Kamis, 30 Januari 2014

Gone 5 | What Is Love

Maaf karena keterlambatan kami untuk mengepost fanfic selanjutnya.


WHAT IS LOVE

A fanfiction by Zi_You
Title : What Is Love |Cast : Lee Taemin (SHINee)and You|Genre : Fluff, Romance| Duration : Ficlet| Rating : PG-15

Summary:
“Saat ini, aku bingung tentang dirimu dan bahkan melebihi diriku sendiri, apakah kita teman atau kencan”      
   
***


Sempurna itu..
Satu kata penuh emosi. Saat mata tak mampu lagi melihat objek lain. Hanya terkunci pada satu arah pandang. Lelaki itu. Lelaki tampan berambut hitam. Saat denyut nadi, kembali pada 17tahun, ketika melihat senyum manis sama, tentu bukan objek yang sama. Senyum simpul manis, walau tanpa lesung pipi. Saat mulut, hanya mampu berkata :
“Sempurna.” Walau pandangan mata masih terkunci. Walau mungkin setengah kesadaranku untuknya.
“Benar-benar sempurna untuk menyempurnakanku.” Saat frasa tak mampu ku kendalikan, saat itu pula hanya khayalan tinggi yang terfikirkan.
“Dia. Lee Taemin. Dia hanya akan memilih gadis yang mencintainya bukan karena melihat kesempurnaan fisiknya. Namun, dia memilih gadis yang juga mencintai kekurangannya, untuk lebih menyempurnakannya.” Gadis ini tak kalah tenganganya dariku. Sorot matanya, hanya tertuju pada lelaki itu. Lelaki tampan berambut hitam. Namun, tak ada kata ‘sempurna’ yang terucap. Bahkan raut wajahnya terlihat tak menunjukkan ketertarikan.
Sempurna itu..
Tentu bukan milikku. Bukan juga milik mereka yang mengaku sempurna pada pantulan bayangan mereka. Tapi, disini. Di jarak yang terdekat dengannya, aku seperti merasa sempurna. Di jarak yang terdekat dengannya ini, aku merasa hilang kendali, juga kehilangan frasaku. Hanya kata ‘sempurna’ yang terlintas dalam fikiranku.
Taemin?” Raut bosannya berubah. Seperti terkejut melihat kehadiranku.sorot mataku memastikan hanya asa kita berdua disini. Di tempat sepi tang tak semua orang tahu, dia menungguku.
“Kau.. menungguku?” Ragu. Sudah pasti frasa itu yang terlintas dalam fikiranku. Bagaimana tidak? Dia—Lee Taemin, membiarkan waktu bosan menungguku.
“Yeah, seperti yang kau lihat. Bagaimana bisa aku pulang meninggalkan Noona dalam kelas yang semua temanmu telah kembali pada apartemen mereka. Kau takut sendiri, bukan?” Telunjuknya yang berhimpitan dengan ibu jarinya menggetarkan hatiku, saat mulai menyentuh pipi kananku. Entah, ini perasaan wajar atau tidak.
Sempurna itu….
Saat sang waktu selalu bersamaku, jugaTaemin. Tak menunjukkan bosan, meski gulita malam telah pekat. Tak akan berhenti, walau mungkin hari esok tak aka nada pertemuanku dengan Taemin. Tak peduli angin musim gugur penghujung July yang kian menusuk kulit. Dia masih disini. Di jarak yang terdekat denganku. Di pangkuanku, yang ia jadikan tumpuan kepalanya. Dengan mata lelahnya, yang terlihat damai saat kelopak matanya tertutup sesaat.
“Aku lelah, Noona.” Suara letihnya terdengar memilukan.
“Kim Songsaenim memberimu tugas yang memberatkanmu?” kelopak matanya yang letih terbuka. Ditariknya nafas dalam satu hembusan. Seperti akan membagi perasaannya padaku.
Aniyo. Bukan itu. Aku lelah jika hubunganku dengannya hanya pada batas yang mungkin tak akan berubah. Aku tak sanggup jika ia mempermainkan perasaanku. Memutuskanku secara sepihak, lalu memintaku kembali padanya. Ini sulit.” Kepalnya tertunduk sesaat, lalu mata lelah itu kembali menatapku. Seperti sedang membaca kebenaran pada sorot matanya. Ditariknya nafas dalam satu hembusan, lagi.
“Aku ingin menjaganya. Namun, jika ia memperlakukanku seperti ini, lagi. Mungkin ada saatnya dimana aku jenuh padanya.” Sorot mata hitamnya penuh keyakinan, saat frasa terakhirnya terucap olehnya.
Seperti menahan perasaan yang entah mengapa tiba-tiba membuncah, saat mata hitam itu berbicara. Saat mata hitam itu mengatakan ‘Aku ingin keluar dari lingkar cinta yang kadang menyakitkan ini’. Seperti mata hitam itu membuatku juga merasakan luka hatinya. Yang sakit. Yang hancur. Juga rapuh. Tak mungkin ini hanya sekedar iba. Mungkin lebih. Ah, perasaan apa ini?
Sempurna itu…
Saat dua gelas bubble tea membuat jarak diantara kami semakin dekat. Saat ia tahu, matahari musim panas, tak akan terasa dengan  satu gelas bubble tea yang mendinginkan suhu tubuh. Saat ia tahu, musim panas akan lebih sempurna saat dua gelas bubble tea menenaniku, juga menemaninya.
“Untukku?” Kadang, saat jarak diantara kita berada pada jarak terdekat seperti sekarang, saat itu pula fikiranku mulai liar. Seperti merasa bahwa aku gadisnya.
“Untuk siapa lagi, jika bukan untuk , Noona?” Atau kadang, pernah terfikir olehku senyum manis itu milikku. Walau ku tahu, aku tak mungkin memiliki senyum manis itu. Ada seseorang dalam hatinya. Atau bahkan pernah terfikir olehku dia seolah tak bias memantapkan hatinya, memilih gadis yang menjadi satu-satunya dalam hatinya. Bahkan terfikir olehku, aku satu dari gadis itu, yang menjadi dua gadis dalam hatinya. Perhatiannya tak bias dikatakan sebagai saudara laki-laki kepada saudara perempuannya. Mungkin, jika aku tahu isi hatinya, fikiran liar itu tak akan berkecambuk dalam hatiku.
Bahkan saat ia memperkecil jarak antara jemariku dengannya, saat itu pula ada tatapan penuh tanya dari sepasang mata lain. Disaat seperti inilah hatiku mulai berdesir, lagi.
Noona..” Saat suaranya ingin menunjukkan keseriusannya, saat inilah ku fikir dia akan menjelaskan isi hatinya.
Nde.
“Selama ini, kau anggap aku sebagai apamu?” Ini sulit. Fikiran liar itu, mulai berkecambuk, lagi. Mungkin, saat mulut tak bias terkontrol, akan terucap ‘lelakiku’. Namun, tidak. Mulut akan lebih bisa terkontrol, daripada fikiran liar itu.
You just like my young brother.” Namun, ketika mulut sanggup terkontrol, langkahnya terhenti. Senyum manis itu terlihat menudar. Mungkinkah ada satu kataku yang memudarkan senyumnya?  Ketika langkahnya kembali sejajar dengan ku, ada kata yang tak sanggup menggerakkan kakiku. Kata lirih yang hanya terdengar samar.
I like you.
Namun, kata sempurna tak akan menjadi kata sempurnya yang terucap untuknya, lagi. Saat dia berada pada jarak terdekat dengan gadis lain. Saat ia hanya menunjukkan kesempurnaan senyumnya bukan di depanu, lagi. Saat ia hanya memperkecil jarak jemarinya dengan gadis itu. Gadis yang menjadi satu-satunya gadis di hatinya.
“Ternyata dia bukan untukku. Ada seseorang lain dalam hati Taemin.” Sorot mata lain, ternyata mengikuti arah pandangku. Gadis ini tak kalah kecewanya dariku. Gadis yang ku kira terikat hubungan dengan Taemin, namun ternyata tidak.
Saat hati merasakan hal lain, ketika arah pangangku tertuju untuknya, saat itu pula ada pertanyaan yang berkecambuk dalam fikiranku.
‘Mengapa ada perasaan lain, saat aku bersamanya?’
Bukan. Ini bukan hanya sekedar perasanku untuk dia, sekalipun dia bukan saudara sedarah denganku. Tapi, perasaan ini melebihi ketika aku menganggapnya sebagai adik laki-lakiku.
‘Mengapa dia pergi, ketika perasaanku kepadanya melebihi anggapanku terhadapnya sebagai saudara laki-laki?’
Saat dia memperlakukanku, seolah aku untuknya, saat itulah aku tak mengaggapnya saudara laki-lakiku. Tapi, ku pandang dia seperti lelakiku. Saat itu pula ada rasa yang tak bias ku tafsirkan.
‘Mengapa dia membiarkanku menafsirkan perasaan ini sendiri?’
Seperti daun maple yang terlepas dari dahannya. Terkatung-katung di udara tanpa arah. Itulah aku.
Namun, diantara pertanyaan-pertanyaan yang berkecambuk dalam benakku. Satu pertanyaan yang harus ku miliki jawabannya. Satu pertanyaan yang harus ku ungkap lewat kebenaran hatiku.
‘Apakah aku mencintainya sebagai seorang lelaki?’
Ya. Harus ada satu jawaban pasti. ‘Ya’ atau ‘Tidak’. Bukan jawaban analisis panjang lebar lain, namun cukup satu kata untuk mengetahui isi hatiku yang sebenarnya.Tapi itu tak mudah.
Mungkin dia akan menjadi lelaki yang ku tunggu. Atau, jika aku boleh berharap, suatu saat nanti dia akan datang padaku bukan dengan panggilan ‘Noona’, tapi datang sebagai seorang lelaki.

-END-

A/N:
Oke, maafkan ke-gajean- saya. Ff ini banyak kurangnya. Dan sengaja saya gantungkan ceritanya, karena mungkin ada diantara kalian yang mengalaminya/termasuk saya/ . Haha. Oke see you next fanfiction.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^