SO GOOD
BYE
A fanficton by : I_You
Title: SO GOOD BYE | Main
Cast : Wu Yi Fan /Kris (EXO M),
Tiffany Hwang (SNSD) |Other Casts: Kim
Jongin/Kai (EXO K), Jia(Miss A), Tao (EXO M), Chen (EXO M), Lay (EXO M), Choi
Siwon (Super Junior) | Duration: chapter | Genre : Romance ,Marrige live,Action,Sad,AU
Summary
:
Don’t
leave me baby
Why?
Because
you are mine
*******
Oke, bagi kalian yang penasaran dengan kelanjutan
ceritanya, silahkan dibaca.
Happy reading!
.
.
Tiffany POV
Preview :
Ku sesap kopi itu
terburu-buru. Ah
.. panas. Aku mencoba mencari tissue, tiba-tiba saja ada seorang lelaki muda
telah berdiri di depanku dan menyodorkan
sapu tangannya.
“Kau…”
Ku lihat di depanku berdiri seorang lelaki yang mungkin
usianya hanya selisih 2 atau 3 tahun dariku. Ku amati lekuk wajahnya, yang
seperti tidak asing bagiku. Ya, dia seseorang dalam masa laluku. Wajahnya masih
sama. Tampan, dan terlihat manis saat ia menunjukkan lesung pipinya. Hanya ia
kini tumbuh layaknya pria dewasa.
“
Siwon? Ke..ke..kenapa kau bisa ada disini ?”
Kegugupan itu masih saja terlihat. Namun, bukan yang menunjukkan rasa sayang
yang tertinggal. Tapi, kehadirannya yang secara tiba-tiba.
“Aku
mengikutimu. Apa
kabar Tiffany ?” Ia tersenyum manis. Sangat manis dengan lesng pipinya,
bagiku. Ia lalu menarik kursi di hadapanku, lantas mendudukkan dirinya.
“He?
Baik ..”
“Sudah
lama kita tidak bertemu sejak kita berpisah. Apa kau bahagia dengan
pernikahanmu?”
“Tentu”
“Maaf,
aku tidak bisa datang ke pernikahanmu karena… aku masih mencintaimu sampai saat
ini.”
Aku
tersedak dengan minuman ku sendiri. Ku turunkan kopi ku, lalu ku beranikan
menatapnya. Tidakkah aku salah mendengar
apa yang ia ucapkan? Ataukah alam sadarku belum kembali, semenjak ia hadir
secara tiba-tiba di hadapanku?
“Kau
baik-baik saja? Minumlah ini.” Ia menyondorkan minumnan kepadaku. Kentara sekali raut wajahnya yang menunjukkan kepanikan.
“Terima
kasih” ucapku, seraya memamerkan seuntai senyum manisku,untuknya.
“Emmm… maaf Siwon aku ..aku harus pergi sekarang, ini
sudah larut malam.”
Kupercepat
langkahku meninggalkan Siwon yang masih duduk di meja ku untuk bergegas pulang, tapi tiba tiba tangan kekar
miliknya memegang tangan kiriku dan berhasil menghentikan langkahku “aku akan
mengantarkanmu pulang , tak seharusnya suamimu meninggalkanmdi tepi jalan
seperti tadi “ ucapnya seraya mengagandeng tanganku menuju mobilnya .
.Ah, akhirnya sampai rumah
juga.” Gomawo Siwon “ ucap ku sebelum ia berlalu pergi “jaga dirimu baik baik ,
aku harap jika suatu hari nanti kita bertemu kau memperkenalkan putramu padaku,
sampai jumpa “ ucapnya dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya lalu beberapa detik kemudian mobilnya mulai
melaju . Ku lihat mobil Kris telah terparkir pada posisinya. Kris , mati kau
ditanganku sekarang. Tanganku mengepal. Nafasku memburu, setiap ku ingat
perlakuan Kris yang terjadi tadi. Ku buka pintu itu dengan keras. Ku lihat Kris
sedang duduk santai di sofa silver dan
minum kopi panas.
“Apa
kau sudah gila? Kau menurunkan aku di tengah jalan dan membiarkan ku sendirian
jalan kaki! Kau tidak punya perasaan,
Kris! Aku benci padamu!” ucapku. Amarah
masih menguasai diriku.
“Jika
aku tak meninggalkan mu kau tak akan pulang dengan mantan kekasihmu” ucapnya santai
“
Ya kau benar, jika kau tak menurunkanku aku tak akan bertemu dengannya lagi
,dan andai saja aku tak menikah denganmu , mungkin aku telah hidup bahagia
dengannya “ ucapku dengan nada tinggi .Kris beranjak dari sofa dengan tatapan
serius lalu menarik tanganku dan mendaratkan sebuah kecupan dibibirku , kecupan
tulus dan lembut seperti yang aku rasakan saat ia menciumku di altar dulu .”
ini alasanku menikahimu “ ucapnya setelah mendaratkan kecupan itu lalu menatapku intens dan
beberapa detik kemudian ia melenggang pergi dari hadapanku .
Sejenak
aku terdiam mematung , kenapa terasa
sangat sakit setalah kau pergi ,Apa kau mencintaiku , dan apa aku juga mulai
mencintaimu ?, berbagai pertanyaan memutar dalam pikiranku . Ku langkahkan
kakiku menaiki anak tangga ini menuju kamarku .
Ku rebahkan badanku di ranjang big size ini ku
pejamkan mataku sejenak untuk menenangkan pikiranku dan meredakan emosiku lalu ku
buka mata sipitku perlahan . tiba tiba kulihat sebuah kotak kecil berwarna pink
berbentuk persegi panjang tergeletak di atas bantal ranjang kami . Ku
buka kotak itu perlahan. Seketika mata ku terbelalak, ketika melihat isinya.
Haruskah aku berteriak sekarang? Aaaaaa…..
tiket konser SM Town …. Dari siapa ya?
Atau jangan-jangan Kris? Ku ambil ponselku
yang sedari tadi berada di dalam tas. Ku tekan tombol nomer 1 untuk
menelpon Kris .
Terdengar
nada sambung ….
“Yeoboseo, Kris”
“Hemm” Terdengar suara bass Kris, yang tiada satu frasa
terucap. Namun, aku tahu dia mendengarku.
“Gomawo”
“Apa
kau senang?”
“Ne..”Ku
anggukkan kepalaku, walau ku sadar kris tak mungkin melihat. Terdengar nada
gembira dalam ucapanku.
“
e..e Kris mianhae atas perka….”
Tut
…tut… tut….huff menyebalkan … kenapa di
selalu menutup telepon sebelum aku selesai bicara?
*****
Tring
…tring , jam beker menunjukkan pukul 06:00 pagi. Ku buka tirai jendela untuk melihat matahari pagi.
Sepertinya semalam dia tidak pulang lagi apa dia masih tersinggung dengan
ucapaku semalam.
Pandangan
mataku menelusuri ruangan ini. Kenapa ruangan ini sangat membosankan? Hanya ada
tiga warna, coklat , silver dan hitam.
Mungkin sedikit polesan saja akan terlihat menarik.
Ku ubah warna dinding dengan wallpaper pink saja. Aku tak peduli jika Kris
marah padaku, karena ruangannya ku ubah.
Ketika
aku sedang asyik dengan kegiatan baruku, tak sengaja badanku menyentuh dinding.
Tiba-tiba dinding ini berputar. Ruangan apa ini? Aku tidak tahu ada ruangan
sebesar ini disini? Pistol? Kenapa banyak sekali pistol disini? Dan kenapa
dia mengkoleksi fotoku sebanyak ini? Wu Yi Fan , siapa kau
sebernarnya? Tiba-tiba badanku terasa
lemas. Ku percepat langkahku pergi dari ruanagan ini. Aku masih terkejut dengan apa yang aku lihat.
Fikiran ku berputar mencari
apa yang sebenarnya terjadi dan
siapa sebenarnya lelaki yang telah hampir satu tahun menjadi
suamiku .
Ting…tong
..terdengar suara bell rumah berbunyi
“Ya
sebentar”Ku
buka pintu dan kudapati sesosok wanita
cantik, berambut panjang berwarna orange
,dengan kulitnya yang putih bersih. Tengah tersenyum manis padaku.
“Annyeong haseyo,
Jia imnida” Wanita
cantik itu memperkenalkan diri, seraya
membungkukkan badannya. Penghormatan ala warga Korea, yang masih dipegang
teguh.
“Annyong haseyo
Tiffany imnida. Maaf nona siapa?” Iris mataku menyisir penampilan wanita cantik di depanku
ini. Seperti nampak asing di mataku.
“Ah iya, aku teman Kris. Boleh aku masuk ?” Aku hampir lupa, jika kami masih berada dalam apitan
pintu coklat. Iya masih saja tersenyum manis, di akhir frasanya. Kini, ia
berjalan mengikutiku.
“Oh
tentu. Duduklah.”
“Emmm…
ini , sebenarnya aku hanya ingin memberikan ini dari Kris untukmu.
Bukalah” Ia lalu menyodorkan kotak berwarna pink
yang sedari tadi berada di tasnya, pada ku.
“Pakailah.
Dia memilihkan itu untukmu. Oh ya, cepat ganti baju mu, dan pakailah gaun itu. Dia menunggumu.” Aku hanya mengernyitkan dahiku. Bahkan kedua alis
coklatku hampir saja bertemu. Aku masih saja mencerna ucapan Jia beberapa detik
lalu. Namun, sepersekian detik aku menyerah mencari jawabannya.
Aku
beranjak dari sofa dan pergi menuju kamar untuk ganti baju dan make up. Lalu,
ku perlambat langkahku menuruni anak
tangga. Ku lihat Jia sedang asyik melihat setiap sudut ruangan. Sepertinya dia
sering datang kemari.
“Tiffany, ayo ikut aku.” Jia menarik tanganku
dan memasukkanku ke mobilnya. Aku mulai membuka percakapan diantara kami.
“Sejak
kapan kau berteman dengan Kris ?”
Kini aku duduk di bangku sebelahnya. Sementara ia kini terlihat serius dengan
objek di depannya, namun sesekali ia memalingkan wajahnya kepadaku.
“Sejak
kami di Kanada.”
Percakapan itu, terus
saja berlanjut. Sampai
aku tidak sadar kalau kami sampai pada
sebuah pelabuhan.
“Jia,
dimana Kris? Kenapa kau membawaku kemari?”
“Di
sana.”ucapnya. Telunjuknya
menunjuk sesuatu. Kini pandangan ku mengikuti arah telunjuknya dan kulihat sebuah kapal pesiar
mewah. Ku pertajam penglihatanku. Kris? Kenapa dia ada disana? Apa mungkin
kapal ini miliknya? Ah, bodoh kenapa aku sebagai istrinya tidak tahu apa-apa tentang dia.
“Naiklah
dia telah terlalu lama menunggu.” Ucapannya membuyarkan pandanganku yang beberapa menit
tadi hanya tertuju pada kapal pesiar di hadapanku. Reflek, ku tolehkan
kepalaku. Dan kini arah pandang mataku, tertuju padanya.
“Kau
bagaimana? Apa kau tidak ikut dengan kami? ”
“Jangan
khawatirkan aku. Sampai jumpa” Ia melemparkan senyum manis kepadaku dan
memelukku. Ku langkahkan kakiku menuju kapal pesiar tersebut. Ku tolehkan kepalaku, ku
dapati Jia melambaikan tangan kanannya padaku.
Dan disana lelaki itu berada. Kris
berdiri dan mengulurkan tangannya
padaku. Aku menaiki anak itu satu persatu dan ku raih tangan Kris.
“Wah,
kapal pesiar ini indah sekali.” Ku edarkan
pandanganku pada kapal pesiar yang bisa dibilang sangat besar. Aku dibuat
takjub olehnya. Terlebih senyum manis Kris yang ia sungginggkan untukku.
“Hem. Apa kau senang ?”
“Ne…” Ada
nada kegembiraan dalam ucapan ku. Juga
hatikku yang juga membuncah bahagia.
Dalam hitungan detik
kapal ini akan berlayar. Lagi, ku edarkan
pandanganku pada hamparan biru laut. Terlihat jelas olehku, deburan ombak yang
memburu. Angin musim semi yang kini mulai menerbangkan anak rambutku. Dan, oh,
lihatlah. Sepasang limba-lumba abu-abu yang dengan anggunnya terlihat
mendekatiku.
“Kris. Lihatlah ada dolphin..” Telunjukku mengarah pada sepasang lumba-lumba abu-abu
itu. Mengisaratkan Kris untuk sekedar melihat, walau sekilas. Namun, Kris
seperti acuh padaku, juga sepasang lumba-lumba itu.
“Kampungan!”
ucapnya. Kris kemudian berlalu pergi sambil menenggak orange jusnya yang berada
pada tangan kanannya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……..” Pekikku. Sepertinya usahaku untuk melihat dolphin lebih
dekat adalah kesalah besar. Hampir saja aku terjatuh, jika saja tak ada sebuah
tangan kekar yang menahan tubuhku.
“Kenapa
tidak sakit ?” Ku
buka mataku perlahan, setelah beberapa
menit lalu kelopak mataku tertutup, juga hembusan napasku yang ku hembuskan
bersamaan dengan terbukanya kelopak mataku.
Ku lihat Kris sedang memeluk ku.
“Apa
kau sudah gila! Hampir saja kau mati dasar ceroboh !” Kini terlihat jelas raut wajah Kris, yang sepertinya
menahan amarahtetapi tersimpan rasa kekhawatiran
besar jika aku terluka .
“Mianhae ..Kris aku tidak sengaja
terpeleset. Aku hanya ingin melihat dolphine”
ucapku, seraya menundukan kepalaku. Menghindari tatapan tajam Kris.
“
Lebih baik kau bunuh aku dari pada kau lakukan hal bodoh itu!”
*****
Langit semakin kelam. Namun, kerlip bintang yang
bertaburan pada gulita malam membuat langit kelam ini terlihat indah. Bahkan
angin malam yang terasa seperti angin musim dingin oun, tak mengurungkan niatku
untuk melihat indahnya kerlip bintang, dari sini. Di kapal pesiar ini.
“Apa
yang kau lakukan?” Pertanyaan
itu mengagetkan ku. Ketika aku masih
saja dengan asiknya memandang gulita malam, dengan telunjukku yang terarah pada
langit malam.
“Menghitung
bintang.” ucapku santai
“Bodoh!” Ia masih saja sama, ketika pertama kali mengenalnya. Memandangku dengan tatapan yang
terkesan dingin, terkadang juga menatapku tajam. Juga ucapannya yang terkadang
meremehkanku. Dan terkadang hal kecil yang membuatnya berkata ‘bodoh’ atau bahkan semacamnya.
“Hei!
Kenapa kau selalu menghinaku, seolah aku selalu salah dimatamu!”Rahangku mengeras,
ketika dia selalu memanggilku dengan sebutan tersebut. Apa tidak ada panggilan
yang lebih baik dari panggilan itu?
“Karena
kau memang bodoh” ucapnya santai. Ia lalu berjalan menjauh, dan masih dengan
rasa kesalku terhadapnya. Aku terkejut
saat melihat Kris yang tiba-tiba membuka bajunya
“Hei!
Apa yang kau lakukan?”
“Berenang mau apa lagi”
Sial! Dia mempermainkan aku
lagi. Oh, apa itu tato? Mataku
terbelalak untuk memperjelas penglihatanku pada
gambar seekor naga yang terlukis di punggung atasnya Aku tidak menyangka kalau dia punya tato. Keren juga. Aku
melanjutkan menenggak orange jus ku dan bersantai di pinggir kolam renang. Beberapa menit menunggunya di pinggir kolam, Kris pun kini beranjak keluar dari
kolam renang, dan mengambil handuk yang berada di dekatku.
“Cepat
ganti baju!”
“Tidak
mau. Aku masih ingin di sini.”
“Cepat
ganti baju atau kau ku beri pelajaran!”
ucapnya. Aku
pun beranjak dari singgasanaku malas.
“Tidak
mau, coba saja kalau….” Kalimatku terputus ketika tiba-tiba Kris mendaratkan
sebuah ciuman di bibirku.
Ku lepas ciuman itu lalu aku berlari menuju kamar kami untuk segera pakai baju
dan make up.
Ku
lihat Kris telah rapi dengan setelan kemeja putih dan celana hitam panjang sedang mematung memandang laut. Ku lihat
sekeliling kapal ini, semua terdekorasi dengan sangat romantic. Ku langkahkan
kakiku mendekatinya.
“Kris
, Apa kau yang menyiapkan ini semua?”
Kakinya
perlahan melangkah mendekatiku.Dia melepas sebuah kalung berliontin kristal
berwarna merah dari lehernya lalu mengenakannya di leherku.
“Pakai
ini didekat hatimu” Kalimat
itu serasa tulus dia keluarkan dari
mulutnya. Entah mengapa aku merasa aku akan
kehilangannya. Bahkan, walau matanya masih
menatap ku dengan
dingin, ku rasa ia melihatku dengan tatapan teduh.
“Tiffany
Hwang, can you believe me?” Pertanyaan itu membuat
aku semakin bingung. Apa yang sebenarnya akan terjadi. Tetapi tatapan itu
membuatku yakin dia mencintaiku
dengan tulus.
“Yes , I believe you Kris.”
*****
Semilir
angin berhembus membawa aroma khas laut. Sinar matahari yang mulai menembus jendela
memaksaku membuka mata. Kulihat wajah Kris sejajar dengan wajahku. Wajah yang
sempurna hanya itu dalam pikiranku sekarang.Aku merasakan getaran aneh
di didadaku dan jantung selalu berdegup kencang jika aku bersamanya bahkan
hanya melihatnya, aku tidak tahu kenapa apa atau sejak kapan aku mulai mencintainya?
“Apa
kau terpesona dengan ketampananku?” pertanyaan itu mengagetkanku dan
membuyarkan lamunanaku.
“Tidak.
Minggirlah, aku mau mandi” Aku
pura-pura tidak menghiraukannya. Namun, Kris menarik tanganku sebelum kakiku
menyentuh lantai dan memelukku.
“Apa
kau menyesal melakukannya?”
Pertanyaan itu, seolah tak dapat membuatku mengeluarkan
kata-kata. Aku hanya menggeleng tak mengucapkan
satu patah katapun dan Kris memberi kecupan hangat dikeningku.
“Cepatlah
mandi !” perintahnya
Kutarik
selimut untuk menutupi tubuhku. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Baru
dua langkah aku berjalan tiba tiba slimut yang menutupi tubuhku terlepas karena terinjak kaki Kris, membuat seluruh
tubuhku terexpose dihadapannya .’sial !apa yang dia lakukan !”
“Tubuh
yang indah sayang” godanya
*****
HOKAIDO ISLAND , JAPAN
Tiffany POV
Ah. Indah sekali pulau ini.
Ku percepat langkahku menuruni anak tangga kapal ini. Ku lihat banyak anak-anak
kecil sekitar umur tujuh tahun berlarian
ke arahku dengan membawa bunga lily.
“Kau
cantik, nona. Seperti bunga ini.”
kata gadis kecil berambut hitam itu,
seraya menyerahkan bunga lily itu padaku
“Oh, terima kasih.” Ku sunggingkan senyum manisku pada
mereka. Lantas ku ulurkan tangan kananku, menerima bunga lily itu. Sedang tangan ku yang lain mengusap
pelan pucuk kepala salah satu dari mereka. Kini, aroma lily itu menyeruak dalam rongga hidungku.
Suara helicopter yang menyapu semua daratan itu, kini menarik perhatianku.
Kulihat sesosok wanita yang aku kenal turun dari helicopter
itu.
“
Jia!” Pekikku pada wanita cantik itu.Ku
lambaikan tanganku
padanya. Tiba-tiba beberapa lelaki
pun turun dari helicopter yang sama.
“Mereka?
Sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka. Tapi dimana?” otak ku membongkar
memori beberapa hari lalu.
“Kris!”
Salah satu dari
mereka memanggil Kris yang kini berdiri
tepat di sampingku
Apa
mereka juga teman teman Kris. Dan aku
temukan lagi wajah yang sangat aku benci.
Ternyata nama lelaki yang beberapa hari lalu menyayat hatiku, lewat
pernyataannya itu, adalah Kai. Hufft.. Kalau saja kau
bukan teman Kris sudah aku tendang kau dari pulau ini.Kami berjalan menuju
salah satu restaurant terkenal di pulau
ini, lalu memesan makanan. Setelah makan siang, kami pergi ke meja resepsionis untuk
memesan kamar.
“Selamt
siang,Tuan Wu Yi Fan. Ini
kunci kamarnya no 01 sudah kami siapkan semua.” ucap pelayan dengan setelan kemeja
hitam dan dasi berwarna orange itu ramah .
Kris
berjalan lebih dulu meninggalkan aku didepan resepsionis, yang dengan berbagai pertanyaan yang kini berkecamuk dalam
fikiranku‘Bagaimana
dia tahu nama lengkap Kris?’
“Nona
.. nona ?” Pelayan
itu melambaikan tangannya didepan wajahku dan membuyarkan lamunanku.
“Eh..
Maaf bolehkah saya menanyakan satu pertanyaan pada anda, Tuan?”
“Tentu,
Nona.” ucapnya ramah, juga dengan senyum manisnya yang tersungging.
“Bagaimana,
Tuan tahu nama lengkap suamiku?” tanyaku penasaran
“Tentu,
Nona. Dia pemilik pulau ini dan semua bangunan yang ada di pulau ini. Kenapa,
Nona?”
“Mwo? Ah, tidak apa-apa. Arigatogosaimastsu.”
“Jadi
helicopter, hotel ini, pulau ini miliknya? Aku tidak menyangka dia sekaya itu.”Gumamku yang masih saja berdiri di depan resepsionis
itu, sedang Kris kini telah mendahuluiku.
“Kris tunggu aku!” Aku mengejar Kris yang hampir menutup
pintu liftnya. Setelah beberapa saat
keheningan dalam lift, hanya bahkan hanya terdengar deru napasku yang tak
beraturan, setelah mengejar Kris. Dentingan itupun, akhirnya memecah keheningan
di antara aku juga Kris. Lalu, pintu lift pun terbuka. Dengan segera, ku
langkahkan kakiku melangkah keluar dari lift, diikuti pula dengan Kris. Kris
pun membuka pintu coklat itu, kini nampak ruang kamar yang telah tertata rapi.
“Ah
.. akhirnya aku bisa tidur. Lelah
sekali rasanya.” Ucapku, seraya
meregangkan otot-ototku, dan merebahkan diriku pada kasur.
“Bereskan
semua koper ini dan cepatlah mandi!” ucap Kris
yang sibuk melepas kemeja
putihnya
*****
POV Kris
Tak…
suara bola yang tepecah dan menyebar dari bentuk segitiganya dia atas meja
biliarad, bola merah masuk tepat pada lubang
itu, memecah keheningan pada ruangan yang nampak lenggang ini.Juga beberapa
detik kemudian, diiringi satu pangilan dari Mr.
Jung.
“Yobeoseyo Mr. Fein Law.”
“Ya. Mr Jung. Ada perlu
apa?”
“
Apa anda ada waktu luang? Kita bisa menyesap
kopi di resataurant dan membahas kontrak kerja anda bersama perusahaan kami.”
ucapnya
“Hemm…
kontrak itu? Saya tidak punya waktu hari
ini.”
“Kalau
begitu kapan anda bisa bertemu kami dan menandatangani kontrak ini seperti yang
anda janjikan?”
Tak…
Dua bola masuk tepat sasaran.
“Kris, ini kopinya.”Suara Tiffany yang
memanggilku, mengalihkan perhatianku dari
meja biliarad. Ku lihat di tangan kanannya membawa secangkir kopi, yang asapnya
masih mengepul.
“Ussstt.” Ku letakkan jari
telunjuk pada bibirku memberi tanda untuk membuat Tiffany diam.
“Aku taruh di meja ini, ya.” Serunya dengan suara yang lebih rendah dari beberapa menit lalu,
ia meletakkan secangkir kopi pada meja bulat didekat
almari stik.
“
Besok aku akan mengabari anda.”
Ucapku pada Mr. Jung yang ku rasa masih menanti jawabanku.
“Oh
begitu baiklah Mr. Fein Law” ucapnya sedikit nada geram karena aku tak kunjung
menandatangani kontrak yang baginya sangat menguntungkan dan berarti.
Mungkin
dia ingin sedikit bermain denganku. Hah!
Terlalu mudah.Kulirik jam yang berada di tangan
kananku. Ku ambil kunci mobil yang
tergantung di dekat pintu.
Kantor Kepolisian Pusat Seoul , Korea Selatan
Chen POV
Kulihat
Siwon sedang membaca lembaran lembaran kasus tentang pembunuhan misterius dan
penyelundupan senjata ke Israel itu. Pembunuhan
yang melibatkan para petinggi perusahaan ternama.
“Ini
semua berkas yang telah aku kumpulkan tentang
kasus penyelundupan senjata dan pembunuhan para petinggi perusahaan dan
ini juga identitas mereka yang sebenarnya.”Ucapku,
seraya menyerahkan beberapa lembar laporan pada Siwon. Ku lihat manik matanya mulai mengecek
semua data tersebut.
“Di
temukan lebih dari 20 kali penyelundupan
senjata ke Israel. Dan 5 kasus pembunuhan para pemilik perusahaan ternama. Disetiap orang yang dia bunuh selalu ada tanda huruf
M tepat di dada kirinya. Dan ternyata
nama aslinya Wu Yi Fan, dia sering
mengganti identitasnya. Dia
pemilik Perusahaan Y group, bersama
empat orang lainnya mereka adalah
Kai , Jia, , Lay dan Tao,dan huruf M itu adalah tato Wu Yi Fan yang sebenarnya adalah gambar naga yang berada
tepat di punggungnya. Sekarang dia berada
di Jepang bersama isterinya yang bernama
Tiffany Hwang dia warga Korea. Strategi apa yang akan kita gunakan?”
Kami
semua berdiskusi untuk menyusun startegi untuk menangkap mereka, kami juga telah di
berikan izin untuk menangkap dia dalam keadaan hidup atau mati.
*****
HOKAIDO , JAPAN
Tiffany POV
“Kris.
Bolehkahn aku pergi ke—Kemana
dia?” Iris mataku menelusuri
keseluruh ruangan, mencari
Kris. Tapi batang hidungnmya tidak juga terlihat.
Sebenarnya kemana perginya?
Dret
…dret…satu pesan masuk dari Kris
From
: Kris
Datanglah ke taman Izuki pukul
08:00 aku akan menemuimu disana. Ada yang ingin aku katakan padamu .
Oh, apa lagi yang terlintas dalam fikirannya, sehingga ia
mengajakku ke taman Izuki? Sudahlah, sebaiknya aku bersiap-siap bukankah ini sudah jam setengah
delapan. Ku buka almari, lalu ku telusuri baju yang telah tertata
rapi. Pakai baju apa ya? Mungkin dress putih selutut, dengan ujung yang berenda, tidak
begitu buruk untuk ku pakai menemui Kris, malam ini. Sedetik kemudian, ku tarik pelan dress itu. Lalu, dengan
segera ku pakai dress putih itu, tak lupa ku poleskan make up tipis pada
wajahku. Dan berlalu keluar dari kamar hotel.
At
Izuki Park, Pukul
19: 50
HIJT
Ku dudukkan diriku pada salah satu bangku coklat. Ini
mungkin 10 menit lebih awal dari perjanjian Kris dengan ku. Namun, taman ini
nampak tak lenggang seperti yang terfikir olehku. Bahkan terlihat beberapa
pasang yang menurutku memiliki pemikiran sama dengan Kris. Menanti pergantian
musim dingin menuju musim semi.
Huff. Lama sekali. Bukankah ini lebih dari 1jam dari perjanjian Kris
dengan ku. Bahkan aku sudah menelponnya berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Aku lelah! Harus berapa
lama lagi aku menunggunya? Dret
….dret… satu pesan dari Kris.
From
: Kris
Aku akan datang, ketika sakura pertama jatuh.
Semua
orang yang datang ketempat ini bersama pasangannya. Kenapa Kris belum
datang juga? Sebenarnya dia ada dimana? Aku ingin pulang. Sudah berulang kali aku mencoba menghubunginya
tapi selalu tidak ada jawaban.
Ku lirik sekilas arloji
putih yang melingkar pada pergelangan tangan kananku. Pukul
22:00 HIJT. Ku edarkan pula kepala ku pada sekeliling Taman Izuki
ini. Walaupun tak menunjukkan lenggang, tapi ini bukan tempat yang aku telah kenal betul .
Kris… Dimana kau? Aku takut. Ku coba
menelponnya sekali lagi tapi tetap tidak ada jawaban. Ku langkahkan kakiku
berniat meninggalkan taman ini. Rupanya dia hanya ingin mempermainkanku.Baru saja aku berdiri dari
tempat dudukku, sakura pertama jatuh membelai rambutku. Kulihat
kesekeliling tapi Kris tetap saja tidak muncul. Air mataku
turun tanpa bisa aku bendung . Aku kecewa …aku kecewa denganmu Kris .
“Bukankah aku menepati janjiku?” ucap seorang
lelaki yang suaranya sangat aku kenal sedang berdiri di belakangku.
Kris bergerak menuju arahku yang hanya berjarak
1 meter darinya. Tangan kananya memegang
tanganku. Aku hanya terdiam karena aku
sangat kecewa dengannya. Kris mengubah
posisiku sehingga sejajar dengannya. Tangan kirinya mengusap air mata yang
mengalir di pipiku lalu memelukku.
“Maaf , membuatmu menunggu.” Ucapnya yang terdengar tulus.
“Kau membuatku sakit, Kris.”
Kris melepaskan ku dari pelukannya sejenak. Lalu tangan kirinya melingkar di pinggangku. Jari-jari tangan kanannya berada di pipi dan tengkukuku, lalu sedetik kemudian, ia memberikan ciuman hangat di bibirku.
*****
Other day, At 06:00 HIJT..
Aku merasa
tubuhku membeku. Ku tarik selimut yang berada di kakiku. Hah… hangat sekali. Ku alihkan
posisi tubuhku. Kulihat Kris tak berada di sampingku. Ku lihat sekeliling
ruangan ini. Ruangan ini tidak aku kenal. Sebenarnya aku dimana sekarang. Aku
berlari menuju pintu. Tapi nihil. Semua
terkunci. Jendela
pun terkunci dengan jari-jari besi.
“Tolong! Keluarkan aku dari sini!” pekikku. Namun,
sepertinya aku berada pada ruangangan yang lenggang. Bahkan tak terdengar
seorang pun merespon ucapanku.Rasa takut kini mulai menjalar di seluruh
tubuhku. Apakah dunia kini menjauh, hingga tak seorang pun merespon ucapanku?
Kris. Nama itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku. Ku coba mencari dimana ponselku berada, tapi masih
saja nihil. Tak ku temukan pula ponsel pinkku itu, walau telah ku coba mencarinya.
“Tolong keluarkanaku!” Ku coba mendobrak pintu sekuat tenagaku.Namun, apalah dayaku
sebagai seorang wanita, yang tak memiliki energi sekuat seorang lelaki.
Ku coba mencongkel jendela tapi tetap tidak
bisa. Tiba-tiba aku melihat beberapa lelaki memakai jas hitam sedang
berbincang dengan seorang lelaki memekai kemeja hitam dan celana putih panjang .Aku merasa mengenalnya bahkan dari
ujung rambutnya saja aku merasa mengenalnya.
Kris? Apa mungkin dia? Jadi gudang senjata, tato naga seperti yang di
informasikan di televisi, pembunuh keji itu? Dia Kris? Suamiku? Tidak …itu
tidak mungkin ! Serasa tubuhku lemas. Ototku tidak berfungsi, jantungku berhenti berdetak. Air mataku mengalir deras menuruni pipiku.
*****
Dor…dor.. suara itu membangunkanku. Suara yang nampak
terdengar jelas, bahkan dari jarak ku sekarang ini. Jia yang
tiba-tiba saja muncul di kamarku langsung menarikku keluar dari kamar.
“Tiffany cepat ikut aku.” Perintahnya. Di wajah cantiknya kini
tak terlihat senyum manisnya, tapi terlihat jelas kepanikan yang melanda
dirinya.
“Lepaskan aku! Kau wanita jahat.”Ku lepaskan tangannya yang mencengkram erat.
“Sudah jangan banyak bicara atau kau akan mati!” bentaknya
Jia terus menarikku keluar. Seolah aku anak kecil
yang tak memenuhi perintah orang tuanya. Bukan hanya menarikku, ia pun
mengajakku berlari kecil. Bahkan, ia juga menembakkan beberapa
peluru kepada polisi yang menghalangi jalan kami.
“Masuk!” perintahnya.
“Tidak! Aku tidak mau !”
“Cepat masuk!” Ia kini bukan lagi wanita cantik yang beberapa
hari lalu bersikap lembut padaku. Sebenarnya bukan dia yang membuatnya
bertindak sedikit kasar padaku. Tapi keadaanlah yang membuatnya bertindak
sedikit kasar padaku. Dia pun,
mendorongku memasuki mobilnya dan membawaku
kesebuah gedung tidak jauh dari rumah mewah itu.
“Hah. Kita sudah aman sekarang.” ucapnya lega. Kini ku lihat lagi senyum manis di wajahnya. Walau
napasnya masih memburu, tapi kurasa ia berusaha menormalkan napasnya.
“ Jia, katakan padaku sejujurnya. Apakah dia Kris?” Masih ku ingat betul beberapa lelaki memakai jas hitam sedang
berbincang dengan seorang lelaki memakai kemeja hitam dan celana putih
panjang. Lelaki berkemeja hitam itu, seperti aku merasa ia adalah Kris.
“Ne”
“Siapa kalian sebenarnya?”
“Kami pembentuk organisasi penyelundupan senjata, narkoba dan mobil ilegal terbesar di Korea. Dan Kris,
dia leadernya” jelasnya. Senyum manis itu, luntur seketika ku lontarkan
pertanyaan. Bahkan ku lihat sesaat sebelum ia mengucapkan frasanya, ia menghela
napas dalam.
“Mwo? Jadi Kris
selama ini dia adalah—?”Kepala Jia tertunduk. Mungkinkah ia tak
menginginkan kontak mata denganku? Ataukah pertanyaanku yang mempersulitnya
untuk menjawab? Ia
bahkan tak mengucap sepatah kata pun. Aku dibuat bingung olehnya.
“ Dia mencoba menyelamatkanmu , seharusnya kau
target kami selanjutnya , seharusnya Kris telah membunuhmu , tapi dia tidak bisa …dia terlalu mencintaimu “ ucap
Jia tiba tiba setelah beberapa menit
lalu dia diam membisu .
“ Aku ? kenapa aku terlibat dengan semua ini ?”
ucapku dengan terbata dengan kebingungan
yang masih melanda setelah mendengar
pernyataannya .
“Karena ayahmu terlalu jauh mencampuri urusan
kami , meskipun slama ini ayahmu tidak tahu apa apa . Kau dan keluargamu adalah
target pembunuhan terakhir kami , dan
kau yang pertama menjadi target kami
“ jelasnya . Pernyataan Jia membuatku
sangat shock..aku tak percaya dengan semua ini , sungguh sulit mempercayai
bahwa suamiku sendiri adalah seorang penjahat kelas kakap bahkan ia akan
membunuhku yang sekarang telah resmi menjadi isterinya. Air mataku kini menetes semakin deras .
“Di mana Kris sekarang? Cepat jawab aku, dimana
dia!” bentakku, seraya mengguncang-guncangkan lengannya. Aku mencoba mendesaknya,
mengenai keberadaan Kris.
“Tenanglah! Dia masih megurusi mereka.,dia akan baik baik saja ”
“ Tidak ..bawa aku kembali ke tempat itu!”
“Aniyo!”
“Antar aku atau aku yang akan pergi sendiri”
bentakku
“Ani,
disana tidak aman untuk kita.”
“Aku tidak peduli! Kris ada disana, aku harus menyelamatkannya.”Ku pandang Jia dengan
dengan tatapan yang mungkin —terlihat
memohon. Dan harus ku akui, meyakinkan Jia yang menurutku memiliki sifat keras
kepala, membuatku harus memutar otakku.
“Aku mohon Jia.”
“Baiklah. Bawa ini. Kau tahu bagaimana menggunakan pistol ini?” ucapnya seraya
menyerahkan sebuah pistol padaku.
“Tidak.” ucapku polos.
“Baiklah. Akan ku tunjukan bagaimana menggunakan ini.” Ucapnya. Ia pun menarik ulang pistol yang tadinya ia
sondorkan kepadaku, lantas mengangkat pistol tersebut. Seolah menunjukkanku
bagaimana menggunakan pistol tersebut.
“Arahkan pistol ini tepat sasaran
yang kau inginkan dan tekan pelatuknya.” Jelasnya. Setelah beberapa menit berbincang dengannya, juga ia
yang menunjukkan kepadaku bagaimana menggunakan pistol, akhirnya ia pun
mengajakku menuju tempat Kris sekarang berada.
Kami pun
kembali ke tempat itu. Hancur dan banyak sekali mayat-mayat yang tergeletak. Aku mencari Kris
sedangkan Jia melindungiku dari belakang.
Dor…dor…suara tembakan yang masih
saling bersahutan. Nampak sengit, dan terlihat semakin memanas. Entah aku
pun tak tahu kapan ini akan berakhir?
“Tiffany cepat lari aku akan menanganinya!” ucap Jia seraya menembakkan beberapa peluru ke arah polisi-polisi yang
berada di sekitarnya.
Aku berlari sekuat tenagaku dan menembakkan beberapa peluru kepada polisi-polisi itu . Tiba-tiba aku melihat Kris yang sedang menodongkan senjatanya kepada
Siwon.
“Kris stoped !” teriakku.
Dor..dor suara tembakan yang melesat
lurus. Kubuka mataku perlahan kulihat
Kris telah jatuh karena tembakan itu. Dan Tao menjatuhkan
senjatanya ke tanah. Aku berlari ke arah
Kris yang telah terkapar.
“Kris …Kris …Kris aku disini , bangun …bangun
buka mata mu!” Ini tak seperti apa yang ku bayangkan sebelumnya. Kris disana. Dengan
darah yang masih saja merembes pada kemejanya. Membentuk noda, walau mungkin
bisa saja tersamarkan dengan warna kemeja hitamnya. Kini, tangan kanan ku
menyentuh pipinya, sedang tanganku yang lain sebagai tumpuan kepalanya. Salah
satu dari kedua tangannya pun juga mengenggam pergelangan tangan kananku. Air
mataku tak kuasa ku bendung. Masih saja dengan derasnya menelusuri kedua belah
pipiku.
“ Fany…Tiffany ..saranghae” ucapnya terbata-bata. Tatapannya semakin
kaburdan kini matanya telah terpejam. Seiring dengan matanya yang terpejam, genggaman
tangannya pun semakin mengendur, dan
akhirnya terlepas.
*****
Seoul , Korea Selatan
Siwon POV
Rumput-rumput ini masih sama. Nampak lebih baik dari 3
bulan lalu, saat semua menjadi hamparan salju. Angin ini masih sama seperti dulu. Namun, sedikit lebih baik dari angin musim
dingin yang mampu menusuk tulang.
Iris mataku menangkap
seorang wanita yang sangat ku kenal tengah duduk di kursi taman. Mungkinkah ia
juga menikmati awal musim semi?
“Sudah lama aku tidak bertemu dengan mu
Tiffany. Bagaimana kabarmu?” dari jarak yang cukup dekat dengannya, dapat ku lihat
wajahnya yang masih saja sama. Cantik.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan mu?” sebuah sunggingan senyum
manis ia umbar dari bibirnya, saat ia menyelesaikan frasanya.
“Baik. Aku turut berduka atas kematian suamimu.
Sebenarnya ada hal yang ingin aku ceritakan padamu . Saat kejadian itu Kris sama sekali tidak ingin membunuhku bahkan
dia mengeluarkan semua peluru yang
berada di tangannya. Dia telah mengetauhi semuanya ,dia sangat mencintaimu
Tiffany. Bahkan sesaat sebulum Tao menembaknya, ia berkata “lepaskan dia dariku”padaku. Sebenarnya Tao adalah detektif. Dia, adalah salah orang ditimku untuk
mengawasi semua pergerakan Kris dan Kris
adalah tersangka utama dalam sekenario
panjang ini. Mianhaeyo” jelasku. Ini mungkin sulit
bagiku. Jika saja lawan bicaraku bukan seseorang dalam masa laluku, yang masih
terkait dengan kejadian 3 tahun lalu, aku mungkin tidak mengalami kesulitan
untuk memberanikan diriku.
Iris mataku menyisir
wajahnya. Terlihat dengan jelas, raut wajahnya yang berubah. Ia menggigit bibir
bawahnya. Namun, semakin ia menggigitnya dengan keras, air matanya semakin
bergerak cepat menelusuri kedua belah pipinya.
“Gwaechanayo. Aku mengerti , Kris memang
bersalah, dan aku tahu itu.”
“Eomma?
Kenapa eomma menangis?” ucap
seorang anak kecil yang berumur
sekitar 3 tahun tengah menggandeng tangan Tiffany.Ia mendongkak, mendapati
wajah Tiffany yang kini berderai air mata.
“Eomma
tidak apa apa, sayang . Mata eomma berair
karena terkena angin, sayang” ucap Tiffany
meyakinkan anak itu. Ia berusaha meyakinkan bocah kecil itu, seraya
menghapus jejak-jejak air matanya.
“Apa anak ini anak—” Ku amati lekuk wajah anak ini. Bahkan ku amati
pula penampilannya. Seperti ia mirip dengan... Kris. Namun, rupanya Tiffany
dapat membaca raut wajahku. Ia mengangguk sesaat sebelum frasanya terucap.
“Ne.
Saat kejadian itu tanpa aku ketauhi aku
telah mengandungnya selama 2 minggu.
Sayang, beri salam kepada paman Siwon” ucap Tiffany.
“Annyeong
haseyo , Wu Xiao Fan imnida” ucap
anak lelaki itu dengan wajah cerianya padaku.
“Dia sangat mirip dengan ayahnya. Anak pintar” Aku mengusap pucuk kepalanya pelan.
-THE END-
kekeke~ gimana2? ada coment gak buat this FF? jangan jadi silent reader ya?? hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^