Rabu, 22 Januari 2014

Gone (4-4) | So Goodbye



SO GOOD  BYE

A fanficton by : I_You
Editor : Zi_You

Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3


Title: SO GOOD BYE | Main Cast :  Wu Yi Fan /Kris (EXO M), Tiffany Hwang (SNSD) |Other Casts: Kim Jongin/Kai (EXO K), Jia(Miss A), Tao (EXO M), Chen (EXO M), Lay (EXO M), Choi Siwon (Super Junior) | Duration: chapter | Genre : Romance ,Marrige live,Action,Sad,AU

Summary :
Don’t leave me baby
Why?
Because you are mine

*******
 
Oke, bagi kalian yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya, silahkan dibaca.
Happy reading!
.
.
Tiffany POV
Preview :
Ku sesap kopi itu terburu-buru. Ah .. panas. Aku mencoba mencari tissue, tiba-tiba saja ada seorang lelaki muda telah berdiri di depanku dan  menyodorkan sapu tangannya.
 “Kau…”
Part 4
Ku lihat di depanku berdiri seorang lelaki yang mungkin usianya hanya selisih 2 atau 3 tahun dariku. Ku amati lekuk wajahnya, yang seperti tidak asing bagiku. Ya, dia seseorang dalam masa laluku. Wajahnya masih sama. Tampan, dan terlihat manis saat ia menunjukkan lesung pipinya. Hanya ia kini tumbuh layaknya pria dewasa.
“ Siwon? Ke..ke..kenapa kau bisa ada disini ?” Kegugupan itu masih saja terlihat. Namun, bukan yang menunjukkan rasa sayang yang tertinggal. Tapi, kehadirannya yang secara tiba-tiba.
“Aku mengikutimu. Apa kabar  Tiffany ?” Ia tersenyum manis. Sangat manis dengan lesng pipinya, bagiku. Ia lalu menarik kursi di hadapanku, lantas mendudukkan dirinya.
“He? Baik ..”
“Sudah lama kita tidak bertemu sejak kita berpisah. Apa kau bahagia dengan pernikahanmu?”
“Tentu”
“Maaf, aku tidak bisa datang ke pernikahanmu karena… aku masih mencintaimu sampai saat ini.
Aku tersedak dengan minuman ku sendiri. Ku turunkan kopi ku, lalu ku beranikan menatapnya. Tidakkah aku salah mendengar apa yang ia ucapkan? Ataukah alam sadarku belum kembali, semenjak ia hadir secara tiba-tiba di hadapanku?
“Kau baik-baik saja? Minumlah ini.” Ia menyondorkan minumnan kepadaku. Kentara sekali raut wajahnya yang menunjukkan kepanikan.
“Terima kasih” ucapku, seraya memamerkan seuntai senyum manisku,untuknya.
Emmm… maaf  Siwon aku ..aku harus pergi sekarang, ini sudah larut malam.
Kupercepat langkahku meninggalkan Siwon yang masih duduk di meja ku untuk  bergegas pulang, tapi tiba tiba tangan kekar miliknya memegang tangan kiriku dan berhasil menghentikan langkahku “aku akan mengantarkanmu pulang , tak seharusnya suamimu meninggalkanmdi tepi jalan seperti tadi “ ucapnya seraya mengagandeng tanganku menuju mobilnya .
.Ah, akhirnya sampai rumah juga.” Gomawo Siwon “ ucap ku sebelum ia berlalu pergi “jaga dirimu baik baik , aku harap jika suatu hari nanti kita bertemu kau memperkenalkan putramu padaku, sampai jumpa “ ucapnya dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya  lalu beberapa detik kemudian mobilnya mulai melaju . Ku lihat mobil Kris telah terparkir pada posisinya. Kris , mati kau ditanganku sekarang. Tanganku mengepal. Nafasku memburu, setiap ku ingat perlakuan Kris yang terjadi tadi. Ku buka pintu itu dengan keras. Ku lihat Kris sedang duduk  santai di sofa silver dan minum kopi panas.
“Apa kau sudah gila? Kau menurunkan aku di tengah jalan dan membiarkan ku sendirian jalan kaki! Kau tidak punya perasaan, Kris! Aku benci padamu!”  ucapku. Amarah masih menguasai diriku.
“Jika aku tak meninggalkan mu kau tak akan pulang dengan mantan kekasihmu” ucapnya  santai
“ Ya kau benar, jika kau tak menurunkanku aku tak akan bertemu dengannya lagi ,dan andai saja aku tak menikah denganmu , mungkin aku telah hidup bahagia dengannya “ ucapku dengan nada tinggi .Kris beranjak dari sofa dengan tatapan serius lalu menarik tanganku dan mendaratkan sebuah kecupan dibibirku , kecupan tulus dan lembut seperti yang aku rasakan saat ia menciumku di altar dulu .” ini alasanku menikahimu “ ucapnya setelah mendaratkan kecupan itu  lalu menatapku  intens dan  beberapa detik kemudian ia melenggang pergi dari hadapanku  .
Sejenak aku terdiam mematung ,  kenapa terasa sangat sakit setalah kau pergi ,Apa kau mencintaiku , dan apa aku juga mulai mencintaimu ?, berbagai pertanyaan memutar dalam pikiranku . Ku langkahkan kakiku menaiki anak tangga ini menuju kamarku .
 Ku rebahkan badanku di ranjang big size ini ku pejamkan mataku sejenak untuk menenangkan pikiranku dan meredakan emosiku lalu ku buka mata sipitku perlahan . tiba tiba   kulihat sebuah kotak kecil berwarna pink berbentuk  persegi panjang  tergeletak di atas bantal ranjang kami . Ku buka kotak itu perlahan. Seketika mata ku terbelalak, ketika melihat isinya. Haruskah aku berteriak sekarang? Aaaaaa….. tiket konser SM Town ….  Dari siapa ya? Atau jangan-jangan Kris? Ku ambil ponselku  yang sedari tadi berada di dalam tas. Ku tekan tombol nomer 1 untuk menelpon Kris .
Terdengar nada sambung ….
Yeoboseo, Kris”
“Hemm” Terdengar suara bass Kris, yang tiada satu frasa terucap. Namun, aku tahu dia mendengarku.
Gomawo
“Apa kau senang?”
Ne..”Ku anggukkan kepalaku, walau ku sadar kris tak mungkin melihat. Terdengar nada gembira dalam ucapanku.
“ e..e Kris mianhae atas perka….”
Tut …tut…  tut….huff menyebalkan … kenapa di selalu menutup telepon sebelum aku selesai bicara?
*****
Tring …tring , jam beker menunjukkan pukul 06:00 pagi. Ku buka tirai  jendela untuk melihat matahari pagi. Sepertinya semalam dia tidak pulang lagi apa dia masih tersinggung dengan ucapaku semalam.
Pandangan mataku menelusuri ruangan ini. Kenapa ruangan ini sangat membosankan? Hanya ada tiga warna, coklat , silver dan hitam. Mungkin sedikit polesan saja akan terlihat menarik. Ku ubah warna dinding dengan wallpaper pink saja. Aku tak peduli jika Kris marah padaku, karena ruangannya ku ubah.
Ketika aku sedang asyik dengan kegiatan baruku, tak sengaja badanku menyentuh dinding. Tiba-tiba dinding ini berputar. Ruangan apa ini? Aku tidak tahu ada ruangan sebesar ini disini? Pistol? Kenapa banyak sekali pistol disini? Dan kenapa dia  mengkoleksi fotoku  sebanyak ini? Wu Yi Fan , siapa kau sebernarnya? Tiba-tiba badanku  terasa lemas. Ku percepat  langkahku  pergi dari ruanagan ini. Aku masih terkejut dengan apa yang aku lihat. Fikiran ku  berputar  mencari   apa yang sebenarnya terjadi dan  siapa sebenarnya lelaki yang telah hampir satu tahun  menjadi  suamiku .
Ting…tong ..terdengar suara bell rumah berbunyi
“Ya sebentar”Ku buka pintu dan kudapati  sesosok wanita cantik, berambut panjang berwarna  orange ,dengan kulitnya yang  putih bersih. Tengah tersenyum manis padaku.
Annyeong haseyo, Jia imnida” Wanita cantik itu memperkenalkan diri, seraya membungkukkan badannya. Penghormatan ala warga Korea, yang masih dipegang teguh.
Annyong haseyo Tiffany imnida. Maaf nona siapa?” Iris mataku menyisir penampilan wanita cantik di depanku ini. Seperti nampak asing di mataku.
“Ah  iya, aku teman Kris. Boleh aku masuk ?” Aku hampir lupa, jika kami masih berada dalam apitan pintu coklat. Iya masih saja tersenyum manis, di akhir frasanya. Kini, ia berjalan mengikutiku.
“Oh tentu. Duduklah.
“Emmm… ini , sebenarnya aku hanya ingin memberikan ini dari Kris untukmu. Bukalah”  Ia lalu menyodorkan kotak berwarna pink yang sedari tadi berada di tasnya, pada ku.
“Pakailah. Dia memilihkan itu untukmu. Oh ya, cepat ganti baju mu, dan pakailah gaun  itu. Dia menunggumu. Aku hanya mengernyitkan dahiku. Bahkan kedua alis coklatku hampir saja bertemu. Aku masih saja mencerna ucapan Jia beberapa detik lalu. Namun, sepersekian detik aku menyerah mencari jawabannya.
Aku beranjak dari sofa dan pergi menuju kamar untuk ganti baju dan make up. Lalu, ku  perlambat langkahku menuruni anak tangga. Ku lihat Jia sedang asyik melihat setiap sudut ruangan. Sepertinya dia sering datang kemari.
Tiffany, ayo ikut aku.” Jia menarik tanganku dan memasukkanku ke mobilnya. Aku mulai membuka percakapan diantara kami.
“Sejak kapan kau berteman dengan Kris ?” Kini aku duduk di bangku sebelahnya. Sementara ia kini terlihat serius dengan objek di depannya, namun sesekali ia memalingkan wajahnya kepadaku.
“Sejak kami di Kanada.Percakapan itu, terus saja berlanjut. Sampai aku tidak sadar kalau  kami sampai pada sebuah pelabuhan.
“Jia, dimana Kris? Kenapa kau membawaku kemari?”
“Di sana.”ucapnya. Telunjuknya menunjuk sesuatu. Kini pandangan ku mengikuti arah  telunjuknya dan kulihat sebuah kapal pesiar mewah. Ku pertajam penglihatanku. Kris? Kenapa dia ada disana? Apa mungkin kapal ini miliknya? Ah, bodoh kenapa aku sebagai istrinya  tidak tahu apa-apa tentang dia.
“Naiklah dia telah terlalu lama menunggu. Ucapannya membuyarkan pandanganku yang beberapa menit tadi hanya tertuju pada kapal pesiar di hadapanku. Reflek, ku tolehkan kepalaku. Dan kini arah pandang mataku, tertuju padanya.
“Kau bagaimana? Apa kau tidak ikut dengan kami? ”
“Jangan khawatirkan aku. Sampai jumpa” Ia melemparkan senyum manis kepadaku dan memelukku. Ku langkahkan kakiku menuju kapal pesiar tersebut. Ku tolehkan kepalaku, ku dapati  Jia melambaikan tangan kanannya padaku.
Dan disana lelaki itu berada. Kris berdiri  dan mengulurkan tangannya padaku. Aku menaiki anak itu satu persatu dan ku raih tangan Kris.
“Wah, kapal pesiar ini indah sekali.” Ku edarkan pandanganku pada kapal pesiar yang bisa dibilang sangat besar. Aku dibuat takjub olehnya. Terlebih senyum manis Kris yang ia sungginggkan untukku.
“Hem. Apa kau senang ?”
“Ne…Ada nada kegembiraan dalam ucapan ku. Juga hatikku yang juga membuncah bahagia.
Dalam hitungan detik kapal ini akan berlayar. Lagi, ku edarkan pandanganku pada hamparan biru laut. Terlihat jelas olehku, deburan ombak yang memburu. Angin musim semi yang kini mulai menerbangkan anak rambutku. Dan, oh, lihatlah. Sepasang limba-lumba abu-abu yang dengan anggunnya terlihat mendekatiku.
“Kris. Lihatlah ada dolphin..” Telunjukku mengarah pada sepasang lumba-lumba abu-abu itu. Mengisaratkan Kris untuk sekedar melihat, walau sekilas. Namun, Kris seperti acuh padaku, juga sepasang lumba-lumba itu.
Kampungan!” ucapnya. Kris kemudian berlalu pergi sambil menenggak orange jusnya yang berada pada tangan kanannya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……..” Pekikku. Sepertinya usahaku untuk melihat dolphin lebih dekat adalah kesalah besar. Hampir saja aku terjatuh, jika saja tak ada sebuah tangan kekar yang menahan tubuhku.
“Kenapa tidak sakit ?” Ku buka mataku perlahan, setelah beberapa menit lalu kelopak mataku tertutup, juga hembusan napasku yang ku hembuskan bersamaan dengan terbukanya kelopak mataku. Ku lihat Kris sedang memeluk ku.
“Apa kau sudah gila! Hampir saja kau mati dasar ceroboh !” Kini terlihat jelas raut wajah Kris, yang sepertinya menahan amarahtetapi tersimpan rasa kekhawatiran besar  jika aku terluka .
Mianhae ..Kris aku tidak sengaja terpeleset. Aku hanya ingin melihat dolphine” ucapku, seraya menundukan kepalaku. Menghindari tatapan tajam Kris.
“ Lebih baik kau bunuh aku dari pada kau lakukan hal bodoh  itu!
*****
Langit semakin kelam. Namun, kerlip bintang yang bertaburan pada gulita malam membuat langit kelam ini terlihat indah. Bahkan angin malam yang terasa seperti angin musim dingin oun, tak mengurungkan niatku untuk melihat indahnya kerlip bintang, dari sini. Di kapal pesiar ini.
“Apa yang kau lakukan?” Pertanyaan itu mengagetkan ku. Ketika aku masih saja dengan asiknya memandang gulita malam, dengan telunjukku yang terarah pada langit malam.
“Menghitung bintang.” ucapku santai
“Bodoh!” Ia masih saja sama, ketika pertama kali mengenalnya. Memandangku dengan tatapan yang terkesan dingin, terkadang juga menatapku tajam. Juga ucapannya yang terkadang meremehkanku. Dan terkadang hal kecil yang membuatnya berkata ‘bodoh’ atau bahkan semacamnya.
“Hei! Kenapa kau selalu menghinaku, seolah aku selalu salah dimatamu!”Rahangku mengeras, ketika dia selalu memanggilku dengan sebutan tersebut. Apa tidak ada panggilan yang lebih baik dari panggilan itu?
“Karena kau memang bodoh” ucapnya santai. Ia lalu berjalan menjauh, dan masih dengan rasa kesalku terhadapnya. Aku terkejut saat melihat Kris yang tiba-tiba membuka bajunya
“Hei! Apa yang kau lakukan?”
 “Berenang mau apa lagi”
Sial! Dia mempermainkan aku lagi. Oh, apa itu tato? Mataku terbelalak untuk memperjelas penglihatanku pada  gambar seekor naga yang terlukis di punggung atasnya  Aku tidak menyangka  kalau dia punya tato. Keren juga. Aku melanjutkan menenggak orange jus ku dan bersantai di pinggir kolam renang. Beberapa menit menunggunya di pinggir kolam, Kris pun kini beranjak keluar dari kolam renang, dan mengambil handuk yang berada di dekatku.
“Cepat ganti baju!
“Tidak mau. Aku masih ingin di sini.”
“Cepat ganti baju atau kau ku beri pelajaran!” ucapnya. Aku pun beranjak dari singgasanaku  malas.
“Tidak mau, coba saja kalau….” Kalimatku terputus ketika tiba-tiba Kris mendaratkan sebuah ciuman di bibirku. Ku lepas ciuman itu lalu aku berlari menuju kamar kami untuk segera pakai baju dan make up.
Ku lihat Kris telah rapi dengan setelan kemeja putih dan celana hitam panjang  sedang mematung memandang laut. Ku lihat sekeliling kapal ini, semua terdekorasi dengan sangat romantic. Ku langkahkan kakiku mendekatinya.
“Kris , Apa kau yang menyiapkan ini semua?”
Kakinya perlahan melangkah mendekatiku.Dia melepas sebuah kalung berliontin kristal berwarna merah dari lehernya lalu mengenakannya di leherku.
“Pakai ini didekat hatimu” Kalimat itu serasa tulus dia keluarkan  dari mulutnya. Entah mengapa aku merasa  aku akan kehilangannya. Bahkan, walau matanya masih menatap ku dengan dingin, ku rasa ia melihatku dengan tatapan teduh.
“Tiffany Hwang, can you believe me?” Pertanyaan itu membuat aku semakin bingung. Apa yang sebenarnya akan terjadi. Tetapi  tatapan itu  membuatku yakin  dia mencintaiku dengan tulus.
Yes , I believe you Kris.”
*****
Semilir angin berhembus membawa aroma khas laut. Sinar matahari yang mulai menembus jendela memaksaku membuka mata. Kulihat wajah Kris sejajar dengan wajahku. Wajah yang sempurna  hanya itu dalam  pikiranku sekarang.Aku merasakan getaran aneh di didadaku dan jantung selalu berdegup kencang jika aku bersamanya bahkan hanya melihatnya, aku tidak tahu kenapa apa  atau sejak kapan aku mulai mencintainya?
“Apa kau terpesona dengan ketampananku?” pertanyaan itu mengagetkanku dan membuyarkan lamunanaku.
“Tidak. Minggirlah, aku mau mandi” Aku pura-pura tidak menghiraukannya. Namun, Kris menarik tanganku sebelum kakiku menyentuh lantai dan memelukku.
“Apa kau menyesal melakukannya?”
Pertanyaan itu, seolah tak dapat membuatku mengeluarkan kata-kata. Aku hanya menggeleng tak mengucapkan satu patah katapun dan Kris memberi kecupan hangat dikeningku.
“Cepatlah mandi !” perintahnya
Kutarik selimut untuk menutupi tubuhku. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Baru dua langkah aku berjalan tiba tiba slimut yang menutupi tubuhku terlepas  karena terinjak kaki Kris, membuat seluruh tubuhku terexpose dihadapannya .’sial !apa yang dia lakukan !”
“Tubuh yang indah sayang” godanya 
*****
HOKAIDO ISLAND , JAPAN
Tiffany POV
Ah. Indah sekali pulau ini. Ku percepat langkahku menuruni anak tangga kapal ini. Ku lihat banyak anak-anak kecil sekitar umur tujuh tahun  berlarian ke arahku  dengan membawa bunga lily.
“Kau cantik, nona. Seperti bunga ini.” kata gadis kecil berambut hitam itu, seraya menyerahkan bunga lily itu padaku
“Oh, terima kasih.” Ku sunggingkan senyum manisku pada mereka. Lantas ku ulurkan tangan kananku, menerima bunga lily itu. Sedang tangan ku yang lain mengusap pelan pucuk kepala salah satu dari mereka. Kini, aroma lily itu menyeruak dalam rongga hidungku.  
Suara helicopter yang menyapu semua daratan itu, kini menarik perhatianku. Kulihat  sesosok  wanita yang aku kenal turun dari helicopter itu.
“ Jia!” Pekikku pada wanita cantik itu.Ku lambaikan tanganku padanya. Tiba-tiba beberapa lelaki pun turun dari helicopter yang sama.
“Mereka? Sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka. Tapi dimana?” otak ku membongkar memori beberapa hari lalu.
“Kris!” Salah satu dari mereka  memanggil Kris yang kini berdiri tepat di sampingku
Apa mereka juga  teman teman Kris. Dan aku temukan lagi wajah yang sangat aku benci. Ternyata nama lelaki yang beberapa hari lalu menyayat hatiku, lewat pernyataannya itu, adalah Kai. Hufft.. Kalau saja kau bukan teman Kris sudah aku tendang kau dari pulau ini.Kami berjalan menuju salah satu restaurant terkenal  di pulau ini, lalu memesan makanan. Setelah makan siang, kami pergi ke meja resepsionis untuk memesan kamar.
“Selamt siang,Tuan Wu Yi Fan. Ini kunci kamarnya no 01 sudah kami siapkan semua.” ucap pelayan dengan setelan kemeja hitam dan dasi berwarna orange itu ramah .
Kris berjalan lebih dulu meninggalkan aku didepan resepsionis, yang dengan berbagai pertanyaan yang kini berkecamuk dalam fikiranku‘Bagaimana dia tahu nama lengkap Kris?
“Nona .. nona ?” Pelayan itu melambaikan tangannya didepan wajahku dan membuyarkan lamunanku.
“Eh.. Maaf bolehkah saya menanyakan satu pertanyaan pada anda, Tuan?”
“Tentu, Nona.” ucapnya ramah, juga dengan senyum manisnya yang tersungging.
“Bagaimana, Tuan tahu nama lengkap suamiku?” tanyaku penasaran
“Tentu, Nona. Dia pemilik pulau ini dan semua bangunan yang ada di pulau ini. Kenapa, Nona?
Mwo? Ah, tidak apa-apa. Arigatogosaimastsu.
“Jadi helicopter, hotel ini, pulau ini miliknya? Aku tidak menyangka dia sekaya itu.”Gumamku yang masih saja berdiri di depan resepsionis itu, sedang Kris kini telah mendahuluiku.
“Kris  tunggu aku!” Aku mengejar Kris yang hampir menutup pintu liftnya. Setelah beberapa saat keheningan dalam lift, hanya bahkan hanya terdengar deru napasku yang tak beraturan, setelah mengejar Kris. Dentingan itupun, akhirnya memecah keheningan di antara aku juga Kris. Lalu, pintu lift pun terbuka. Dengan segera, ku langkahkan kakiku melangkah keluar dari lift, diikuti pula dengan Kris. Kris pun membuka pintu coklat itu, kini nampak ruang kamar yang telah tertata rapi.
“Ah .. akhirnya aku bisa tidur. Lelah sekali rasanya.” Ucapku, seraya meregangkan otot-ototku, dan merebahkan diriku pada kasur.
“Bereskan semua koper ini dan cepatlah mandi!” ucap Kris  yang sibuk  melepas kemeja putihnya

*****

POV Kris    
Tak… suara bola yang tepecah dan menyebar dari bentuk segitiganya dia atas meja biliarad, bola merah masuk tepat pada lubang itu, memecah keheningan pada ruangan yang nampak lenggang ini.Juga beberapa detik kemudian, diiringi satu pangilan dari Mr. Jung.
Yobeoseyo Mr.  Fein Law.
“Ya. Mr Jung. Ada perlu apa?”
“ Apa anda ada waktu luang? Kita bisa  menyesap kopi di resataurant dan membahas kontrak kerja anda bersama perusahaan kami.” ucapnya
“Hemm… kontrak itu? Saya tidak punya waktu  hari ini.”
“Kalau begitu kapan anda bisa bertemu kami dan menandatangani kontrak ini seperti yang anda janjikan?”
Tak… Dua bola  masuk tepat sasaran.
“Kris, ini kopinya.”Suara Tiffany yang memanggilku, mengalihkan perhatianku dari meja biliarad. Ku lihat di tangan kanannya membawa secangkir kopi, yang asapnya masih mengepul.
Ussstt.” Ku letakkan jari telunjuk pada bibirku memberi tanda untuk membuat Tiffany diam.
“Aku  taruh di meja ini, ya.Serunya dengan suara yang lebih rendah dari beberapa menit lalu, ia meletakkan secangkir kopi pada meja bulat didekat almari stik.
“ Besok aku akan mengabari anda.” Ucapku pada Mr. Jung yang ku rasa masih menanti jawabanku.
“Oh begitu baiklah Mr. Fein Law” ucapnya sedikit nada geram karena aku tak kunjung menandatangani kontrak yang baginya sangat menguntungkan dan berarti.
Mungkin dia ingin sedikit bermain denganku. Hah! Terlalu mudah.Kulirik jam yang berada di tangan kananku. Ku ambil kunci mobil  yang tergantung di dekat pintu.

Kantor  Kepolisian Pusat Seoul , Korea Selatan 
Chen POV
Kulihat Siwon sedang membaca lembaran lembaran kasus tentang pembunuhan misterius dan penyelundupan senjata ke Israel itu. Pembunuhan  yang melibatkan para petinggi perusahaan ternama.
“Ini semua berkas yang telah aku kumpulkan tentang  kasus penyelundupan senjata dan pembunuhan para petinggi perusahaan dan ini juga identitas mereka yang sebenarnya.”Ucapku, seraya menyerahkan beberapa lembar laporan pada Siwon. Ku lihat manik matanya mulai mengecek semua data tersebut.
“Di temukan lebih dari  20 kali penyelundupan senjata ke Israel. Dan 5 kasus pembunuhan para pemilik perusahaan ternama. Disetiap  orang yang dia bunuh selalu ada tanda huruf M  tepat di dada kirinya. Dan ternyata nama aslinya  Wu Yi Fan, dia sering mengganti identitasnya. Dia pemilik  Perusahaan Y group, bersama empat orang lainnya mereka adalah Kai , Jia, , Lay dan Tao,dan huruf M itu adalah tato Wu Yi Fan  yang sebenarnya adalah gambar naga yang berada tepat  di punggungnya. Sekarang dia berada di Jepang bersama isterinya yang bernama Tiffany Hwang dia warga Korea. Strategi apa yang akan kita gunakan?”
Kami semua berdiskusi untuk  menyusun startegi  untuk menangkap mereka, kami juga telah di berikan izin untuk menangkap dia dalam keadaan hidup atau mati.
*****

HOKAIDO , JAPAN
Tiffany POV
 “Kris. Bolehkahn aku pergi keKemana dia?Iris mataku menelusuri keseluruh ruangan, mencari Kris. Tapi  batang hidungnmya tidak juga terlihat. Sebenarnya kemana perginya?
Dret …dret…satu pesan masuk dari Kris
From : Kris
Datanglah ke taman  Izuki pukul 08:00 aku akan menemuimu disana. Ada yang ingin aku katakan padamu .
Oh, apa lagi yang terlintas dalam fikirannya, sehingga ia mengajakku ke taman Izuki? Sudahlah, sebaiknya aku bersiap-siap bukankah ini sudah jam setengah delapan. Ku buka almari, lalu ku telusuri baju yang telah tertata rapi. Pakai baju apa ya? Mungkin dress putih selutut, dengan ujung yang berenda, tidak begitu buruk untuk ku pakai menemui Kris, malam ini. Sedetik kemudian, ku tarik pelan dress itu. Lalu, dengan segera ku pakai dress putih itu, tak lupa ku poleskan make up tipis pada wajahku. Dan berlalu keluar dari kamar hotel.
            At Izuki Park, Pukul 19: 50 HIJT
            Ku dudukkan diriku pada salah satu bangku coklat. Ini mungkin 10 menit lebih awal dari perjanjian Kris dengan ku. Namun, taman ini nampak tak lenggang seperti yang terfikir olehku. Bahkan terlihat beberapa pasang yang menurutku memiliki pemikiran sama dengan Kris. Menanti pergantian musim dingin menuju musim semi.
Huff. Lama sekali. Bukankah ini lebih dari 1jam dari perjanjian Kris dengan ku. Bahkan aku sudah menelponnya berkali-kali  tapi tidak ada jawaban. Aku lelah! Harus berapa lama lagi aku menunggunya? Dret ….dret… satu pesan dari Kris.
From : Kris
Aku akan datang, ketika sakura pertama jatuh.
Semua  orang yang datang ketempat ini bersama pasangannya. Kenapa Kris belum datang juga? Sebenarnya dia ada dimana? Aku ingin pulang. Sudah berulang kali aku mencoba menghubunginya tapi selalu tidak ada jawaban.
Ku lirik sekilas arloji putih yang melingkar pada pergelangan tangan kananku. Pukul  22:00 HIJT. Ku edarkan pula kepala ku pada sekeliling Taman Izuki ini. Walaupun tak menunjukkan lenggang, tapi ini bukan tempat yang aku telah kenal betul . 
Kris… Dimana kau? Aku takut. Ku coba  menelponnya sekali lagi tapi tetap tidak ada jawaban. Ku langkahkan kakiku berniat meninggalkan taman ini. Rupanya dia hanya ingin mempermainkanku.Baru saja aku berdiri dari tempat dudukku, sakura pertama jatuh membelai rambutku. Kulihat kesekeliling  tapi  Kris tetap saja tidak muncul. Air mataku turun tanpa bisa aku bendung . Aku kecewa …aku kecewa denganmu Kris .
“Bukankah aku menepati janjiku?” ucap seorang lelaki yang suaranya sangat aku kenal sedang berdiri di belakangku.
Kris bergerak menuju arahku yang hanya berjarak 1 meter  darinya. Tangan kananya memegang tanganku. Aku hanya terdiam  karena aku sangat kecewa dengannya. Kris  mengubah posisiku sehingga sejajar dengannya. Tangan kirinya mengusap air mata yang mengalir di pipiku lalu memelukku.
“Maaf , membuatmu menunggu.” Ucapnya yang terdengar tulus.
“Kau membuatku sakit, Kris.
Kris melepaskan ku dari pelukannya sejenak. Lalu  tangan kirinya melingkar di pinggangku. Jari-jari tangan kanannya  berada di pipi dan tengkukuku, lalu sedetik kemudian, ia memberikan ciuman hangat di bibirku.
*****
            Other day, At 06:00 HIJT..
Aku merasa  tubuhku membeku. Ku tarik selimut yang berada  di kakiku. Hah… hangat sekali. Ku alihkan posisi tubuhku. Kulihat Kris tak berada di sampingku. Ku lihat sekeliling ruangan ini. Ruangan ini tidak aku kenal. Sebenarnya aku dimana sekarang. Aku berlari menuju  pintu. Tapi nihil. Semua  terkunci. Jendela pun terkunci dengan jari-jari besi.
“Tolong! Keluarkan aku dari sini!” pekikku. Namun, sepertinya aku berada pada ruangangan yang lenggang. Bahkan tak terdengar seorang pun merespon ucapanku.Rasa takut kini mulai menjalar di  seluruh tubuhku. Apakah dunia kini menjauh, hingga tak seorang pun merespon ucapanku?
Kris. Nama itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku. Ku coba  mencari dimana ponselku berada, tapi masih saja nihil. Tak ku temukan pula ponsel pinkku itu, walau telah ku coba mencarinya.
“Tolong keluarkanaku!” Ku coba mendobrak pintu sekuat tenagaku.Namun, apalah dayaku sebagai seorang wanita, yang tak memiliki energi sekuat seorang lelaki.
Ku coba mencongkel jendela tapi tetap tidak bisa. Tiba-tiba aku melihat beberapa lelaki memakai jas hitam sedang berbincang  dengan seorang lelaki  memekai kemeja hitam dan celana putih  panjang .Aku merasa mengenalnya bahkan dari ujung rambutnya saja aku merasa mengenalnya.
Kris? Apa mungkin dia? Jadi  gudang senjata, tato naga seperti yang di informasikan di televisi, pembunuh keji itu? Dia Kris? Suamiku? Tidak …itu tidak mungkin ! Serasa tubuhku lemas. Ototku tidak berfungsi, jantungku berhenti berdetak. Air mataku mengalir deras  menuruni pipiku.
*****
Dor…dor.. suara itu membangunkanku. Suara yang nampak terdengar jelas, bahkan dari jarak ku sekarang ini.  Jia yang tiba-tiba saja muncul di kamarku langsung menarikku keluar dari kamar.
“Tiffany cepat ikut aku.” Perintahnya. Di wajah cantiknya kini tak terlihat senyum manisnya, tapi terlihat jelas kepanikan yang melanda dirinya.
“Lepaskan aku! Kau wanita  jahat.”Ku lepaskan tangannya yang mencengkram erat.
“Sudah jangan banyak  bicara atau kau akan mati!” bentaknya
Jia terus menarikku keluar. Seolah aku anak kecil yang tak memenuhi perintah orang tuanya. Bukan hanya menarikku, ia pun mengajakku berlari kecil. Bahkan, ia juga menembakkan  beberapa peluru kepada polisi yang menghalangi jalan kami.
“Masuk!” perintahnya.
“Tidak! Aku tidak mau !”
“Cepat masuk!” Ia kini bukan lagi wanita cantik yang beberapa hari lalu bersikap lembut padaku. Sebenarnya bukan dia yang membuatnya bertindak sedikit kasar padaku. Tapi keadaanlah yang membuatnya bertindak sedikit kasar padaku. Dia pun, mendorongku memasuki mobilnya dan membawaku  kesebuah gedung tidak jauh dari rumah mewah itu.
“Hah. Kita sudah aman sekarang.” ucapnya lega. Kini ku lihat lagi senyum manis di wajahnya. Walau napasnya masih memburu, tapi kurasa ia berusaha menormalkan napasnya.
“ Jia, katakan padaku sejujurnya. Apakah dia Kris?” Masih ku ingat betul beberapa lelaki memakai jas hitam sedang berbincang  dengan seorang lelaki  memakai kemeja hitam dan celana putih  panjang. Lelaki berkemeja hitam itu, seperti aku merasa ia adalah Kris.
Ne
“Siapa kalian sebenarnya?”
“Kami pembentuk organisasi penyelundupan senjata, narkoba dan mobil ilegal  terbesar di Korea. Dan  Kris, dia leadernya” jelasnya. Senyum manis itu, luntur seketika ku lontarkan pertanyaan. Bahkan ku lihat sesaat sebelum ia mengucapkan frasanya, ia menghela napas dalam.
Mwo?  Jadi Kris  selama ini dia adalah?”Kepala Jia tertunduk. Mungkinkah ia tak menginginkan kontak mata denganku? Ataukah pertanyaanku yang mempersulitnya untuk menjawab? Ia bahkan tak mengucap sepatah kata pun. Aku dibuat bingung olehnya.
“ Dia mencoba menyelamatkanmu , seharusnya kau target kami selanjutnya , seharusnya Kris telah membunuhmu , tapi dia  tidak bisa …dia terlalu mencintaimu “ ucap Jia tiba tiba  setelah beberapa menit lalu dia diam membisu .
“ Aku ? kenapa aku terlibat dengan semua ini ?” ucapku dengan  terbata dengan kebingungan yang masih melanda  setelah mendengar pernyataannya .
“Karena ayahmu terlalu jauh mencampuri urusan kami , meskipun slama ini ayahmu tidak tahu apa apa . Kau dan keluargamu adalah target pembunuhan  terakhir kami , dan kau yang  pertama menjadi target kami “  jelasnya . Pernyataan Jia membuatku sangat shock..aku tak percaya dengan semua ini , sungguh sulit mempercayai bahwa suamiku sendiri adalah seorang penjahat kelas kakap bahkan ia akan membunuhku yang sekarang telah resmi menjadi isterinya. Air mataku kini  menetes semakin deras .
“Di mana Kris sekarang? Cepat jawab aku, dimana dia!” bentakku, seraya mengguncang-guncangkan lengannya. Aku mencoba mendesaknya, mengenai keberadaan Kris.
“Tenanglah! Dia masih megurusi mereka.,dia akan baik baik saja ”
“ Tidak ..bawa aku kembali ke tempat itu!”
Aniyo!”
“Antar aku atau aku yang akan pergi sendiri” bentakku
Ani, disana tidak aman untuk kita.
“Aku tidak peduli! Kris ada disana, aku harus menyelamatkannya.”Ku pandang Jia dengan dengan tatapan yang mungkin terlihat memohon. Dan harus ku akui, meyakinkan Jia yang menurutku memiliki sifat keras kepala, membuatku harus memutar otakku.
“Aku mohon Jia.”
“Baiklah. Bawa ini. Kau tahu  bagaimana menggunakan pistol ini?” ucapnya seraya menyerahkan sebuah pistol padaku.
“Tidak.” ucapku polos.
Baiklah. Akan ku tunjukan bagaimana menggunakan ini.” Ucapnya. Ia pun menarik ulang pistol yang tadinya ia sondorkan kepadaku, lantas mengangkat pistol tersebut. Seolah menunjukkanku bagaimana menggunakan pistol tersebut.
Arahkan pistol ini  tepat sasaran yang kau inginkan dan tekan pelatuknya.” Jelasnya. Setelah beberapa menit berbincang dengannya, juga ia yang menunjukkan kepadaku bagaimana menggunakan pistol, akhirnya ia pun mengajakku menuju tempat Kris sekarang berada.
Kami pun  kembali ke tempat itu. Hancur dan banyak sekali  mayat-mayat yang tergeletak. Aku mencari Kris sedangkan Jia  melindungiku dari belakang.
Dor…dor…suara tembakan  yang masih  saling bersahutan. Nampak sengit, dan terlihat semakin memanas. Entah aku pun tak tahu kapan ini akan berakhir?
“Tiffany cepat lari  aku akan menanganinya!” ucap Jia seraya menembakkan beberapa peluru ke arah polisi-polisi yang berada di sekitarnya.
Aku berlari sekuat tenagaku dan  menembakkan beberapa peluru kepada polisi-polisi itu . Tiba-tiba aku melihat Kris yang sedang menodongkan senjatanya kepada Siwon.
“Kris  stoped !” teriakku.
Dor..dor suara tembakan yang melesat lurus.  Kubuka mataku perlahan kulihat Kris  telah jatuh  karena tembakan itu. Dan Tao menjatuhkan senjatanya ke tanah. Aku berlari ke  arah Kris yang telah terkapar.
“Kris …Kris …Kris aku disini , bangun …bangun buka mata mu!” Ini tak seperti apa yang ku bayangkan sebelumnya. Kris disana. Dengan darah yang masih saja merembes pada kemejanya. Membentuk noda, walau mungkin bisa saja tersamarkan dengan warna kemeja hitamnya. Kini, tangan kanan ku menyentuh pipinya, sedang tanganku yang lain sebagai tumpuan kepalanya. Salah satu dari kedua tangannya pun juga mengenggam pergelangan tangan kananku. Air mataku tak kuasa ku bendung. Masih saja dengan derasnya menelusuri kedua belah pipiku.
“ Fany…Tiffany ..saranghae” ucapnya terbata-bata. Tatapannya  semakin kaburdan kini matanya telah terpejam. Seiring dengan matanya yang terpejam, genggaman tangannya pun semakin mengendur, dan akhirnya terlepas.
                                                       *****
Seoul , Korea Selatan
Siwon  POV
 Rumput-rumput ini masih sama. Nampak lebih baik dari 3 bulan lalu, saat semua menjadi hamparan salju. Angin ini masih sama  seperti dulu. Namun, sedikit lebih baik dari angin musim dingin yang mampu menusuk tulang.
Iris mataku menangkap seorang wanita yang sangat ku kenal tengah duduk di kursi taman. Mungkinkah ia juga menikmati awal musim semi?
“Sudah lama aku tidak bertemu dengan mu Tiffany. Bagaimana kabarmu?” dari jarak yang cukup dekat dengannya, dapat ku lihat wajahnya yang masih saja sama. Cantik.
“Aku baik-baik  saja. Bagaimana dengan mu?” sebuah sunggingan senyum manis ia umbar dari bibirnya, saat ia menyelesaikan frasanya.
“Baik. Aku turut berduka atas kematian suamimu. Sebenarnya ada hal yang ingin aku ceritakan padamu . Saat kejadian itu  Kris sama sekali tidak ingin membunuhku bahkan dia mengeluarkan semua  peluru yang berada di tangannya. Dia telah mengetauhi semuanya ,dia sangat mencintaimu Tiffany. Bahkan sesaat sebulum Tao menembaknya, ia berkata “lepaskan dia dariku”padaku. Sebenarnya Tao adalah detektif.  Dia, adalah salah orang ditimku untuk mengawasi semua pergerakan Kris  dan Kris adalah tersangka utama dalam sekenario  panjang ini. Mianhaeyo” jelasku. Ini mungkin sulit bagiku. Jika saja lawan bicaraku bukan seseorang dalam masa laluku, yang masih terkait dengan kejadian 3 tahun lalu, aku mungkin tidak mengalami kesulitan untuk memberanikan diriku.
Iris mataku menyisir wajahnya. Terlihat dengan jelas, raut wajahnya yang berubah. Ia menggigit bibir bawahnya. Namun, semakin ia menggigitnya dengan keras, air matanya semakin bergerak cepat menelusuri kedua belah pipinya.
 Gwaechanayo. Aku mengerti , Kris memang bersalah, dan aku tahu itu.
Eomma? Kenapa eomma menangis?” ucap seorang  anak kecil  yang berumur  sekitar 3 tahun tengah menggandeng tangan Tiffany.Ia mendongkak, mendapati wajah Tiffany yang kini berderai air mata.
Eomma tidak apa apa, sayang . Mata eomma berair karena  terkena angin, sayang” ucap Tiffany meyakinkan anak itu. Ia berusaha meyakinkan bocah kecil itu, seraya menghapus jejak-jejak air matanya.
“Apa anak ini anak Ku amati lekuk wajah anak ini. Bahkan ku amati pula penampilannya. Seperti ia mirip dengan... Kris. Namun, rupanya Tiffany dapat membaca raut wajahku. Ia mengangguk sesaat sebelum frasanya terucap.
Ne. Saat kejadian itu tanpa aku ketauhi  aku telah  mengandungnya selama 2 minggu. Sayang, beri salam kepada paman Siwon” ucap Tiffany.
Annyeong haseyo , Wu Xiao Fan imnida” ucap anak lelaki itu dengan wajah cerianya padaku.
“Dia sangat mirip dengan ayahnya. Anak pintar” Aku mengusap pucuk kepalanya pelan.







-THE END-

 
 kekeke~ gimana2? ada coment gak buat this FF? jangan jadi silent reader ya?? hehehe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^