Posted by : ZA StoryLine
A fanfiction by I_You
Read For:
Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Now | Chapter 5
| Chapter 6(End)
Read For:
Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Now | Chapter 5
| Chapter 6(End)
Editor :
Zi_You
Title :
Baby Don’t Cry| Main Casts: Lu Han (EXO M), Zhang Ara(OC), Oh Sehun (EXO
K)| Other
Casts : Member EXO PLANET, Hyun So Ran(OC), Kristal (fx), Fan Hae Yeon(OC),
Yin In Sul (OC), Yun Zu Ra (OC), Shin Yun (OC) |Genre: Romance ,sad | Duration
: Chapter
Summary :
Apa
yang kau pikirkan!
Kenapa
kau bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa?
****
Happy reading!
.
.
.
.
....2 years later…
South Korea , at 10 :00
pagi
Semilir
angin kini menerpa rambut Ara pelan lewat celah jendela Laborgini ini. Sang pencakar langitpun
kini masih mengitari Seoul membuat desain kota nampak elegant. Klakson tetap saja menguar memenuhi jalanan
membuat polusi suara yang tak ada henti.
Ckrek
…
Suara
knop mobil yang terbuka samar. Gadis
itu—Ara keluar dari sebuah mobil. Dihirupnya udara Seoul yang tak lagi
asing untuknya,
meski hampir sepuluh tahun ia tak menginjakkan kakinya di Seoul, lagi. Ia memejamkan
matanya. Merasakan angin musim
gugur yang kini menerpa kulit putihnya.
“Ara! Kau sudah datang?” ucap
seorang yang gadis cantik berperawakan jangkung dari depan pintu rumah coklat itu. Gadis itu Hyun So
Ran, kakak sepupu Ara. Teriakan itu berhasil
memaksanya membuka mata.
Gadis
itu berlari hingga kini ia berada tepat di depan Ara dan
memeluknya “Aku
sangat merindukanmu. Oh, mari masuk.”
ucapnya sembari mengangkat koper ungu milik Ara dan menjinjingnya dengan susah
payah.
“Makanlah sup ini, aku membuatkannya special untukmu. Tapi sepertinya aku tak
menjamin rasanya,” ucap
gadis itu sembari membawa dua mangkuk sup ayam dan dua gelas teh hangat lalu
meletakkannya di meja makan yang berada tak jauh dari dapur utama. Didudukkannya tubuh
jangkung itu di
pada kursi meja makan itu, lalu sedetik kemudian
disusul oleh Ara.
Aroma
rempah-rempah kini telah
menusuk hidung Ara. Membuat
perutnya semakin menggeliat kelaparan.
Segera ia masukkan sup hangat itu kedalam mulutnya.
“Emmm… Mashita!” ucap Ara, setelah sup itu membasahi kerongkongannya.
“Jinja?”
ucap Han So Ran setengah tak percaya.
Rasa buncahan bahagia itu tak terbendung lagi. Bahkan ini tak seperti yang ia
fikirkan tentang supnya yang ia rasa akan buruk.
“Emm … bagaimana
kuliahmu? Jurusan
apa yang akan kau ambil?” ucap So Ran sembari memasukkan sesendok sup dalam
mulutnya.
“Desain baju. Aku ingin menjadi
perancang busana terkenal nantinya,
eonni.” ucap Ara setelah
menenggak teh
hangat itu sampai setengahnya.
-o0o-
SM Entertaimant Building At 22:00 malam
Kini detakan music masih saja menguar memenuhi
ruang ini. Decitan
sepatu masih saja berbenturan dengan lantai meskipun hampir samar terdengar.
Tut
…seorang lelaki jangkung berkulit coklat itu—Kai
menekan tombol off dari sekian tombol yang melekat pada
perangkat keras tip ini.
Hufft…
hembusan nafas kasar ia hembuskan.
Mencoba mengatur nafasnya
yang kini tak beraturan. Telah
.Tentu hampir lima jam mereka tak
berhenti berlatih menari.
Ruangan
ini masih sama. Tak
pernah lenggang dari keramaian lengkingan suara Baekhyun dan Chanyeol yang
sedari tadi menggoda Kris karena ia sedang jatuh cinta. Sungguh betapa
beruntungnya wanita itu di cintai oleh seorang Wu Yi Fan, lelaki dengan paras
sempurna. Pun suara jepretan dari kamera ponsel Tao
yang sedari tadi asyik ber-selca. Sungguh suasana yang
berbanding terbalik dengan gaya cool
dan manly mereka saat di stage.
Kring…
Kring …
Sebuah
deringan keluar dari handphone Luhan. Segera ia merogoh
kantong kanannya. Satu
panggilan dari Zhang Ara. Ia tersenyum
simpul, hingga akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut.
“Yeoboseyeo.” ucap Luhan dengan nada
kebahagiaan di dalamnya.
“Oppa! Bogosipeoyo
!” ucap Ara manja. Nada bicaranya
masih seperti saat ia berada si sekolah mengengah atas.
Kini
kedua sudut bibir lelaki tampan itu melukiskan sebuah senyuman setelah mendengar ucapan Ara yang
mengisyaratkan kerinduannya yang mendalam pada Ara.
“Jinja?
Begitu tampankah aku, hingga kau benar benar
merindukanku?” ucap Luhan menggoda Ara.
Tentu masih dengan senyum simpulnya yang masih ia sungginggkan.
“Yeah,
kau begitu tampan.” ucap
Ara semangat. Hening sejenak. Hingga
akhirnya suara lembut Ara memecah keheningan keduanya.
“Oppa,
jika kau benar-benar
merindukanku, bisakah kau menemuiku di Seoul Tower sekarang?” ucap Ara dengan nada bahagia didalamnya.
Terkejut. Tentu saja. Seoul Tower? Bagaimana Ara bisa
berada di tempat itu? Berbagai
pertanyaan kini berkecamuk dalam pikirannya
“M…mwo?
Apa yang barusan ka..kau katakan?” ucap Luhan terbata. Kini ia masih berada
dalam kebingungan.
“Oppa, cepatlah kemari. Aku menunggumu.” ucap Ara. Lalu sedetik kemudian ia
memutuskan sambungan telepon itu. Segera
Luhan beranjak dari posisi duduknya ,dan berlari keluar dari ruang latihan itu.
“
Hyung! Kau mau kemana? Kenapa buru-buru sekali?” teriak
Kai sebelum Luhan benar-benar pergi dari ruang
latihan ini. Tapi
nihil. Luhan tetap berlari
keluar dari ruang itu tanpa merespon pertanyaan Kai.
“Apa
ada sesuatu yang terjadi padanya?” Tanya
Suho panik.
“Entahlah. Aku tak tahu, hyung.” ucap Kai setelah menutup pintu ruang latihan itu kembali. Ia lantas mendekati Sehun yang
kini sedang merebahkan tubuhnya di sofa silver yang berada di sudut ruang ini.
“Apa yang terjadi padamu? Kenapa akhir-akhir ini kau
menyendiri? Apa
kau merindukannya?” ucap Kai yang kini telah duduk di samping Sehun.
Sehun
mengacak rambutnya kasar,
lalu bangkit dari posisi tidurnya. “Hyung?
Apakah Ara masih
menungguku setelah apa yang telah aku lakukan padanya?” ucap Sehun sembari
menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.”Bodoh kau, Oh Sehun! Kenapa kau lakukan itu
pada Ara!” umpat Sehun sesaat sebelum Kai mengucapkan frasanya.
“Percayalah, Ara masih
akan menunggumu. Dia
bukan gadis yang akan cepat melupakan cinta pertamanya. Pegang ucapanku. Dan
sekarang kau harus menunjukkan padanya jika kau benar-benar mencintainya.” ucap Kai sembari
menepuk bahu Sehun sesaat sebelum ia beranjak pergi.
-o0o-
Seoul Tower
Kini
mesin mobil itu telah berhenti di salah satu tempat parkir itu.
Ramai. Tentu
saja. Tempat ini tak pernah
lenggang dari sepasang muda mudi yang ingin mengikat cintanya di salah satu dari rentetan gembok gembok
cintai di
sepanjang pagar itu.
Sulit. Sungguh sulit rasanya
mencari Ara di tempat seluas ini.
Langkah demi langkah kini kaki Luhan telah mendaki
anak tangga ini. Matanya
terus saja berputar mencari ‘gadisnya’. Entah berapa gadis yang
ia sangka adalah Ara,
yang notabennya adalah adik angkatnya.
Tapi entah karena kerinduan yang mendalam itulah
pikirannya mengisyaratkan jika Ara adalah ‘gadisnya’.
Kring…kring…
Ponsel
milik Luhan kini bordering. Segera
ia merogoh saku kanan celana jeans-nya.
Kini satu panggilan masuk dari Ara.
“Yeoboseo?”
ucap Luhan sembari mengatur nafasnya yang masih saja tersengal-sengal.
“Oppa, kenapa kau membiarkanku
menunggu? Apa kau tidak akan
datang?” ucap Ara di seberang sana.
Sesat
mata Luhan kini terkunci pada gadis bertubuh ramping, memakai mantel bulu
coklat dan rambut panjangnya yang terurai berdiri di antara gembok gembok cinta
itu. Kini
kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan manis. Pun dengan tubuhnya yang masih menegang. Mengamati gerak gerik gadis
tersebut.
“Oppa!
Apa kau tidak
mendengarku?”
ucap gadis itu di seberang sana yang berhasil membuyarkan lamunan Luhan. Indera pengamatan Luhan masih bertupu pada gadis
tersebut. Terlihat pula gadis berperawakan ramping itu menghentakan kakinya
pada tanah, sebagai ungkapan kekesalannya. Perlahan
Luhan mendekati gadis itu hingga jarak
mereka hanya satu meter
“Ne..” ucap Luhan dengan
senyum yang masih saja tersungging di kedua sudut bibirnya. “Apa kau sudah bosan? Kenapa kau tak bisa
lebih bersabar menungguku?”
ucap Luhan, lagi.
“Emm… ani. Aku hanya ingin secepatnya bertemu denganmu, oppa. Ada yang ingin aku bi….” Ucapan
Ara terhenti, seiiring sambungan telfon itu diputus sepihak oleh Luhan. Hal
tersebut membuat Ara kembali berdecak kesal. Namun, kekesalannya berubah
menjadi rasa terkejut, ketika sebuah tangan kekar
kini melingkar di pinggangnya.
“Aku
merindukanmu Zhang Ara.” tiba tiba kalimat itu merasuk di gendang
telinga Ara. Membuat
sebuah senyum simpul di kedua sudut bibirnya.
Sepersekian
detik kemudian,
Ara melepas ikatan tangan Luhan
di pinggangnya. Lalu
merubah posisinya berhadapan dengan Luhan.
Membuat jarak wajah mereka hanya lima cm. Pun dengan perlakuan Ara yang telah berhasil membuat
jantung Luhan bekerja tidak normal.
Serasa aliran darahnyapun tak henti hentinya mengalir
deras.
Sungguh
sesuatu yang tak pernah Luhan bayangkan selama ini. Menatap lengkuk wajah
Ara sedekat ini.
‘Apakah ia akan menerima
ku menjadi kekasihnya? Apakah
hatinya kini telah menjadi milikku?’ kini berbagai
pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Luhan. Mata mereka pun masih saling bertaut. Seakan mencari titik
terdalam yang merekapun juga tak tahu maksudnya.
“Oppa, kau bahkan jauh lebih
tampan saat aku memandangmu sedekat ini.
Kau tahu oppa, aku sangat sangat
merindukanmu.”
ucap Ara sembari mengulas senyum di bibirnya lalu sedetik kemudian ia memeluk
Luhan dengan erat. Sangat
erat. Ia menumpahkan segala
kerinduan yang ia pendam selama ini pada Luhan.
Luhan
kini hanya mematung. Tak
ada frasa yang terucap dari mulutnya.
Sakit. Tentu
hanya rasa sakit yang semakin lama semakin
menghujami hatinya saat ini.
‘Bodoh! Bodoh kau Xi Luhan! Ara tak mungkin
mencintaimu. Ia
tak mungkin menjadi milikmu. Hanya ada Sehun di dalam hatinya. Kau harus sadar itu!’ kini Luhan merutuki
kebodohannya. Harapan
jika suatu hari nanti Ara akan berpaling mencintainya, bukan Sehun hancur
seketika sama seperti hatinya sekarang.
“Ne. Aku juga sangat
merindukanmu Ara. Apa
kau baik baik saja?” ucap Luhan yang kini masih berada dalam pelukan Ara.
“Ne, oppa.” ucap Ara. Ketara sekali sirat kebahagian dalam
setiap kalimatnya.
Segera
Luhan melepas pelukan Ara dari tubuhnya “Apa
kau ingin membeli gulaly? Aku akan mentraktirmu.” ucap Luhan.
“Jinja? Ne, oppa.” ucap Ara semangat. Lalu sedetik kemudian ia
mengaitkan jemarinya di jemari Luhan.
Mereka
berjalan bergandengan menuju kedai sederhana yang berada di seberang tempat ini. Dua gulaly kini telah
berada di tangan mereka. Mereka
pun berjalan menyusuri area itu, bersama
dengan jemari yang masih saja saling bertaut. Menghabiskan setengah hari mereka merupakan salah satu kebiasaan
yang selalu mereka lakukan berdua ketika di Shanghai.
“Apa kau lelah? Aku akan mengantar mu
pulang.” ucap Luhan dengan nada
khawatir yang jelas terlihat dari raut wajahnya ketika melihat Ara menghentikan
langkahnya dan memegang kaki kanannya.
“Ne, oppa. Tapi aku ingin kau
menggendongku karena kakiku sangat sakit.”
ucap Ara dengan nada manjanya.
Tentu, tanpa Ara memintapun
Luhan akan bersedia melakukan semua kemauan Ara. Segera saja Luhan berjongkok agar Ara
mudah menaiki punggungnya. Sepersekian
detik kemudia Ara sudah berada di atas punggung Luhan. Luhanpun mengendong Ara
hingga tempat parkiran lalu mendudukkan Ara di kursi depan. Bersebelahn dengan kursi
kemudinya.
-o0o-
Hyun So Ran House
Roda
itu kini telah berhenti di depan
pekarang rumah yang cukup besar, pun dengan
exterior modernnya.
Rumah ini begitu asing untuk Luhan.
‘Apakah ini rumah pribadi
milik keluarga Zhang?’ fikir Luhan.
Ckerk…
Suara
knop pintu mobil yang terbuka pelan.
Perlahan Ara keluar dari mobil itu lalu sedetik
kemudian disusul Luhan.
“Emm… jaga dirimu baik-baik, ya. Karena
aku tak akan bias terlalu
sering mengunjungimu atau berada di sampingmu, untuk selalu menjagamu, seperti dulu.” ucap Luhan serius, dengan kedua tangannya yang menyentuhkedua pundak Ara.
“Ne, oppa. Tenang saja ada So Ran eonni yang akan menjagaku disini.” ucap Ara dengan senyum
yang masih terulas di kedua sudut bibirnya.
“Baiklah aku pergi dulu
..” pamit Luhan sebelum ia memacu mobilnya pergi.
Ara
melambaikan tangannya hingga
mobil Luhan tak lagi terkunci dari pandangannya. Segera saja ia memasuki pekerangan rumah
itu, karena hari telah larut malam.
Ckrek
..
Ia membuka engsel pintu rumah itu setelah
memasukkan beberapa kode yang telah ia
hafal di luar kepala, walau baru beberapa jam lalu ia menjejakkan kakinya di
rumah tersebut. Ia melepaskan sepatunya lalu
meletakkannya di rak sepatu yang berada tak jauh dari pintu utama.
Ting…
tong...
Suara
bel yang tiba-tiba
saja berbunyi manandakan jika akan ada tamu yang berkunjung “Siapa yang berkunjung larut malam begini? Apa Luhan oppa kembali?” berbagai bertanyaan
kini berkecamuk dalam pikirannya.
Lantas Ara
pun membuka pintu itu untuk melihat siapa yang bertamu
tengah malam seperti ini.
“Oppa
apa itu dirimu?” ucap Ara sesaat sebelum ia memalingkan wajahnya menatap
seseorang yang ia duga itu Luhan.
“ K…Ka…kau ……?”
To
Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^