Rabu, 01 Januari 2014

Gone 2 | Neo Hanaya

Story 5

너하나야
“Neo Hanaya”
(Only You)


A fanfiction by Aydipal

Editor : Zi_You



Title     : Neo Hanaya  (Only You) | Main Cast: Oh Sehun (EXO-K)  and OC | Duration : Oneshoot| Genre: Romance, Sad |

.



Happy reading!

.
.
.
 


Hari ini sepertinya kepalaku kurang berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung. Rasanya semua perkataan songsaenim hanya lewat ditelinga tanpa singgah dulu di otak. Tiap menitnya, aku hanya melihat mulut songsaenim yang sudah seharusnya berbusa karena sedari tadi mengoceh tidak karuan dan tidak bisa kumengerti sama sekali. Sesekali kucoba membelalakkan mataku mencoba berkonsentrasi. Namun, tak berhasil.
TING TING TING
Suara bel istirahat berbunyi. Seperti biasanya, semua murid berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin atau sekedar berjalan-jalan di taman. Tapi,  tidak denganku. Aku lebih suka dikelas, sekedar membaca buku pelajaran yang akan diajarkan setelah ini atau mendengarkan music kesukaanku.
“Kau tidak ke kantin?”tanya seorang gadis padaku. Dia adalah Ja Neul. Sahabatku.
Ani. Aku di kelas saja.”jawabku singkat memberikan senyuman tipis padanya.
“Em.. araseo. Tapi, hari ini kau kenapa? Tidak biasanya kau seperti tadi. Biasanya kau selalu berkonsentrasi penuh dalam pelajaran. Ada apa, hah?”tanyanya penasaran yang sekarang duduk di kursi depan mejaku.
“Kau memperhatikanku, ya?”tanyaku sedikit bergurau dengannya.
“Aisshhh, aniya! Aku hanya tidak sengaja melihatmu melamun tadi. Ada apa?”
“Tidak terjadi apa-apa.”jawabku santai dan sedikit membuka lembaran buku ditanganku.
“Ya! Katakan padaku. Ada apa, hah? Ayolah.”rengeknya.
“Ja Neul”belum sempat melanjutkan perkataanku, seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang.
“Ya~! Apa yang kalian lakukan? Kalian tidak ke kantin?”tanya suara orang yang memelukku saat ini. Suara yang sangat familiar, bagiku.
“Ah~ Sehun! Dia tidak ingin ke kantin, lagi!”ucap Ja Neul
“Benarkah?”ucap Sehun yang sekarang memegang bahuku dan mengarahkan badanku berhadapan dengannya.
“Kau memang tidak lapar, hah? Kau harus banyak makan. Lihat tubuhmu ini, kurus sekali! Kau harus banyak makan. Ara?”ucapnya tersenyum manis menatapku dengan tatapan teduh bagaikan seorang malaikat dari surga yang memang diciptakan untuk melindungiku.
Rasanya waktu berhenti untuk sesaat. Jantungku berdegup kencang. Nafasku tersendat-sendat dan sesaat lupa bagaimana caranya berbicara. Mata kita benar-benar bertemu, sekarang. Saling menatap. Dia seperti medusa yang dapat membuat orang membatu hanya dengan melihat matanya saja. Layaknya diriku saat ini yang sedang membatu dan beberapa kali mengedipkan mata, refleks.
Ani.”jawabku seraya mengibaskan tangannya yang memegang bahuku dan menempatkan tubuhku ke posisi semula.
“Sebaiknya kalian saja yang ke kantin, aku mau belajar dulu. Jangan menggangguku.” kataku gugup.
Kuputuskan untuk mengambil buku matematika ku di tas. Sedangkan Ja Neul mengajak Sehun pergi dari tempatnya berdiri.
“Lagi-lagi perasaan ini. Ada apa denganku? Aku seharusnya tidak boleh menyukaimu, Sehun. Aku takut membuatmu terluka, nantinya.”

~Neo Hanaya~

Dedaunan berjatuhan satu demi satu di tempatku berdiri. Daun kecoklatan yang meninggalkan ranting-ranting pohon ini, menandakan bahwa musim dingin sebentar lagi datang. Udara juga semakin dingin tiap harinya, seperti hari ini. Kuputuskan untuk memakai jaket yang lebih tebal dari hari sebelumnya dan berusaha untuk tidak berlama-lama melakukan aktivitas diluar ruangan.
Rumahku dan sekolah berjarak sekitar 1 km dan hanya ku tempuh dengan naik 1 bus subway saja. Rumahku dan Sehun bersebelahan. Bahkan atap rumah kami saja hanya berjarak 1 langkah dan tingginya juga hampir sama. Kami berteman dari kecil, lebih tepatnya berteman sejak 13 tahun yang lalu. Saat itu, aku sangat membencinya. Dia sangat jail dan suka menggangguku. Namun, lambat-laun kita menjadi dekat dan bersahabat.
Entah sejak kapan aku mulai suka dengannya. Aku saja tak dapat membedakan ini perasaan suka sebagai sahabat atau perasaan kepada seorang laki-laki. Dia selalu saja berada disampingku dan tidak membiarkan laki-laki lain mendekatiku. Dengan keadaan seperti itu, kemungkinan aku menyukai Sehun lebih besar dari pada laki-laki lain? Ah~ dia benar-benar membuatku gila.
Salah satu tempat yang paling sering kudatangi untuk sejenak melepas rasa suntuk atau sedihku adalah atap rumah. Aku memulai kebiasaan ini sejak umurku 10 tahun. Saat itu, aku sangat suka memanjat pohon. Dan karena oleh orang tuaku tidak boleh memanjat pohon lagi, akhirnya aku mempunyai jalan keluar, yaitu memanjat atap rumahku sendiri. Tentu saja tanpa sepengetahuan mereka.
Sudah 2 jam aku berada di atap rumahku ini. Sendirian dan tidak ada yang menganggu.
‘Hah.. Baguslah tidak ada Sehun. Aku bisa salah tingkah bertemu dia karena kejadian tadi pagi. Huft.. orang itu, rasanya aku ingin pindah rumah saja agar tak bertemu dengannya!’pikirku sejenak menutup mata sebal. Tak lama kemudian...
“Hey! Apa yang kau lamunkan, hah?”gertak seseorang mengagetkanku dari belakang.
“Ya! Kau mengagetkanku!Em.. kau Sehun? Ada apa?” ucapku kaget melihat kehadiran Sehun. Baru beberapa detik yang lalu aku memikirkannya dan sekarang dia berada di sampingku, menggunakan muka innocent nya itu, untuk tersenyum.
‘Hah, Jinjja! Kenapa dia datang ke tempat ini?’
Ani. Kau kenapa kaget melihatku? Apakah aku tadi memikirkanku? Hayooo~”ucapnya curiga dan mencubit pipiku pelan.
“Kau bermimpi, hah? Mungkin dunia sudah kiamat jika aku memikirkanmu.”jawabku kejam dan menjitak kepalanya dua kali.
“Sakit! Kau ini!”balasnya berbalik memukul kepalaku.
Sehun sering menemaniku ketika ku berada di tempat ini. Di tempat ini, aku juga sering mencurarkan hatikupadanya.Mencurahkan hatiku tentang Ja Neul, teman lainnya, dan juga orang tuaku sendiri. Selain itu, dia juga tau semua tentangku. Dari makanan, minuman, sampai warna kesukaanku. Kami berada di tempat ini hanya sekedar mengobrol untuk saling mengerti satu sama lain.
“San Ri-ah.” ucap Sehun yang sekarang menidurkan kepalanya di pangkuanku.
“Hem.” ucapku tak terlalu memperdulikannya dan membuka lembaran buku novel yang sedang kubaca.
“Kita sudah 13 tahun berteman, bukankah itu waktu yang sangat lama untuk hubungan seorang laki-laki dan perempuan untuk berteman?”tanyanya.
Benarkah? Apa sekarang kau mau menyudahi pertemanan kita dan pergi, hah?”tebakku sembarangan.
“Apa itu yang sedang kau pikirkan? Bagaiman kalau itu benar-benar terjadi?”tanyanya lagi.
“Tak tau. Mungkin aku akan mencegahmu pergi atau ikut denganmu untuk pergi. Aku sudah terbiasa berada di sampingmu selama ini. Pasti sulit untukku jika seseorang yang sudah sekian lama berada disisiku pergi begitu saja.”ucapku tenang dan masih membuka tiap lembaran bukuku.
“Benarkah? Syukurlah. Kalau begitu, kau tidak akan meninggalkanku, kan?”
“Belum tentu. Suatu saat kau pasti akan bersama seorang gadis yang kau cintai dan aku pasti juga akan bersama orang yang ku cintai. Mungkin disaat itu, kita harus berpisah. Saat kita sudah menemukan jodoh kita masing-masing dan hidup bahagia.”
“Benarkah? Apakah aku hanya sebatas sahabat untukmu?”
“Menurutmu?”
“Sepertinya begitu.”
Hatiku merasakan sesuatu yang sedikit berbedasaatkalimatterakhirnya, meluncurdarimulutnya.Sepertiadasesakdalambenakku. Entah, aku pun takmengertiapa yang ku rasa. Ingin rasanya mendengarnya mengatakan Kalau begitu ayo kita sudahi pertemanan ini, lalu berpacaranlah dengankuatauMaukah kau bersamaku selamanya atau entahlah.
“San Ri-ah, kenapa kau tidak pernah memanggilku dengan sebutan ‘Oppa’?”tanya Sehun
“Karena, aku tidak mau saja. Kau taukan bahwa sebutan ‘Oppa’ itu sesuatu yang special untukku. Aku tidak mau sembarangan memakai kosakata itu.”
“Aku tau itu. Jadi, aku bukan seseorang special untukmu?”
“Ya! Oh Sehun, kau ada apa hari ini, hah? Kenapa kau banyak bertanya? Tidak seperti biasanya.Kau sedikit aneh malam ini.”
Jeongmal? Ani, aku hanya ingin tau pendapatmu tentangku saja. Kalau begitu aku langsung saja ya?” kini tubuhku sudah berhadapan dengannya secara langsung. Jarak kami begitu dekat dan saling menatap. Pada awalnya, aku sedikit gugup dengan apa yang dilakukannya namun semakin lama, kegugupanku mulai mereda. Matanya, seakan berkata ‘Gwenchana’. Membuatku tenang. Tatapan ini yang membuatku bertahan dari semua permasalahan yang ada dihidupku. Setiap melihat matanya, perasaanku menjadi tenang dan membuatku semakin tak bisa lepas darinya.
“Apakah kau menyukaiku, San Ri-ah?”
Ucapan itu membuatku berhenti bernafas. Jantungku merasakan 2 rasa sekaligus yaitu, bahagia dan sakit. Bahagia karena selama ini ternyata kita mempunyai perasaan yang sama. Bahagia karena aku bisa mengetahui perasaanya dari dirinya sendiri. Aku sangat bahagia.
Tapi, sakit. sakit yang ditimbulkan oleh hatiku adalah sebuah kenyataan bahwa kita TIDAK MUNGKIN untuk bersama, Sehun-ah.

*Flashback*
“Sehun-ah. Ayo kita pergi jalan-jalan!” teriakku di depan rumah Sehundengan riangnya.
Eodiga?” jawabnya mengeluarkan kepala dari kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya.
“Em. Moreugesseo.” jawabku ragu
Araseo. Aku akan turun.” sahutnya
Tak lama kemudian, ketika membuka pintu rumahnya dia berlari danseketika mengaitkan tanganku ketangannya dan mengajakku pergi begitu saja. Sepanjang jalan, kita sama sekali tak berbicara sepatah katapun. Namun, hatiku merasakan sesuatu. Sesuatu yang mengganjal, entah apa itu. Cardigan hitam yang dia pakai saat ini adalah hadiah ulang tahunnya tahun lalu dariku dan begitu juga dengan syal yang dia pakai. Dari tempatku berdiri, aku hanya bisa melihat wajahnya dari samping. Meskipun begitu, wajah tampannya tidak bisa dibohongi. Dari sudut manapun, wajah tampannya akan selalu terlihat. Bahkan ketika dia marah atau hanya diam. Lelaki ini adalah sahabatku.
“Sudah sampai.” Ucapnya seraya menghentikan langkahnya, ia pun tersenyum manis padaku.
“Kita dima—belum sempat melanjutkan perkataanku, melihat sekilas saja ku sudah tahu dimana sekarang tempatku berdiri. Tempat ini adalah bukit di belakang rumah kita. Di tempat ini, kau bisa melihat kota Seoul yang padat oleh gedung-gedung dan nampak indah jika dilihat dari sini.
“Kau belum pernah kesini? Padahal tempat ini kan tepat di belakang rumah kita.” ucapnya memeluk bahuku lembut.
“Em. Aku belum pernah kesini.”
Daun-daun musim gugur mulai berjatuhan, kilauan matahari mulai meredup dari ufuk barat. Namun, keheningan masih tercipta diantara kami. Sekilas kulirik lelaki yang berada disampingku, lama. Lama hingga dia mulai tersadar kalau sedari tadi mataku hanya melihatnya.
Wae?” tanyanya bingung dan berbalik menatapku.
Hanyaanginmusimgugur yang menghantarkankeheningansesaatsetelahiaselesaidengansatupertanyaanuntukku.Ya,tanpa jawabandariku.Haruskah ku menjawab, Sehun-ah kau tampan sekali.’ Aku benar-benar bingung akan menjawab apa.
“San Ri-ah, apakah kau mendengarkanku?”ucapnya lagi menghadang pandanganku dengan kelima jarinya.
“Eh.. ani. Hari sudah semakin sore. Bagaimana kalau kita pulang, Sehun-ah.” pintaku
Kajja.”
Saat yang paling bahagia dalam hidupku adalah beberapa menit perjalanan dari bukit kerumahku. Sepanjang jalan, pandanganku tak pernah lepas dari Sehun. Hanya Sehun yang bisa kulihat. Tangan kiriku yang digenggamnya saat ini membuatku merasakan bahwa ada sesuatu di antara kami yang tak bisa ku jelaskan. Antara sahabat dan cinta. Haruskah ku memilih diantaranya?
“Sehun-ah.” ucapku berhenti melangkah.
“Em... Wae?” sahutnya sedikit bingung dengan ku yang tiba-tiba menghentikan langkahku.
Pandangan kita mulai bertemu lagi. Perlahan ku dekatkan tubuhku padanya dan memeluknya erat.
“San Ri-ah., wae geu—”
“Biarkan aku memelukmu sebentar saja.” Ucapku, yang ku rasa memotong ucapannya.
5 menit berlalu. Dan aku masih memeluknya. ‘Haruskahku sudahi peluk ini?’pikirku.
Tak lama kemudian perlahankulepaskan pelukanku padanya. Saat melihat wajah Sehun, ada sebuah ekspresi yang sulit untukku ungkapkan.
“San Ri-ah, hidungmu! Ayo kita ke rumah sakit!”
***
Sesampainya dirumah sakit, dokter memintaku untuk menginap dan menjalani ronsen untuk mengetahui penyebab hidungku berdarah. Kuakui beberapa minggu ini aku memang sering mengalamipusing juga hidungku berdarah secara tiba-tiba. Tapi, apakah separah ini hingga aku harus menginap dirumah sakit?
“San Ri-ah..” ucap seseorang menghampiriku dengan bunga di wajahnya dan setumpuk buah-buahan di tangan kirinya.
Nugu?” tanyaku bingung tak tau siapa orang itu, meskipun suaranya nampak familiar di telingaku.
“Tarra!” teriak orang itu membuka wajahnya yang tertutupi dengan bunga.
“Ya! Sehun-ah!” ucapku histeris melihat sahabatku datang.
Neo Gwenchana? Kau nampak pucat.” tanyanya khawatir, lantas ia pun duduk disamping ranjangku
Gwenchana.” ucapku tersenyum manis padanya.
“Apa dokter belum memberitahumu mengenai hasil ronsennya? Aku penasaran kenapa kau sampai-sampai di rawat inap seperti ini.”
“Aish... na neun gwenchana-yeo... jeongmal!”
“Hei! Kau sudah sembuh? Kau semangat sekali! Apa karena aku kesini? Aku berharap kau akan cepat keluar dari rumah sakit ini dan aku akan membawamu jalan-jalan, bagaimana?”
“Baiklah. Aku akan secepatnya keluar dari rumah sakit ini. Tapi kau mau mengajakku kemana?”
“Rahasia.”
Aigoo. Kau sudah berani padaku? Bermainrahasiapadaku, hah?”
“Memang apa yang harus ku takutkan darimu? Sekarang saja kau berada di tempat tidurmu! Hah.. Babo!”
“Ya! Neo! Kau mau mati??”
Kali ini aku memukul kepalanya 3 kali. Senang rasanya bisa bercanda dengannya disaat seperti ini. Melihat senyumannya sepanjang hari.Melihatnya tersenyum sama seperti memberikan semangat untukku. Tiap melihatnya tersenyum hatiku merasa tenang.
Ketika Sehun pulang, tak lama kemudian dokter memasuki kamarku. Dokter ingin memberi tahu apa yang terjadi denganku selama ini, namun harus berbicara dulu dengan orang tuaku. Sedangkan orang tuaku tidak tahu aku disini karena sedang ke luar negeri dan keluargaku yang tahu hanya Paman dan Bibiku saja. Karena penasaran, dengan berbagai cara ku coba untuk menyakinkan dokter agar berbicara denganku saja dan nanti akan ku beritahu orang tuaku apa yang terjadi sebagai gantinya.
20 menit menyakinkan dokter kalau aku akan baik-baik saja jika mendengarnya, akhirnya ia menyerah dan memberitahuku apa yang terjadi dari awal hingga akhir. Dari penyebab sampai efek yang kuterima karena penyakit ini, dan juga umurku yang diprediksi oleh dokter. Aku terkejut dengan apa yang kudengar. Beberapa kali kutepukpipikananku, memastikaniniadalahalamsadar, bukanalammimpiku. Mataku mulai berkaca-kaca dan tepat setelah dokter pergi, tangisku mulai menderu. Pikiranku mulai kacau, perasaanku menjadi tak menentu, dan orang pertama yang melintas dipikiranku adalah Sehun. Berarti aku tidak bisa bersama dengannya untuk selamanya. Aku hanya mempunyai waktu yang singkat, dengannya.
“Oppa, mianhae. Aku tak bisa memenuhi janjiku untuk bisa bersamamu, selamanya.”
*Flashback End*

Sebulan telah berlalu, setelah dia menyatakan perasaannya padaku, esok harinya aku harus menjalani Kemo di rumah sakit. Semenjak kejadian itu pula aku tidak pernah melihat wajahnya lagi. Sengaja, aku tak memberitahunya karena tak mau mengkhawatirkannya. Orang tuaku juga sudah ku larang untuk memberitahunya apa yang terjadi padaku.
“Makan siang, nona.” suara lembut seorang perempuan mengejutkanku. Dia adalah perawat rumah sakit.
“Iya.” Jawabku lantas tersenyum, menanggapi ucapannya.
“Apakah nona sudah merasa lebih baik?” tanya perawat itu sambil meletakkan makanan ke meja samping tempat tidurku.
“Aku tak yakin.” ucapku ragu.
“Saya yakin nona akan baik-baik saja. Sekarang dimakan, ya makanannya. Apa perlu saya bantu?” ucapnya. Ia mencoba menawarkan dirinya untuk membantuku memakan makanan yang telah tersedia.
“Ah, tidak perlu. Saya bisa makan sendiri.”
“Baiklah, kalau ada yang diperlukan bisa hubungi saya, Nona. Saya pergi dulu.” Ucapperawat itu, lalu melangkahkan kakinyake luar dari ruangan ini.
Setelahperawatitupergi, hanyaakuseorangdiri di dalam kamar rumah sakit yang sebesar ini.Sangatmembosankan. Pasti sangat menyenangkan jika Sehun ada disini. Terakhir kali aku ke rumah sakit, aku masih di temani Sehun. Rasanya sepi sekali.
Ceklek
Terdengar sebuahsuaradari arah pintu. Sepertinya ada seseorang yang akan mengunjungiku, pikirku. Sudah lama aku menunggu siapa yang datang namun tidak ada yang menghampiri. Aku sedikit bingung, aku tidak merasa punya kelainan dengan pendengaranku.
Nuguseyo?” ucapku berusaha melihat kearah masuk kamarku. Namun, tak ada jawaban. Apakah itu perawat tadi? Tapi mengapa tidak kesini? Aneh.
Kuputuskan untuk berdiri sambil membawa infusku menuju arah masuk kamarku. Setibanya disana tiba-tiba..
Ceklek
Pintunya kembali tertutup. Aku terkejut, setengah berlari menuju pintu dan membukanya kembali dan sejenak mencari orang yang membuka pintu kamarku tadi. Namun, nihil. Tidak ada seorang pun disana.
“Apakah di rumah sakit ini ada hantu?” ucapku pada diriku sendiri.
“Ya! Aku takut!” segera ku berlari ketempat tidur dan berusaha menidurkan mataku untuk malam ini.
Keesokkan harinya, perawat yang sama pergi ke kamarku untuk mengantarkan makan pagi. Anehnya ketika ku bertanya apakah setelah membawa makan malam kekamarku perawat itu kembali lagi, jawabannya tidak. Perawat itu mengaku tidak kembali lagi ke kamarku lagi kemarin malam. Ah, aku benar-benar takut.
“Oh ya nona...” ucap perawat itu membalikkan badannya setelah ingin berpamitan untuk pergi.
“Ah ya, ada apa?” tanyaku
“Ini. Tadi saya menemukan ini di depan pintu kamar nona. Saya pergi dulu..” ucap perawat itu, seraya me,berikan secarik kertas padaku. Ia pun kini melangkahkan kakinya ke luar ruangan.
Aku bingung dengan apa yang diberikan perawat itu padaku. Sepucuk surat berwarna putih yang berbau Strawbery, buah kesukaanku. Pelan, ku buka surat itu dan membaca kata per kata yang tertulis...

Babo Saram,
Ya! Na beogosipta! Kapan kau akan menemuiku, hah? Apa kau tau aku sangat merindukanmu. Sudah 1 bulan ini kau tidak menemuiku! Apa kau sama sekali tak rindu padaku? Aish.. apa kau ingin kabur dariku hanya karena kau ingin menolak perasaanku padamu agar aku tidak sakit karenamu? Begitukah? Kalau begitu kau NAPEUN SARAM! Kau tau aku sekarang sakit karenamu! Bagaimana kau bisa tidak mengabariku selama sebulan? Aku tidak bisa habis pikir! Apa aku benar-benar tak ada artinya untukmu? Aku ini sahabatmu selama 13 tahun, San Ri-ah... aigoo.. kau benar-benar! Aku marah padamu!!
Kau tahu, aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin berada disisimu. Meskipun itu hanya sebagai seorang sahabat bahkan menjadi seorang penyuruhmu asalkan aku bisa disampingmu itu adalah suatu anugerah yang sangat besar. Meskipun itu hanya sebentar bahkan hanya satu detik saja itu merupakan waktu terindah yang kupunya didunia ini. Aku tak peduli apa kau suka atau tidak nyaman atau tidak jika aku berada disampingmu, tapi aku akan tetap melakukannya karena aku sangat sangat sangat MENYAYANGI-mu nae San Ri-ah...
                                                                                                                        Neo Chingu
                                                                                                                             O.S

Mwo? Siapa yang dia panggil Babo saram, hah? Aigoo. Siapa O.S? Oh Sehun maksudnya? Ya ampun.. kenapa harus di singkat O.S? Jinjja!” ucapku.
“Berarti Sehun sudah tau aku disini? Mwo?” ucapku sedikit berteriak karena baru menyadarinya.
Aigoo. Kau benar-benar BABO SARAM!”ucap seseorang yang tiba-tiba memberantakkan rambutku.
“Ya! Neo—“ucapanku terputus saat melihat Sehun berada dihadapanku sekarang. Dia benar-benar ada disini. Duduk tepat di depanku dan memandangku dengan tatapan teduhnya. Dia tersenyum, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
“Hem... lihat! Kau tampak pucat! Apa kau diberi makan disini, hah? Kau kan punya nafsu makan yang besar, seharusnya rumah sakit memberimu dua piring untuk sekali makan. Ah benar-benar..” ucapnya yang tiba-tiba tidur di tempat tidurku.
“Akulelah.Aku akan tidur sebentar disini.”Dia benar-benar berbaring ditempat tidurku dan mengambil sebagian bantalku untuk kepalanya. Aku yang sedari tadi duduk, hanya melihatnya dengan saksama. Apa yang sedang dia lakukan sekarang?
“Sehun-na kau—“
“Ssstt.. jangan mengucapkan apapun. Apa kau tidak lelah, sedaritadihanyaduduk? Kau tidak mau berbaring?” sahutnya sekarang menatapku. Pelan ku membaringkan tubuhku  dan menempatkan kepalaku padasebagian bantal yang dipakai Sehun tidur. Ku mengesampingkan tubuhku kearah berlawanan dengan Sehun. Aku tak ingin melakukan kontak mata dengannya. Hanya berbaring disampingnya saja membuat jantungku berdegup tak teratur. Apa lagi harus menatapnya.
“Apa kau ingin seperti ini terus? Menghindariku...” ucap Sehun sayup-sayup terdengar di telingaku. Namun, aku tak menjawab sepatah katapun.
“San Ri-ah. Bisakah kau membalikkan tubuhmu?” ucapnya.Seketika, semburatmerahitusepertinampakpadakeduapipiku.Aku tak tau harus berbuat apa dan lagi-lagi aku tak menjawabnya.
Lama berada di posisi tidur seperti ini membuat punggungku sakit. Setidaknya aku harus mengubah posisi tidurku.Tapi, jika aku harus mengubah posisi tidurku berarti aku harus berhadapan dengan Sehun. Aku benar-benar panik. Akhirnya, ku putuskan untuk pergi saja dari kamar.
Segera ku duduk dan memakai sandalku. Belum sempat berdiri, tiba-tiba sebuah tangan memeluk pinggangku. Refleks aku hanya bisa diam, terpaku.
Hajima.Jangan tinggalkan aku. Aku.. aku.. benar-benar merindukanmu..” ucap Sehun yang semakin erat memelukku. Aku yang masih terdiam berusaha memutar otak apa yang seharusnya kulakukan. Sedikit demi sedikit mulai kulepas tiap jemari Sehun yang memelukku dan berganti melihatnya lekat-lekat.
“Apa kau tau apa yang kau lakukan?” tanyaku serius padanya, menatapnya lekat-lekat.
Mwo?” jawabnya lesu.
“Kau menyukai orang yang salah...” ucapku pelan padanya dan mengalihkan pandanganku, menghindari kontak mata dengannya.
Ani. Aku mencintai orang yang seharusnya ku cintai dan aku tidak akan pernah menyesalinya..”
“Apa kau tau apa yang terjadi denganku sekarang?”
“Em..” jawabnaya yang tanpa disertai kata, hanya anggukkan kepalanya.
“Kau tau seberapa parahnya?”
“Em..”
“Kau tau berapa lama lagi umurku menurut dokter?”
“Em..”
“Apa kau gila? Seharusnya kau tidak menemuiku! Bukankah lebih baik jika kau mulai belajar untuk hidup tanpa diriku yang selalu disampingmu sebagai sahabat? Lebih baik kau pulang saja. Bukankah waktu jenguk akan segera habis. Aku mau istirahat...” ucapku yang berusaha menidurkan kembali tubuhku ditempat tidur yang meninggalkannya yang masih terduduk disamping kakiku.
Pelan, aku merasakan tubuhnya mukai turun dari tepat tidurku.
“Aku pergi...” ucap Sehun yang diiringi oleh suara langkahnya yang mulai menjauh.
Dalam tidur, air mataku mulai mengalir deras. Apakah aku baru saja mengusirnya? Aku pasti mulai gila. Pelan ku bangunkan tubuh ini untuk duduk di tempat tidurku namun masih dalam keadaan menangis yang semakin menjadi-jadi. Namun, isakankuterhenti, ketikasebuah sapu tangan mengusap air mataku pelan. Ku buka mataku dan melihat Sehun duduk didepan.
“Aku sudah mengira kalau kau akan seperti ini, oleh sebab itu aku kembali kesini.” ucapnya
Babo! Apa kau kesini hanya karena aku menangis? Bahkan kalau aku mati kau tidak boleh kesini! Kau seharusnya pergi Sehun-ah! Kau harus berusaha menghilangkan diriku di hatimu itu! Kau tidak boleh menyukaiku! Sedikitpun!” ucapku marah padanya yang masih diiringi oleh tangisku.
“Aku akan melakukannya, tapi nanti.” jawabnya segera membawa tubuhku ke pelukannya.
“Aku sudah mendapatkan izin untuk menemanimu disini malam ini oleh dokter...”, ucapnya lagi.
Mendengarnya yang akan menemaniku malam ini, sepertinya membuat hatiku lebih tenang. Aku benar-benar sudah kehilangankendali pikiranku, jika harus berpisah dengannya sekarang. Dalam pelukannya sekarang air mata ini tetap saja terus mengalir tanpa henti.
“Mau sampai kapan kau menangis? Kau membuat bajuku basah.” ucap Sehun bercanda melepas pelukannya dan tersenyum padaku manis.
“Kau tidak tidur? Aku mulai mengantuk..” katanya lagi mulai menempatkan tubuhnya di posisi sama seperti beberapa saat yang lalu dan menghadap kearahku.
“Kali ini jangan membalikkan tubuhmu untuk membelakangiku lagi.”pintanya padaku yang masih duduk melihatnya.
“Kau benar-benar tidak akan tidur?” tanyannya lagi. Segera ku mulai menempatkan tubuhku juga untuk tidur. Namun kali ini aku tidak membelakanginya lagi. Aku menempatkan kepalaku ke sisa bantal yang dipakai Sehun sehingga kepala kita benar-benar dekat. Kemudian ku memutuskan untuk menutup mataku dulu untuk tidur.
“Selamat malam..” sebuah kecupan manis mendarat di keningku yang seketika membuat mataku terbuka. Dia hanya tersenyum padaku dan memberikan kecupan di kedua mataku.
“Kau harus cepat tidur dan bermimpi indah..” ucapnya lagi lalu memakaikan selimut untukku dan dia lebih mendekatkan tubuhnya padaku kemudian memelukku dalam tidurnya. Melihatnya melakukan seperti ini membuat jantungku seakan berhenti berdetak selama beberapa detik. Sekilas, ku dapat melihat wajahnya dari sedekat ini. Aku baru menyadari bahwa aku juga sangat sangat sangat MENYUKAINYA.

~Neo Hanaya~

“Selamat pagi, putri tidur.” sebuah suara membangunkanku. Kubuka mataku dan melihat Sehun yang masih berbaring dihadapanku menatapku manis.
Aigoo, kau tetap cantik meski baru bangun tidur..” ucapnya lagi. Kali ini aku tidak mendengar ucapnnya dan menutup mataku lagi berusaha untuk tertidur kembali.
“Apa kau ingin tidur lagi? Ini sudah pagi. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?” ajaknya. Karena berisik mendengarnya berbicara terus dihadapanku, akhirnya kubalikkan badanku membelakanginya.
“Baiklah. Sepertinya aku harus memaksamu, hah? katanya lagi. Aku benar-benar acuh padanya. Aku masih mengantuk dan ingin meneruskan tidurku lagi tapi sepasang tangan tiba-tiba mengangkatku.
“Ya! Sehun! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan, hah? Apa kau gila?” ucapku yang sembari memukulinya. Sepanjang jalan aku dibuat malu olehnya karena gendongan ini semua orang melihat ulah kita di pagi hari seperti ini.
“Sampai..”
“Taman? Ah, aku masih mengantuk. Aku akan kembali lagi saja..” ucapku mulai beranjak pergi.
“Eeiitts. Kau tidak boleh tidur lagi. Kau harus menurutiku. Sekarang ayo kita jalan-jalan..” ucapnya mengaitkan tangan kita dan berjalan sekeliling taman.
“Akulelah. Ayo kita istirahat.”Pintaku.
“Baiklah.”
“Apa kau ingin sesuatu? Aku akan membelikannya untukkmu..” tanya Sehun padaku.
“Em..” pikirku
“Apa? Kau mau aku belikan apa?” tanyanya lagi
Aku hanya ingin.. bahumu..” jawabku
“Hah? Bahuku? Bahuku tidak bisa dibeli..”
“Maksudku begini...”Jawabku seraya menidurkan kepalaku ke bahu Sehun dan memenjamkan mataku. Aku bisa merasakan kalau dia terkekeh melihat tingkahku sekarang.
“Kau sepertinya benar-benar menyukaiku San Ri-ah.”Ucapnya yang diiring tawa riangnya.
Geudae. Aku memang benar-benar menyukaimu. Sampai-sampai aku ingin mati karena harus menahan perasaan ini.” ucapku
“Oh?” tanyanya bingung.
Ani. ku hanya berkata bahwa aku menyukaimu. Itu saja..” jawabku singkat dengan mata yang masih terpejam.
Jinjja? Aku lega karena kau mengatakan hal itu. Jadi, kau menerimaku menjadi kekasihmu, hah?”
“Apa kau gila? Aku sebentar lagi, maksudku tak lama lagi mungkin akan meninggal. Apa kau masih mau mempunyai hubungan denganku? Lebih baik jangan.” Jawabku. Ku dongkakkan kepalaku. Kini aku menatapnya dengan tajam.
“Akan lebih baik jika kita melakukannya sekarang dari pada aku nantinya akan menyesal karena tak dapat menjadikanmu sebagai kekasihku meski disaat-saat terakhirmu.”ucapnya yang sekarang terdengar tulus dari dalam hatinya. Namun, aku tak menjawab perkataannya.
“Maukah kau menjadi kekasihku meski hanya sebentar San Ri-ah?” ucapnya sekarang menghadapkan tubuhku kehadapannya.
“Meskipun hanya 1 menit?” sekarang pertanyaanku benar-benar beralasan. Kepalaku benar-benar pening. Aku tidak pernah merasakan rasa sakit yang seperti ini, namun aku tak ingin menunjukkan rasa sakitku kepada Sehun. Semakin lama semakin sakit yang kurasakan. ‘Mungkinkah hari ini, ya Tuhan? Kau akan mengambil nyawaku?’
“Meskipun hanya 1 detik..” jawabnya menyakinkanku.
“Sehun-ah, aku menerimamu sebagai kekasihku.” jawabku segera setelah menjatuhkan kepalaku ke bahu Sehun kembali.
“San Ri-ah.” ucap Sehun sekarang dengan nada sendu
“Bukankah kau sudah bilang kalau tidak apa-apa meski hanya 1 detik? Aku hanya akan tidur sebentar saja dibahumu.” ucapku meneteskan air mataku
“San Ri-ah.” lagi-lagi Sehun mengucap kata yang sama.
“Aku sudah menyukaimu sejak dulu. Kau adalah seseorang yang paling aku sayangi selain keluargaku di dunia ini. Kau adalah satu-satunya alasan kenapa aku bisa bertahan selama ini. Meskipun jantung ini berhenti hanya kau seorang yang kupanggil, hanya kau seorang yang terukir di hatiku. Sehun-ah. Percayalah padaku. HANYA KAU.” ucapku perlahan-lahan dan segera menutup mataku pelan.
Seketika cahaya putih berkilauan di hadapanku. Dan aku seakan-akan baru saja terbangun dari tidurku yang panjang. Namun, dalam tidurku yang panjang itu, aku hanya mengingat sebuah nama yaitu Sehun. Seorang laki-laki yang memberikan alasan kenapa aku harus berada dalam mimpi itu..
“Sehun-na.GEOMAPTA.”

 -THE END-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^