakah ia akan menerima Luhan yang selama ini ia anggap sebagai
kakaknya menjadi kekasihnya? Ia menghembuskan
nafas berat. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
Pukul
15:00 pm
Jam pelajaran telah berakhir. Ara bangkit dari
kursinya, dan berjalan menuju lapangan basket. Di tempat ini lah ia bertemu
dengan lelaki pujaannya. Tapi entah kenapa ia tak sebahagia biasanya. Ara mulai
memasuki lapangan basket tersebut.
“Kau sudah datang?” sapa Sehun sembari
memasukkan bola basketnya ke dalam ring.
“Apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Tanya
Ara. Ia pun mendekati Sehun.
“Tidak ada. Hanya saja aku ingin kau menemaniku
disini.” ucap Sehun lalu menghentikan permainannya.
“Maaf,
Sehun gegeaku tidak bisa aku
harus pergi.” ucap Ara lalu melangkah
pergi dari hadapan Sehun.
“Kenapa kau berbohong? Kenapa kau berpura-pura
tak mencintaiku?” ucap Sehun yang berhasil menghentikan langkah kaki Ara.
Terkejut. Bagaimana Sehun bisa tahu jika selama ini ia mencintainya?
Sehun melangkah ke arah Ara. Ia merogong
sesuatu dari saku kananya dan menyerahkan pada Ara.
“Ini dompet mu. Aku menemukannya tak jauh dari
lapangan ini.” ucap Sehun
Ara membelalakkan matanya. Kini jantungnya
mulai bekerja tidak normal. Ia ingat jika di dalam dompet itu, ada foto Sehun
yang ia ambil secara diam-diam, lalu tanpa pikir panjang lagi ia mengambil dompet
itu dari tangan Sehun. Serasa sekujur tubuhnya kini membeku saat Sehun mulai melangkah
mendekatinya. Jauh lebih dekat hingga kini Sehun telah berdiri sejajar di
hadapannya. Sebuah ciuman mendarat di kening Ara. Ciuman tulus dari Oh Sehun.
Kini mulut Ara terbungkam. Tak ada satu patah pun kata yang keluar dari
mulutnya.
“Wo ai ni.”
ucap Sehun tepat di telinga kanannya membuat Ara semakin terkejut entah apa
yang ia rasakan saat ini. Antara sakit atau bahagia. Bahagia karena ia tahu
jika Sehun juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Sakit karena ia adalah
kekasih temannya sendiri atau mungkin Sehun hanya ingin mempermainannya.
“Kenapa kau lakukan itu padaku? Bukankah kau
kekasih Fan Hae Yon? Kenapa kau menghianatinya?” Tanya Ara
sambil meneteskan air mata setelah Sehun melepas ciumannya.
“Aku tak pernah menghianati siapapun. Fan Hae
Yon hanya sahabatku, mereka yang tidak tahu apa-apa tentang hubunganku
dengannya, menyebarkan berita yang tidak benar. Aku benar-benar mencintaimu. Jika
kau ingin tahu yang sebenarnya tentang hatiku ..” jelas Sehun. Namun, belum
selesai ia berbicara, Ara berjalan mundur berusaha menghidar dari Sehun.
“Jika kau menerimaku, temui aku di Nanshang
Park jam 16:00 sore. Aku menunggumu.”
ucap Sehun sebelum Ara benar-benar pergi
dari hadapannya.
Bingung. Perasaan itu kini memenuhi pikiran Ara. Dua laki-laki yang sangat
berarti baginya saling merebutkannya. Dimana Luhan adalah kakak angkatnya
sendiri dan disisi lain Sehun adalah seseorang yang amat ia cintai. Ia tak mau
melukai salah satu diantara mereka atau bahkan ia tak mau jika mereka berdua
terluka.
-o0o-
Luhan menuju tempat pendaftaran sebagai peserta
audisi SM Entertaiment. Antrian panjangpun ia harus lalui. Sebenarnya ia tak
ingin mengikuti audisi ini. Tak terbesit satupun di kepalanya bakat apa yang
akan ia tunjukkan. Tapi karena satu hal ia harus melakukannya. Kini namanya
telah di panggil. Ia memasuki ruang audisi. Suasana sangat tegang. Bahkan ia
merasa jantungnya berdegub jauh lebih cepat dari biasanya. Seorang juri tiba-tiba
menyuruhnya menyanyi dan menari. Luhanpun menuruti perintah juri itu. Lalu,
seorang juri laki-laki lain juga menyuruhnya untuk acting. Luhanpun juga menuruti
perintah juri itu. Tiba-tiba seorang juri wanita menyerahkan sebuah kertas yang
menandakan jika ia di terima menjadi salah satu peserta treening SM Entertaiment. Dan mengharuskan ia pergi ke Korea untuk
menjalankan treening dan menjadi
artis disana. Luhanpun membungkukkan setengah badannya sebagai tanda
terimakasih.
Luhan menghentikan langkahnya, sebelum ia
benar-benar keluar dari ruang itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Emmm…. Ada yang ingin aku tunjukkan pada
kalian. Kaset ini milik temanku dia sangat berbakat. Dia ingin sekali menjadi
artis, ku harap kalian mempertimbangkannya. Xie
xie…” jelas Luhan sembari menyerahkan keeping kaset itu ke salah satu juri.
Ia membungkukkan kembali setengah badannya dan berlalu pergi.
-o0o-
Udara
hari ini semakin dingin. Ara merekatkan jaketnya. Ia telah menyusuri
semua sudut taman ini, namun ia tak
menemukan Sehun di taman ini. Ia memutuskan untuk menunggunya. Ia lalu duduk di
salah satu bangku taman. Kini dua gelas kopi yang ia beli telah habis, tapi
tetap saja Sehun belum muncul. Ia melihat jam tangan yang sadari tadi melingkar
di tangan kirinya.
“Pukul 19:00. Sudah empat jam aku menunggunya.
Apakah dia benar-benar tidak datang? Apakah Sehun hanya ingin mempermainkanku?”
ucapnya. Ia pun kini beranjak dari bangku tersebut. Lantas ia melangkahkan
kakinya. Entah kenapa ia ingin sekali pergi kerumah Sehun dan menemuinya.
Ia pun berjalan menuju halte bus. Menaikinya,
dan berhenti pada pemberhentian kedua. Dari pemberhentian tersebut, ia hanya
membutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai rumah Sehun. Kini, Ara telah berada
di depan rumah Sehun. Ia menghela nafas sebentar, sebelum ia mengetuk pintu
rumah Sehun.
Tok ..tok..
Beberapa menit kemudian seorang wanita paruh
baya membuka pintu.
“Selamat malam bibi. Perkenalkan, saya teman
Sehun. Apakah Sehun ada di dalam? Aku ingin bertemu dengannya.” ucap Ara ramah
pada wanita paruh baya tersebut.
“Malam. Maaf nona, tuan Sehun dan keluarganya
telah pindah kembali ke Korea Selatan. Mereka telah berangkat dua jam yang
lalu…” ucap wanita paruh baya tersebut.
Kini hatinya terasa sangat sakit. Ia bahkan
merasa sulit hanya sekedar untuk bernafas. Kedua matanya terasa panas. Ingin
sekali bulir-bulir bening itu mengalir menuruni pipinya. Tapi ia harus mencoba
menahannya sedikit lebih lama.
“Apakah nona yang bernama Zhang Ara?” ucap
wanita paruh baya itu, lagi.
“Iya bibi, itu nama saya. Ada apa?” Tanya Ara.
“Sebelum tuan Sehun berangkat ke Korea, tuan
menitipkan sesuatu kepada saya untuk menyampaikannya kepada anda. Tuan Sehun
mengatakan jika ia benar-benar mencintai anda dan berharap anda menunggu tuan
Sehun kembali ke Cina.” jelas bibi paruh baya itu pada Ara. Ara terdiam. Ia masih
tak mempercayai ini semua. Kenapa ia harus pergi sebelum ia tahu jawaban apa
yang akan ia berikan padanya.
‘Aku
mencintaimu Oh Sehun. Benar-benar mencintaimu.’ kini berbagai ribuan pisau telah menusuk
jantungnya.
‘Haruskah
dia meninggalkanku tanpa memberitahuku? Apakah kau akan benar-benar kembali
padaku suatu saat nanti ?’
berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya dan badannyapun mulai lemas.
“Tuan Sehun mengatakan itu, karena tuan tidak sempat
menulis surat untuk anda.” ucap wanita paruh baya itu, lagi.
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^