Sabtu, 29 Maret 2014

Baby Dont Cry Chapter 4



Baby Don’t Cry



Posted by        : ZA StoryLine

A fanfiction by I_You

Read For:

Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Now | Chapter 5
| Chapter 6(End) 

Editor : Zi_You
Title    :   Baby Don’t Cry| Main Casts:  Lu Han (EXO M), Zhang Ara(OC), Oh Sehun (EXO K)|  Other Casts : Member EXO PLANET, Hyun So Ran(OC), Kristal (fx), Fan Hae Yeon(OC), Yin In Sul (OC), Yun Zu Ra (OC), Shin Yun (OC) |Genre: Romance ,sad | Duration : Chapter

Summary :
Apa yang kau pikirkan!
Kenapa kau bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa?

****

Happy reading!
.
.
.
.
....2 years later…
South Korea , at 10 :00 pagi
Semilir angin kini menerpa rambut Ara pelan lewat celah jendela Laborgini ini. Sang pencakar langitpun kini masih mengitari Seoul membuat desain kota nampak elegant. Klakson tetap saja menguar memenuhi jalanan membuat polusi suara yang tak ada henti.
Ckrek …
Suara knop mobil yang terbuka samar. Gadis ituAra  keluar dari sebuah mobil. Dihirupnya udara Seoul yang tak lagi asing untuknya, meski hampir sepuluh tahun ia tak menginjakkan kakinya di Seoul, lagi. Ia memejamkan matanya. Merasakan angin musim gugur yang kini menerpa kulit putihnya.
“Ara! Kau sudah datang?” ucap seorang yang gadis cantik berperawakan jangkung dari depan pintu rumah coklat itu. Gadis itu Hyun So Ran, kakak sepupu Ara. Teriakan itu berhasil memaksanya membuka mata.
Gadis itu berlari hingga kini ia berada tepat di depan Ara dan memeluknya “Aku sangat merindukanmu. Oh, mari masuk.” ucapnya sembari mengangkat koper ungu milik Ara dan menjinjingnya dengan susah payah.
Makanlah sup ini, aku membuatkannya special untukmu. Tapi sepertinya aku tak menjamin rasanya,” ucap gadis itu sembari membawa dua mangkuk sup ayam dan dua gelas teh hangat lalu meletakkannya di meja makan yang berada tak jauh dari dapur utama. Didudukkannya tubuh jangkung itu di pada kursi meja makan itu, lalu sedetik kemudian disusul oleh Ara.
Aroma rempah-rempah kini telah menusuk hidung Ara. Membuat perutnya semakin menggeliat kelaparan. Segera ia masukkan sup hangat itu kedalam mulutnya.
Emmm… Mashita! ucap Ara, setelah sup itu membasahi kerongkongannya.
Jinja?” ucap Han So Ran setengah tak percaya. Rasa buncahan bahagia itu tak terbendung lagi. Bahkan ini tak seperti yang ia fikirkan tentang supnya yang ia rasa akan buruk.
Emm … bagaimana kuliahmu? Jurusan apa yang akan kau ambil?” ucap So Ran sembari memasukkan sesendok sup dalam mulutnya.
Desain baju. Aku ingin menjadi perancang busana terkenal nantinya, eonni.” ucap Ara setelah menenggak teh hangat itu sampai setengahnya.

-o0o-


SM  Entertaimant Building At 22:00 malam
 Kini detakan music masih saja menguar memenuhi ruang ini. Decitan sepatu masih saja berbenturan dengan lantai  meskipun hampir samar terdengar.
Tut …seorang lelaki jangkung berkulit coklat ituKai  menekan tombol off  dari sekian tombol yang melekat pada perangkat keras tip ini.
Hufft… hembusan nafas kasar ia hembuskan. Mencoba mengatur nafasnya yang kini tak beraturan. Telah .Tentu  hampir lima jam mereka tak berhenti berlatih menari.
Ruangan ini masih sama. Tak pernah lenggang dari keramaian lengkingan suara Baekhyun dan Chanyeol yang sedari tadi menggoda Kris karena ia sedang jatuh cinta. Sungguh betapa beruntungnya wanita itu di cintai oleh seorang Wu Yi Fan, lelaki dengan paras sempurna. Pun suara jepretan dari kamera ponsel Tao yang sedari tadi asyik ber-selca. Sungguh suasana yang berbanding terbalik dengan gaya cool dan manly mereka saat di stage.
Kring… Kring …
 Sebuah deringan keluar dari handphone  Luhan. Segera ia merogoh kantong kanannya. Satu panggilan dari Zhang Ara. Ia tersenyum simpul, hingga akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut.
Yeoboseyeo.” ucap Luhan dengan nada kebahagiaan di dalamnya.
Oppa! Bogosipeoyo !” ucap Ara manja. Nada bicaranya masih seperti saat ia berada si sekolah mengengah atas.
Kini kedua sudut bibir lelaki tampan itu melukiskan sebuah senyuman  setelah mendengar ucapan Ara yang mengisyaratkan kerinduannya yang mendalam pada Ara.
Jinja? Begitu tampankah aku, hingga kau benar benar merindukanku?” ucap Luhan menggoda Ara. Tentu masih dengan senyum simpulnya yang masih ia sungginggkan.  
Yeah, kau begitu tampan.” ucap Ara semangat. Hening sejenak. Hingga akhirnya suara lembut Ara memecah keheningan keduanya.
 Oppa, jika kau benar-benar merindukanku, bisakah kau menemuiku di Seoul Tower sekarang?” ucap  Ara dengan nada bahagia didalamnya.
Terkejut. Tentu saja. Seoul Tower? Bagaimana Ara bisa berada di tempat itu? Berbagai pertanyaan kini berkecamuk dalam pikirannya
M…mwo? Apa yang barusan ka..kau katakan?” ucap Luhan terbata. Kini ia masih berada dalam kebingungan. 
Oppa, cepatlah kemari. Aku menunggumu.” ucap Ara. Lalu sedetik kemudian ia memutuskan sambungan telepon itu. Segera Luhan beranjak dari posisi duduknya ,dan berlari keluar dari ruang latihan itu.
Hyung! Kau mau kemana? Kenapa buru-buru sekali?” teriak Kai  sebelum Luhan benar-benar pergi dari ruang latihan ini. Tapi nihil. Luhan tetap berlari keluar dari ruang itu tanpa merespon pertanyaan Kai.
“Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?” Tanya  Suho panik.
“Entahlah. Aku tak tahu, hyung.”  ucap Kai  setelah menutup pintu ruang latihan itu kembali. Ia lantas mendekati Sehun yang kini sedang merebahkan tubuhnya di sofa silver yang berada di sudut ruang ini.
Apa yang terjadi padamu? Kenapa akhir-akhir ini kau menyendiri? Apa kau merindukannya?” ucap Kai yang kini telah duduk di samping Sehun.
Sehun mengacak rambutnya kasar, lalu bangkit dari posisi tidurnya.Hyung? Apakah Ara masih menungguku setelah apa yang telah aku lakukan padanya?” ucap Sehun sembari menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.”Bodoh kau, Oh Sehun! Kenapa kau lakukan itu pada Ara!” umpat Sehun sesaat sebelum Kai mengucapkan frasanya.
Percayalah, Ara masih akan menunggumu. Dia bukan gadis yang akan cepat melupakan cinta pertamanya. Pegang ucapanku. Dan sekarang kau harus menunjukkan padanya jika kau benar-benar mencintainya.” ucap Kai sembari menepuk bahu Sehun sesaat sebelum ia beranjak pergi.

-o0o-

Seoul Tower
Kini mesin mobil itu telah berhenti di salah satu tempat parkir  itu. Ramai. Tentu saja. Tempat ini tak pernah lenggang dari sepasang muda mudi yang ingin mengikat cintanya di salah satu dari rentetan gembok gembok cintai di sepanjang pagar itu.
Sulit. Sungguh sulit rasanya mencari Ara di tempat seluas ini. Langkah demi langkah kini kaki Luhan telah mendaki anak tangga ini. Matanya terus saja berputar mencari gadisnya’. Entah berapa gadis yang ia sangka adalah Ara, yang notabennya adalah adik angkatnya. Tapi entah karena kerinduan yang mendalam itulah pikirannya mengisyaratkan jika Ara adalah gadisnya’.
Kring…kring…
Ponsel milik Luhan kini bordering. Segera ia merogoh saku kanan celana jeans-nya. Kini satu panggilan masuk dari Ara.
Yeoboseo?” ucap Luhan sembari mengatur nafasnya yang masih saja tersengal-sengal.
Oppa, kenapa kau membiarkanku menunggu? Apa kau tidak akan datang?” ucap Ara di seberang sana.
Sesat mata Luhan kini terkunci pada gadis bertubuh ramping, memakai mantel bulu coklat dan rambut panjangnya yang terurai berdiri di antara gembok gembok cinta itu. Kini kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis. Pun dengan tubuhnya yang masih menegang. Mengamati gerak gerik gadis tersebut.
Oppa! Apa kau tidak mendengarku?” ucap gadis itu di seberang sana yang berhasil membuyarkan lamunan Luhan. Indera pengamatan Luhan masih bertupu pada gadis tersebut. Terlihat pula gadis berperawakan ramping itu menghentakan kakinya pada tanah, sebagai ungkapan kekesalannya. Perlahan Luhan mendekati gadis itu  hingga jarak mereka hanya satu meter
Ne..” ucap Luhan dengan senyum yang masih saja tersungging di kedua sudut bibirnya. Apa kau sudah bosan? Kenapa kau tak bisa lebih bersabar menungguku?” ucap Luhan, lagi.
Emm… ani. Aku hanya ingin secepatnya bertemu denganmu, oppa. Ada yang ingin aku   bi….  Ucapan Ara terhenti, seiiring sambungan telfon itu diputus sepihak oleh Luhan. Hal tersebut membuat Ara kembali berdecak kesal. Namun, kekesalannya berubah menjadi rasa terkejut, ketika sebuah tangan kekar kini melingkar di pinggangnya.
“Aku merindukanmu Zhang Ara.”  tiba tiba kalimat itu merasuk di gendang telinga Ara. Membuat sebuah senyum simpul di kedua sudut bibirnya.
Sepersekian detik kemudian, Ara melepas ikatan tangan Luhan di pinggangnya. Lalu merubah posisinya berhadapan dengan Luhan. Membuat jarak wajah mereka hanya lima cm. Pun dengan perlakuan Ara yang telah berhasil membuat jantung Luhan bekerja tidak normal. Serasa aliran darahnyapun tak henti hentinya mengalir deras.
Sungguh sesuatu yang tak pernah Luhan bayangkan selama ini. Menatap lengkuk wajah Ara sedekat ini.
Apakah ia akan menerima ku menjadi kekasihnya? Apakah hatinya kini telah menjadi milikku?’ kini berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Luhan. Mata mereka pun masih saling bertaut. Seakan mencari titik terdalam yang merekapun juga tak tahu maksudnya.
Oppa, kau bahkan jauh lebih tampan saat aku memandangmu sedekat ini. Kau tahu oppa, aku sangat sangat merindukanmu.” ucap Ara sembari mengulas senyum di bibirnya lalu sedetik kemudian ia memeluk Luhan dengan erat. Sangat erat. Ia menumpahkan segala kerinduan yang ia pendam selama ini pada Luhan.
Luhan kini hanya mematung. Tak ada frasa yang terucap dari mulutnya. Sakit. Tentu hanya rasa sakit  yang semakin lama semakin menghujami hatinya saat ini.
Bodoh! Bodoh kau Xi Luhan! Ara tak mungkin mencintaimu. Ia tak mungkin menjadi milikmu. Hanya ada Sehun di dalam hatinya. Kau harus sadar itu! kini Luhan merutuki kebodohannya. Harapan jika suatu hari nanti Ara akan berpaling mencintainya, bukan Sehun hancur seketika sama seperti hatinya sekarang.
  Ne. Aku juga sangat merindukanmu Ara. Apa kau baik baik saja?” ucap Luhan yang kini masih berada dalam pelukan Ara.
Ne, oppa.” ucap Ara. Ketara sekali sirat kebahagian dalam setiap kalimatnya.
Segera Luhan melepas pelukan Ara dari tubuhnya “Apa kau ingin membeli gulaly? Aku akan mentraktirmu.” ucap Luhan.
Jinja? Ne, oppa.” ucap Ara semangat. Lalu sedetik kemudian ia mengaitkan jemarinya di jemari Luhan.
Mereka berjalan bergandengan menuju kedai sederhana yang berada di seberang tempat ini. Dua gulaly kini telah berada di tangan mereka. Mereka pun berjalan menyusuri area itu, bersama dengan jemari yang masih saja saling bertaut. Menghabiskan setengah hari mereka merupakan salah satu kebiasaan yang selalu mereka lakukan berdua ketika di Shanghai.
Apa kau lelah? Aku akan mengantar mu pulang.” ucap Luhan dengan nada khawatir yang jelas terlihat dari raut wajahnya ketika melihat Ara menghentikan langkahnya dan memegang kaki kanannya.
Ne, oppa. Tapi aku ingin kau menggendongku karena kakiku sangat sakit.” ucap Ara dengan nada manjanya.
Tentu, tanpa Ara memintapun Luhan akan bersedia melakukan semua kemauan Ara. Segera saja Luhan berjongkok agar Ara mudah menaiki punggungnya. Sepersekian detik kemudia Ara sudah berada di atas punggung Luhan. Luhanpun mengendong Ara hingga tempat parkiran lalu mendudukkan Ara di kursi depan. Bersebelahn dengan kursi kemudinya.

-o0o-

Hyun So Ran House
Roda itu kini telah berhenti di depan pekarang rumah yang cukup besar, pun dengan exterior modernnya. Rumah ini begitu asing untuk Luhan.
‘Apakah ini rumah pribadi milik keluarga Zhang? fikir Luhan.
Ckerk…
Suara knop pintu mobil yang terbuka pelan. Perlahan Ara keluar dari mobil itu lalu sedetik kemudian disusul Luhan.
Emm… jaga dirimu baik-baik, ya.  Karena aku tak akan bias terlalu sering mengunjungimu atau berada di sampingmu, untuk selalu menjagamu, seperti dulu.” ucap Luhan serius, dengan kedua tangannya yang menyentuhkedua pundak Ara.
Ne, oppa. Tenang saja ada So Ran eonni yang akan menjagaku disini.” ucap Ara dengan senyum yang masih terulas di kedua sudut bibirnya.
Baiklah aku pergi dulu ..” pamit Luhan sebelum ia memacu mobilnya pergi.
Ara melambaikan tangannya hingga mobil Luhan tak lagi terkunci dari pandangannya. Segera saja ia memasuki pekerangan rumah itu, karena hari telah larut malam.
Ckrek ..
 Ia membuka engsel pintu rumah itu setelah memasukkan beberapa kode yang telah ia hafal di luar kepala, walau baru beberapa jam lalu ia menjejakkan kakinya di rumah tersebut. Ia melepaskan sepatunya lalu meletakkannya di rak sepatu yang berada tak jauh dari pintu utama.
Ting… tong...
Suara bel yang tiba-tiba saja berbunyi manandakan jika akan ada tamu yang berkunjung “Siapa yang  berkunjung  larut malam begini? Apa Luhan oppa kembali?” berbagai bertanyaan kini berkecamuk dalam pikirannya. Lantas Ara pun membuka pintu itu untuk melihat siapa yang bertamu tengah malam seperti ini.
Oppa apa itu dirimu?” ucap Ara sesaat sebelum ia memalingkan wajahnya menatap seseorang yang ia duga itu Luhan.
          “ K…Ka…kau ……?”












To Be Continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^