WHAT IS LOVE
A fanfiction by Zi_You
Title
: What Is
Love |Cast
: Lee Taemin (SHINee)and You|Genre : Fluff, Romance| Duration : Ficlet|
Rating : PG-15
Summary:
“Saat
ini, aku bingung tentang dirimu dan bahkan melebihi diriku sendiri, apakah kita
teman atau kencan”
***
Sempurna
itu..
Satu
kata penuh emosi. Saat mata tak mampu lagi melihat objek lain. Hanya terkunci
pada satu arah pandang. Lelaki itu. Lelaki tampan berambut hitam. Saat denyut
nadi, kembali pada 17tahun, ketika melihat senyum manis sama, tentu bukan objek
yang sama. Senyum simpul manis, walau tanpa lesung pipi. Saat mulut, hanya
mampu berkata :
“Sempurna.”
Walau pandangan
mata masih terkunci. Walau mungkin setengah kesadaranku untuknya.
“Benar-benar
sempurna untuk menyempurnakanku.” Saat frasa tak mampu ku kendalikan, saat itu
pula hanya khayalan tinggi yang terfikirkan.
“Dia.
Lee Taemin. Dia hanya akan memilih gadis yang mencintainya bukan karena melihat
kesempurnaan fisiknya. Namun, dia memilih gadis yang juga mencintai
kekurangannya, untuk lebih menyempurnakannya.” Gadis ini tak kalah tenganganya
dariku. Sorot matanya, hanya tertuju pada lelaki itu. Lelaki tampan berambut
hitam. Namun, tak ada kata ‘sempurna’ yang terucap. Bahkan raut wajahnya
terlihat tak menunjukkan ketertarikan.
Sempurna
itu..
Tentu
bukan milikku. Bukan juga milik mereka yang mengaku sempurna pada pantulan
bayangan mereka. Tapi, disini. Di jarak yang terdekat dengannya, aku seperti
merasa sempurna. Di jarak yang terdekat dengannya ini, aku merasa hilang
kendali, juga kehilangan frasaku. Hanya kata ‘sempurna’ yang terlintas dalam
fikiranku.
“Taemin?” Raut bosannya
berubah. Seperti terkejut melihat kehadiranku.sorot mataku memastikan hanya asa
kita berdua disini. Di tempat sepi tang tak semua orang tahu, dia menungguku.
“Kau..
menungguku?” Ragu. Sudah pasti frasa itu yang terlintas dalam fikiranku.
Bagaimana tidak? Dia—Lee Taemin, membiarkan waktu bosan menungguku.
“Yeah,
seperti yang kau lihat. Bagaimana bisa
aku pulang meninggalkan Noona dalam
kelas yang semua temanmu telah kembali pada apartemen mereka. Kau takut
sendiri, bukan?” Telunjuknya yang berhimpitan dengan ibu jarinya menggetarkan
hatiku, saat mulai menyentuh pipi kananku. Entah, ini perasaan wajar atau
tidak.
Sempurna
itu….
Saat
sang waktu selalu bersamaku, jugaTaemin.
Tak menunjukkan bosan, meski gulita malam telah pekat. Tak akan berhenti, walau
mungkin hari esok tak aka nada pertemuanku dengan Taemin. Tak peduli angin
musim gugur penghujung July yang kian menusuk kulit. Dia masih disini. Di jarak
yang terdekat denganku. Di pangkuanku, yang ia jadikan tumpuan kepalanya.
Dengan mata lelahnya, yang terlihat damai saat kelopak matanya tertutup sesaat.
“Aku
lelah, Noona.” Suara letihnya
terdengar memilukan.
“Kim
Songsaenim memberimu tugas yang
memberatkanmu?” kelopak matanya yang letih terbuka. Ditariknya nafas dalam satu
hembusan. Seperti akan membagi perasaannya padaku.
“Aniyo. Bukan itu. Aku lelah jika
hubunganku dengannya hanya pada batas yang mungkin tak akan berubah. Aku tak
sanggup jika ia mempermainkan perasaanku. Memutuskanku secara sepihak, lalu
memintaku kembali padanya. Ini sulit.” Kepalnya tertunduk sesaat, lalu mata
lelah itu kembali menatapku. Seperti sedang membaca kebenaran pada sorot
matanya. Ditariknya nafas dalam satu hembusan, lagi.
“Aku
ingin menjaganya. Namun, jika ia memperlakukanku seperti ini, lagi. Mungkin ada
saatnya dimana aku jenuh padanya.” Sorot mata hitamnya penuh keyakinan, saat
frasa terakhirnya terucap olehnya.
Seperti
menahan perasaan yang entah mengapa tiba-tiba membuncah, saat mata hitam itu
berbicara. Saat mata hitam itu mengatakan ‘Aku ingin keluar dari lingkar cinta
yang kadang menyakitkan ini’. Seperti mata hitam itu membuatku juga merasakan
luka hatinya. Yang sakit. Yang hancur. Juga rapuh. Tak mungkin ini hanya sekedar
iba. Mungkin lebih. Ah, perasaan apa ini?
Sempurna
itu…
Saat
dua gelas bubble tea membuat jarak
diantara kami semakin dekat. Saat ia tahu, matahari musim panas, tak akan
terasa dengan satu gelas bubble tea yang
mendinginkan suhu tubuh. Saat ia tahu, musim panas akan lebih sempurna saat dua gelas bubble tea
menenaniku, juga menemaninya.
“Untukku?”
Kadang, saat jarak diantara kita berada pada jarak terdekat seperti sekarang,
saat itu pula fikiranku mulai liar. Seperti merasa bahwa aku gadisnya.
“Untuk
siapa lagi, jika bukan untuk , Noona?”
Atau kadang, pernah terfikir olehku senyum manis itu milikku. Walau ku tahu,
aku tak mungkin memiliki senyum manis itu. Ada seseorang dalam hatinya. Atau
bahkan pernah terfikir olehku dia seolah tak bias memantapkan hatinya, memilih
gadis yang menjadi satu-satunya dalam hatinya. Bahkan terfikir olehku, aku satu
dari gadis itu, yang menjadi dua gadis dalam hatinya. Perhatiannya tak bias
dikatakan sebagai saudara laki-laki kepada saudara perempuannya. Mungkin, jika
aku tahu isi hatinya, fikiran liar itu tak akan berkecambuk dalam hatiku.
Bahkan
saat ia memperkecil jarak antara jemariku dengannya, saat itu pula ada tatapan
penuh tanya dari sepasang mata lain. Disaat seperti inilah hatiku mulai
berdesir, lagi.
“Noona..” Saat suaranya ingin menunjukkan
keseriusannya, saat inilah ku fikir dia akan menjelaskan isi hatinya.
“Nde.”
“Selama
ini, kau anggap aku sebagai apamu?” Ini sulit. Fikiran liar itu, mulai
berkecambuk, lagi. Mungkin, saat mulut tak bias terkontrol, akan terucap ‘lelakiku’.
Namun, tidak. Mulut akan lebih bisa terkontrol, daripada fikiran liar itu.
“You just like my young brother.” Namun,
ketika mulut sanggup terkontrol, langkahnya terhenti. Senyum manis itu terlihat
menudar. Mungkinkah ada satu kataku yang memudarkan senyumnya? Ketika langkahnya kembali sejajar dengan ku,
ada kata yang tak sanggup menggerakkan kakiku. Kata lirih yang hanya terdengar
samar.
“I like you.”
Namun,
kata sempurna tak akan menjadi kata sempurnya yang terucap untuknya, lagi. Saat
dia berada pada jarak terdekat dengan gadis lain. Saat ia hanya menunjukkan
kesempurnaan senyumnya bukan di depanu, lagi. Saat ia hanya memperkecil jarak
jemarinya dengan gadis itu. Gadis yang menjadi satu-satunya gadis di hatinya.
“Ternyata
dia bukan untukku. Ada seseorang lain dalam hati Taemin.” Sorot mata lain, ternyata mengikuti
arah pandangku. Gadis ini tak kalah kecewanya dariku. Gadis yang ku kira
terikat hubungan dengan Taemin,
namun ternyata tidak.
Saat
hati merasakan hal lain, ketika arah pangangku tertuju untuknya, saat itu pula
ada pertanyaan yang berkecambuk dalam fikiranku.
‘Mengapa
ada perasaan lain, saat aku bersamanya?’
Bukan.
Ini bukan hanya sekedar perasanku untuk dia, sekalipun dia bukan saudara
sedarah denganku. Tapi, perasaan ini melebihi ketika aku menganggapnya sebagai
adik laki-lakiku.
‘Mengapa
dia pergi, ketika perasaanku kepadanya melebihi anggapanku terhadapnya sebagai
saudara laki-laki?’
Saat
dia memperlakukanku, seolah aku untuknya, saat itulah aku tak mengaggapnya
saudara laki-lakiku. Tapi, ku pandang dia seperti lelakiku. Saat itu pula ada
rasa yang tak bias ku tafsirkan.
‘Mengapa
dia membiarkanku menafsirkan perasaan ini sendiri?’
Seperti
daun maple yang terlepas dari dahannya. Terkatung-katung di udara tanpa arah.
Itulah aku.
Namun,
diantara pertanyaan-pertanyaan yang berkecambuk dalam benakku. Satu pertanyaan
yang harus ku miliki jawabannya. Satu pertanyaan yang harus ku ungkap lewat
kebenaran hatiku.
‘Apakah
aku mencintainya sebagai seorang lelaki?’
Ya.
Harus ada satu jawaban pasti. ‘Ya’ atau ‘Tidak’. Bukan jawaban analisis panjang
lebar lain, namun cukup satu kata untuk mengetahui isi hatiku yang
sebenarnya.Tapi itu tak mudah.
Mungkin
dia akan menjadi lelaki yang ku tunggu. Atau, jika aku boleh berharap, suatu
saat nanti dia akan datang padaku bukan dengan panggilan ‘Noona’, tapi datang sebagai seorang lelaki.
-END-
A/N:
Oke, maafkan ke-gajean- saya.
Ff ini banyak kurangnya. Dan sengaja saya gantungkan ceritanya, karena mungkin
ada diantara kalian yang mengalaminya/termasuk saya/ . Haha. Oke see you next
fanfiction.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^