Sabtu, 18 Januari 2014

Gone 4 | All My Love is for You



ALL MY LOVE IS FOR YOU


A fanfiction by : Zi_You
Cover by : I_You


Title: All My Love Is for You | Cast : -Kim Jong In (EXO K) and Yoon Mi Chan (OC) | Duration : Vignate | Genre: Fluff (May be)| 

Summary:
-Dengarlah suara hujan ini. Yang menenangkan, walau membawa angin musim dingin yang menusuk kulitku. Yang membawaku, berada di sampingmu-

* *
 

Waktu menunjukkan 05.00 PM untuk waktu di belahan Bumi bagian Barat, ketika titik-tittik air itu dengan ringannya turun dari gumpalan awan. Langit mengubah warnanya, menutupi langit jingga di senja hari. Membawa angin musim dingin yang menusuk kulit.
Gadis itu melihat arloji putih di tangan kirinya, sekilas. Pandangannya kini tertuju pada titik-titik air yang mulai jenuh berada pada gumpalan awan putih. Diantara gemericik titik-titik air tersebut, terdengar desahan kasar dari mulut gadis tersebut. Kedua tangannya ia telangkupkan ke depan dadanya, memegang erat bingkai kanvas yang kini di selimuti kertas coklat.
Lelaki itu menghentikan permainan tari modern-nya, lantas berjalan mendekat pada tape hitamnya, lalu mematikannya. Nafasnya berderu. Peluhnya kini mulai merembes melewati lekuk wajahnya. Pandangannya kini tertuju lurus pada titik-titik air hujan. Ia lalu melirik arloji hitam di tangan kirinya, sekilas. Tangan kanannya terulur mengambil tas ranselnya, lantas ia sandarkan pada bahu kanannya. Ia kemudian melangkahkan kakinya, keluar dari ruangan tari tersebut. Sepanjang lorong-lorong yang ia lalui, indra pendengarannya hanya menangkap ocehan kesal mahasiswa lain, yang merutuki datangnya titik-titik air tersebut.
Langkah lelaki tersebut berhenti, ketika pandangan matanya yang menyipit, menangkap seorang gadis berambut pirang, yang mungkin menunggu hujan mereda. Tangan kanannya terulur menengadah titik-titik air. Pandangan lelaki itu masih saja menatap kosong gadis yang membelakanginya, seolah dia adalah objek terindah, walau ia tak melihat wajah cantik gadis tersebut.
“Mi Chan”gumam lirih lelaki tersebut. Bibirnya mengumbar senyum manisnya. Sedangkan tangan kanannya memegangi dada kirinya, merasakan denyut jantungnya yang berdetak tak normal. Namun, sedetik kemudian, kepalanya mengeleng. Tangannya ia hempaskan. Ia menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya kembali.
Ketika ia sampai pada ujung lorong, pandangannya tertuju lurus pada titik-titik air yang semakin deras. Ia pun mengembangkan payung putihnya, yang sedari tadi berada di tangan kirinya. Ketika kaki kanannya melangkah, kepalanya menoleh pada gadis tersebut. Bibirnya melengkung, membentuk senyum manis. Ia pun menurunkan payungnya, dan mendekat pada gadis tersebut.
“Menunggu seseorang, Mi Chan?”ujar lelaki tersebut. Mi Chan mendongkakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Ia lalu menatap lelaki tersebut.
“Jong In?”ucapnya lirih. Namun, masih terjangkau indra pendengaran lelaki jangkung di depannya. Mulutnya sedikit terbuka, terlebih senyum manis Jong In yang mampu membuatnya kehilangan setengah kesadarannya.
“Kau tahu namaku?”ucap Mi Chan.
“Yeah. Siapa yang tak tahu pelukis cantik berbakat sepertimu?”ucap Jong In, yang diakhiri dengan tersenyum simpulnya. Mi Chan menundukkan kepala, menutupi semburat merah dengan rambut pirang panjangnya. Ia menatap lurus pada sepatu putih yang menutupi telapak kakinya.
“Kau menunggu seseorang, Mi Chan?” lagi,Jong In mengulangi perkataannya beberapa menit yang lalu. Ia menatap Mi Chan yang hanya menunduk, penuh harap. Dengan helaan nafasnya, Mi Chan mendongkakkan kepalanya.
“Ya. Mengunggu sesuatu yang indah. Pelangi.” ucap Mi Chan, seraya mengumbar senyum manisnya lagi. Ia menatap mata teduh Jong In sebentar, lalu menatap awan nimbo stratus yang dengan ringannya menurunkan titik-titik air. Matanya berbinar, ketika kata terakhir ia ucapkan.
“Aku tahu, seorang gadis akan sangat benci jika menunggu sesuatu, bukan begitu?”ucap Jong In mengikuti binar mata Mi Chan. Ia lalu mengulurkan tangannya, lalu menggenggam erat pergelangan tangan Mi Chan. Membuat gadis cantik itu memutar bola matanya pada mata teduh Jong In. Mi Chan hanya menautkan alis coklatnya, menanggapi ucapan Jong In tadi. Namun, Jong In seolah tak menginginkan Mi Chan menjawab pertanyaannya, ia menarik tangan Mi Chan dalam payung putihnya.
Hening. Tak ada pembicaraan ketika mereka dalam perjalanan meninggalkan Unversitas favorit itu. Hanya ada suara desahan nafas dari mulut Mi Chan. Kedua tangannya semakin mengeratkan dekapan pada bingkai kanvasnya. Jemari kanannya mengusap pelan lengan kirinya, berusaha menepis titik-titik air yang terbawa angin musim dingin. Gerakan jemari kanannya terhenti, ketika sebuah tangan kekar mencengkeram erat lengannya, tepat di atas jemarinya. Mi Chan mendongkkan kepalanya, memutar bola matanya. Ia menatap Jong In dengan pertanyaan yang belum sempat terucap oleh bibirnya.
“Aku juga tahu, seorang gadis akan sangat merutuki dirinya, saat angin musim dingin dengan mudahnya menusuk pori-pori kulitnya, bukan begitu?”ucap Jong In. Sorot matanya tertuju lurus pada titik-titik air yang terhalau oleh payung putihnya. Mi Chan tersenyum simpul menanggapi ucapan Jong In. Jong In lalu menoleh, mengamati Mi Chan yang masih mengusap pelan bahu kirinya, juga memperat bingkai kanvas di dekapannya.
“Kau mendapat tugas akhir dari Kim Songsaenim?”ucap Jong In. Mi Chan menoleh. Mata coklatnya mendapati Jong In yang kini mengamatinya. Mi Chan hanya menggangguk seraya tersenyum simpul.
Kaki jenjang Mi Chan berhenti melangkah, ketika Jong In juga menghentikan langkahnya. Mata coklat Mi Chan beradu pandang dengan Jong In. Bukan tatapan tegas, di paras tampan Jong In , tapi tatapan teduhnya. Mi Chan kini seakan tak menghiraukan tubuh rampingnya yang merasa kedinginan, hanya tatapan Jong In yang sanggup mengunci segala penglihatan dan geraknya.
“Apa kau keberatan, jika aku hanya mengantarmu ke apartemenmu dengan sebuah payung?” Hanya suara bass Jong In juga yang mampu mengalihkan pandangannya dari tatapan teduh Jong In. Mi Chan hanya mengibas pelan kepalanya, yang diikuti anak rambutnya, ketika suara bass itu membuatnya tersadar.
“Dia sungguh egois, membuatku seperti ini.” Hanya satu kalimat yang terlintas dalam fikiran Mi Chan, jika mata coklatnya bertemu dengan mata teduh Jong In.
“Ah, aku mungkin tak akan pulang ke apartement hari ini. Aku akan ke Seoul untuk menghadiri pameran.”
“Menyerahkan lukisanmu kepada Kim Songsaenim?”
“Yeah, seperti itu.” Kembali hening. Ketika Mi Chan menyelesaikan kalimat terakhirnya. Jong In kemudian kembali memandang Mi Chan. Seakan mengunci pandangan gadis bermata coklat ini. Hanya untuk menatapnya.
Tangan kekar Jong In yang semula memegang erat bahu Mi Chan, kini ia tarik. Tangan kirinya kini menarik pelan pergelangan. Mi Chan Ia memeluk erat Mi Chan. Meneggelamkan kepala Mi Chan pada dada bidangnya. Tak memberi jarak sedikitpun antara dia dan Mi Chan. Bersamaan dengan itu, jaket kulit Jong In basah. Bukan. Bukan karena titik-titik air dari awan putih, melainkan dari genangan air coklat yang mungkin sengaja terlewati mobil.
“Jong------” Kedua alis coklat Mi Chan menaut. Saat Jong In kini memeluknya erat.
“Aku tak ingin penampilanmu, juga kanvasmu kacau.” Suara bass yang lirih itu, menggema di telinga kanan Mi Chan. Ia memamerkan senyum manisnya, walau tak banyak orang yang tahu, termasuk Jong In.
“Terima kasih. Dan… maaf.”ucap Mi Chan, seraya melepas pelukan. Jong In Kepalanya menunduk, yang diikuti rambut pirangnya. Jong In tersenyum simpul. Tangan kekarnya yang semula memeluk Mi Chan, kini menggakat dagu runcing Mi Chan.
“Tidak. Aku yang minta maaf, memelukmu secara lancang.”
Mi Chan melirik sekilas arloji putihnya. Raut mukanya yang sedari tadi menggumbar binar kebahagiaan, kini berubah menjadi cemas. Jong In yang mengikuti mata coklat Mi Chan, hanya menautkan alis hitamnya.
“Jong In Terima kasih atas tumpangan payungmu. Aku harus secepatnya menuju stasiun. Mengejar kereta, sebelum benar-benar meninggalkanku.” Mi Chan kembali mengumbar senyum manisnya. Lalu menepuk pelan bahu Jong In, sebelum ia melangkah menjauh dari lengkungan payung Jong In. Jong In mencengkeram pergelangan Mi Chan, erat. Membuat anak rambut Mi Chan bertebangan.
“Tidak. Aku akan mengantarkanmu menuju stasiun. Bahkan jika keretamu telah meninggalkanmu, aku akan mengantarkanmu menuju pameran.” Raut muka tegas, terlihat jelas di wajah tampan Jong In.
“Tidak usah mengantarkanku. Kau besok juga akan menghadiri pertunjukkan Lee Songsaenim, sebagai penampil dance bersama temanmu, bukan?”
“Hanya sampai stasiun.” Raut muka tegasnya berubah. Kini hanya terlihat raut memohon dari wajah Jong In. Terlebih dengan susah payahnya, kedua tangan kekarnya ia telangkupkan menjadi satu. Membuat Mi Chan luluh, yang diiringi senyum manis serta anggukan kecil Mi Chan.
“Baiklah.” 







 
-THE END-



 

A/N:
Yee~ Ini ff ku yang ke dua. Masih seputar ficlet dan vignate. Hehe. Dan, ff ini masih banyak kekurangannya. Gak tahu deh, fluffnya kena atau enggak. Oh, satu lagi, ini idenya murni dariku, kalau mungkin kalian merasa adegannya sam dengan ff lain, itu bukan karena aku plagiat, ya. Karena pada dasarnya tak salah kalau seseorang memiliki pemikiran yang sama. Oke, see you next fanfiction.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^