Tears In Autumn
A fanficton by : Aydipal
Title : Tears In Autumn| Main Cast
: Byun Baekhyun (EXO K), Kim Seo
Ryu,
Hyo Seok (Seo Ryu friend), Ja Neul, Jae Jun, Park
Chun Myool| Duration
: oneshoot| Genre : Romance, a
little bit sad
*****
Note :
All of point of
view in the story, is Kim Seo Ryu’s point of view
******
“OMO! APA INI?” ucapku
terkaget-kaget melihat kamar yang berantakan layaknya kapal pecah.
“Wae? Tak bisakah kau sebelum masuk dalam kamarku
mengetuk pintu terlebih dahulu? Lihat! Buku-bukuku yang telah ku bereskan! Berantakan kan? Huft! Cepat
bantu aku!”ucap laki-laki bermata sipit di depanku ini. Lelaki itu memakai baju putih polos dengan celana jeans selutut. Baekhyun
namanya. Ia nampak kesal dengan kehadiranku yang mungkin mengagetkannya.
“Baiklah.”ucapku membantu memunguti buku-buku yang berserakan.
Oh. Kenalkan namaku Kim Seo Ryu.
Seorang gadis dengan usia 19 tahun, yang tinggal menetap di Seoul sejak usia ku
6 tahun. Ayahku seorang pilot, sedang ibuku seorang pramugari. Jadi, jangan
heran jika aku berpindah-pindah, dan mulai menetap di sini. Di ibukota Korea
Selatan. Oh. Lelaki imut itu, teman dekatku, semenjak aku mulai menetap di
Seoul. Ia adalah seorang lelaki lucu, baik, imut, manis, dan tampan. Karena
teman sejak kecil dan rumah kami sangat dekat, kita sangat akrab. Aku juga
sering main ke kamarnya. Lebih tepatnya masuk sembarangan. Mengikutinya kemana
saja. Tapi itu dulu. Sekarang dia sudah punya kekasih. Jadi, aku tidak berani.
Kekasihnya kadang-kadang cemburu karena kedekatanku dengan Baekhyun oppa yang
berlebihan.
“Sayang, aku kesini!” ucap seorang
perempuan memakai rok mini dengan tangtop yang sama-sama berwarna putih membawa
pizza, makanan kesukaan Baekhyun oppa. Gadis itu bernama Ja Neul. Gadis yang
cantik dengan rambut pirang sebahu. Seperti biasa, dia menggeleng-gelengkan
kepala melihat kekasihnya berada sekamar dengan diriku. Aku hanya tersenyum dan
segera pergi dari tempatku. Takut mengganggu mereka berdua yang ingin memiliki
waktu privasi, tentu tidak dengan kehadiranku.
Aku berjalan keluar dengan wajah kusut
karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Akhirnya aku kerumah Hyo Seok. Rumahnya
tidak jauh dari rumahku. Aku berjalan dengan ceria, mengalunkan lagu What Is
Love dari EXO-K dari ponselku.
Seseorang menabrakku di depan mini
market. Sontak kejadian itu membuat beberapa orang mengalihkan perhatiannya
pada kami.
“Aww...”ucapku kesakitan melihat
sikuku berdarah.
“Hey! Lihat jalanmu jika berjalan!” teriak
laki-laki itu membuatku berdiri. Sudah jelas-jelas tadi dia sibuk dengan poselnya,
dan tiba-tiba menabrakku. Masih berani marah dengan ku?
“Hah! Kau marah denganku? Seharusnya
aku yang marah! Liat lututku cedera gara-gara kau! Bukankah kau seharusnya minta
maaf?”
“Oh, aku tau sekarang! Kau gelandangan?
Sengaja menabrakku dan meminta ganti rugi karena kau cidera dan ingin aku
membawamu ke rumah sakit? Hah!! Lihat! Jasku juga jadi kotor! Kau tau baju ini
berapa harganya? Lebih mahal dari semua yang kau miliki! Bahkan dengan dirimu
saja belum tentu dapat membeli baju ini!” hinanya yang membuatku semakin panas.
Ingin ku meremukkan tubuhnya menjadi 100 bagian dan memisahkannya di berbagai
negara.
“Hah! Kau kira aku ini apa? hingga kau
bandingkan dengan jas murahanmu ini?”
tanyaku makin marah ingin meledak.
“Hah! Kau berteriak padaku?” ucap
laki-laki itu mendekatkan wajahnya.
“Menurutmu?”ucapku juga mendekatkan
wajahku, menantangnya.
“Stop! Ada apa ini? Kok ribut-ribut
ditengah jalan?”ucap Hyo Seok yang tiba-tiba datang.
“Sudahlaah! Ini uangmu! 500 ribu won!
Itu yang kau inginkan dariku kan?” ucapnya pergi begitu saja meninggalkan uang
500 ribu won yang berserakan dijalan karena dihamburkan ke jalan.
“Aish! Menyebalkan sekali orang itu!
Yak! Ini ambil uangmu!”ucapku teriak frustasi merasa diriku direndahkan oleh
laki-laki yang menyebalkan seperti dia. Namun, dia hanya berjalan santai menuju
mobil hitamnya yang mengkilap.
Aku pergi begitu saja meninggalkan Hyo
Seok yang masih bingung dengan apa yang telah terjadi. Lututku yang cidera
membuatku sedikit susah berjalan dengan lancar.
CARELESS CARELESS SHOOT ANONYMOUS
ANONYMOUS HEARTLESS MINDLESS NO ONE WHO CARE ABOUT ME.
Suara ponselku berbunyi. Panggilan dari
ayahku. Bertambahlah frustasiku saat dalam panggilan itu ayah memberitahuku
bahwa akan ada acara perjodohan. Memang ini zamam apa? Ini zaman modern. Oh My God! Help Me! Ayahku menyuruhku
pulang cepat untuk mencoba gaunku. Acara pertemuannya nanti malam. Merepotkan
saja.
Gaun berwarna merah hati panjang
sampai mata kaki dengan bagian atasnya hanya sampai bagian atas dada inilah
yang kugunakan untuk acara perjodohan itu. Membuat kedua bahuku terlihat.
Rambutku kubiarkan terurai, tidak lupa memakai jepit yang juga berwarna merah
berbentuk kupu-kupu. Dengan polesan make up tipis, yang akan menampilkan wajah natural.
Juga dengan sepatu high heels yang senada dengan gaun merahku. Saat ku membuka
pintu kamarku dan Ayah dan Ibuku kagum melihatku memakai gaun yang ia belikan
itu.
“Kau cantik, eonnie.”ucap Jae Jun
Tidak lama, aku bersama Ibu, dan Ayah berangkat
menuju restourant dimana tempat kami bertemu. Karena bosan menunggu, kuambil
earphone ditas yang kubawa. 10 menit menunggu akhirnya orang yang ditunggu Ayah
dan Ibu sudah sampai, bersama 2 orang laki.
‘Memang aku akan dijodohkan dengan 2 orang sekaligus? Wow!! Beruntungnya
diriku!’ ucapku dalam hati.
Orang tersebut menoleh-menoleh
kesana-kemari mencari kami. Ayah bukannya menghampiri, tapi berteriak dengan
kerasnya.
“Park Jong San! Disini!” teriaknya
berdiri dan mengayunkan tangannya ke atas. Sontak kejadian itu membuat semua pelanggan
dan pelayan yang ada di restaurant itu melihat kearah Ayahku. Karena malu
melihat Ayahku seperti itu, Ibu menyuruhnya untuk duduk, namun Ayah menolak.
Adegan seperti itu terulang namun orang yang dipanggil Ayah itu tidak mendengarnya
hingga aku harus mentupi wajahku dengan buku menu yang berada diatas meja
karena malu.
‘Ya ampun apakah orang itu mengalami pendengaran yang buruk? Kenapa tidak
mendengar?Aish!’ ucapku dalam
hati kesal.
“Hei!! Park Chun Myool!” balas orang
itu dengan bangganya berlari menuju Ayahku.
‘Hah! Bodohnya!!’ umpatku lagi.
Mereka berdua pun duduk dan mengobrol.
Aku masih menutupi mukaku dengan buku menu dan sedikit mengintip, mencari tahu
apakah orang-orang masih melihat kami. Setelah 1 menit berlalu, ku angkat
mukaku dari buku menu itu berhubung orang-orang disekitar kami sudah tidak
memperdulikan ayahku lagi.
‘Huft’ ucapku lega.
Mataku melotot seketika, saat melihat
salah satu laki-laki di hadapanku adalah orang yang menabrakku tadi sore di
depan supermarket. Dengan reaksi yang sama, dia juga melihatku dan seketika
membuang muka masing-masing.
‘Kenapa
dunia sesempit ini?’ keluhku.
“Baiklah, Park Chun Myool. Perkenalkan
ini anakku. Yang disampingku ini namanya Lee Hyuk Jae. Dia anak pertamaku. Dan
yang ada disampingnya Hyuk Jae namanya Jong In.” ucap Jong San Ahjussi.
“Dan ini adalah anak kami, namanya Kim
Seo Ryu.”ucap Ayah.
“Jadi bagaimana Seo Ryu?”tanya Jong
San Ahjussi padaku.
“Maksud Ahjussi?”tanyaku bingung
“Jadi, kau pilih yang mana?”ucap Jong
San Ahjussi padaku.
“Heemm... Jong San, bukankah lebih baik kalau
kau saja yang memilih? Sepertinya anakku akan menerima apa pun keputusanmu.”ucap
ayahku.
“Em. Bagaimana kalau Hyuk Jae? Hyuk
Jae kan masih sendiri?”ucap Jong San ahjussi.
“Ayah.”ucap Hyuk Jae oppa lirih.
“Sudah diam!”suruh Jong San ahjussi.
“Em. Moereugessoeyo.”ucapku lirih memandang Ayahku.
“Bagaimana
kalau Jong In?”ucap Ayahku spontan.
“Aniyo!”ucapku
serentak dengan Jong In. Kejadian itu membuat Ayah, Ibu, Jong San ahjussi dan
Hyuk Jae oppa bingung.
“Apa kalian telah kenal sebelumnya?”
tanya Ibuku
“Aniyo!”ucapku
serentak lagi dengan Jong In.
“Geuroem?
Kenapa kalian bisa kompak menjawab ‘Aniyo’?”
tanya Hyuk Jae oppa.
“Emm... Maaf saya boleh minta ijin ke kamar
mandi.” ucapku lagi yang langsung pergi menuju ke kamar mandi wanita. Baru
sampai pintu kamar mandi wanita, tiba-tiba sebuah tangan memegang tanganku dan
menariknya ke dinding samping pintu. Refleks tangan itu berusaha kulepas dan
ingin beranjak dari posisi yang tidak nyaman ini. Namun laki-laki itu
menempelkan tubuhku ke dinding dengan tangannya yang menahan tubuhku di bahuku.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Kau mau
mati sekarang, hah?” ucapku mendorongnya.
“Apa kau merencanakan semua ini?
Secara sengaja menabrakku sore tadi dan berusaha memerasku lalu tiba-tiba kau
mau jadi istriku? Apa-apaan ini? Bukankah kau tadi sudah ku beri uang, hah?
Masih kurang uangnya? Berapa maumu, hah?” ucapnya seranya mengambil dompet yang
berada disaku belakang celananya dan meyodorkan sekepal uang dihadapnku.
“Kau gila atau psyco, hah? Kau
benar-benar mau ku bunuh? Aku tidak butuh uangmu! Ambil semua uang mu itu! Kau
pikir ini semua sebuah rencana yang sudah ku susun? Kau mungkin sebaiknya sudah
berada di rumah sakit jiwa! Apa kau suka melihat drama? Kau pikir dunia ini
sesempit, semudah, dan setidak masuk akal dalam drama, hah?” ucapku yang mulai
emosi dengan apa yang sedang terjadi sekarang.
“Lalu? Apa yang kau lakukan duduk disana
dan ingin dijodohkanku?” tanyannya yang sekarang tampak bingung.
“Apakah disana, di meja itu hanya ada
kau saja? Bukankah disana juga ada kakakmu? Jika aku dijodohkan dengan salah
satu diantara kalian, aku lebih memilih kakakmu! Dia sepertinya baik! Tak seperti
kau! Kasar terhadap wanita!”
“Apa? Bukankah aku lebih tampan dari
pada kakakku?” ucapnya mendekatkan wajahnya.
“Hem.” karena gerakannya yang
tiba-tiba aku sedikit terkejut dan refleks menoleh.
“Haha.. lihat! Hanya dengan
mendekatkan wajahku saja kau sudah salah tingkah.” ucapnya tersenyum mengejek.
“A..ap..a yang ka..u bi..lang?”ucapku
yang sedikit terbata-bata.
“Bagaimana kalau kita pacaran? Aku
akan membuatmu mencintaiku! Bagaimana?”
“Kau sepertinya psyco! Apa kau gila?”
“Apa yang kalian lakukan disitu?” suara
seorang laki-laki yang tidak asing bagiku tiba-tiba saja terdengar. Aku dan Jong
In pun menoleh kearah sumber suara. Dan
betapa kagetnya orang tua Jong in dan orang tuaku melihat kami penuh
kebahagiaan dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang. Seketika aku menatap kembali Jong In sontak mata kami bertemu dan membuatku
salah tingkah lagi.
“Ayah? Apa yang kau lakukan disini?” tanya
Jong In memegang tanganku dan berjalan kearah mereka.
“Kami hanya ingin mengecek saja...
kenapa kalian begitu lama ke kamar mandinya. Dan ternyata...”ucap ayahku yang
segera menoleh ke orang tua Jong In.
“Sepertinya, keputusan kita
menjodohkan mereka bukanlah suatu kesalahan.... bukankah seperti itu calon
besan? Haha.” Ucap Jong San ahjussi bergurau dengan ayahku dan berjalan kembali
ke meja kami.
Selang beberapa langkah dari tempat
kami bertemu dengan orang tuaku dan orang tua Jong In, sekilas kulirik tanganku
yang bertautan dengan tangan Jong In.
‘Apa ini? Apa dia serius dengan apa yang diucapkannya tadi?’
Makan malam selesai. Aku dan Jong In
masuk ke mobil. Awalnya kami hanya diam saja. Tanpa pembicaraan apa pun. Aku
sempat mengingat kejadian 30 menit yang lalu, saat ia tiba-tiba memegang
tanganku. Hanya 2 orang laki-laki selain ayah yang pernah membuatku nyaman saat
berpegangan tangan. Pertama, Baekhyun oppa dan Kedua laki-laki itu, yaitu Jong
In oppa.
“Dimana rumahmu?” ucapnya memecah
keheningan.
“Setelah jalan ini belok ke kiri.
Rumah ketiga dari depan samping kanan jalan. Satu-satu rumah yang kotak
suratnya berwarna hijau. Itu adalah rumahku.” ucapku singkat.
Beberapa saat perjalan. Sampailah kami
dirumah ku.
“Ah~ keadaannya masih sama ya?
Rumahmu.” ucapnya seketika melihatku tersenyum.
“Sama? Sama seperti apa? Memang kau pernah
tinggal disekitar sini?” tanyaku bingung.
“Kau benar-benar lupa ya? Baiklah~
lupakan saja! Sudah sana pulang dan segera tidur. Hari sudah malam.” ucapnya
datar.
Dengan perasaan yang bahkan aku tak
bisa mengekspresikan, aku keluar dari mobil Jong In dan perlahan melihat
mobilnya yang semakin jauh dan menghilang di persimpangan jalan.
~My Couple~
Masih
terngiang pembicaraanku dengan Jong In semalam. Dari pembicaraanku yang
terakhir dengannya di mobil, dia seolah-olah sudah mengenalku sebelumnya.
Namun, aku benar-benar tidak mengenalnya kecuali kemarin siang kejadian yang
menyebalkan. Katanya aku lupa? Aku memang lemah dalam masalah mengingat. Jangan-jangan
orang itu benar-benar gila! Perasaan ku baru bertemu dengannya kemarin. Kenapa
dia bilang begitu? Membingungkan sekali!.
TIN TIN TIN
Klakson mobil mengejutkanku. Karena
penasaran, kuputuskan untuk melihat keluar lewat jendela kamarku yang berada di
lantai 2 rumahku. Respon pertama yang kulakukan adalah mempertajam penglihatanku.
Aku melihat seorang laki-laki memakai cradigan berwarna hitam lengkap dengan
t-shirt berwarna putih dan bercelana panjang berwarna hitam juga. Ia tersenyum
manis padaku.
“Ayo pergi piknik Hari ini aku ingin
pergi jalan-jalan!”teriaknya.
“Aku sibuk! Pergilah!” jawabku cepat
dan menutup jendelaku.
“Ah~ sayang sekali! Padahal aku sudah
membeli roti dan kue untuk dimakan di sana! Apa yang harus kulakukan dengan
semua makanan ini?”
“Baiklah~! Tunggu 10 menit lagi, aku
akan turun!”
Kenapa dia harus mengancamku dengan
roti dan kue. Itu adalah makanan kesukaannku. Aku bisa tidak makan seminggu
asal ada roti atau kue.
******
“Kita akan piknik dimana?” tanyaku mendekati Jong
In.
“Ikut saja!” ucapnya membukakan pintu
untukku. Aku sedikit bingung apa yang sedang dilakukannnya. Bagaimana dia bisa
merubah perlakuannya padaku secepat ini? Ini membuatku aneh. Tanpa sadar aku
hanya berdiri saja melihatnya dari atas kebawah dan dari bawah keatas.
“Aku memang tampan.. tidak usah
terlalu menganguminya. Nanti kau juga akan terbiasa” ucap Jong In mendekatkan
wajahnya dan tersenyum manis.
“Aiissh~” ucapku membuang muka dan
masuk ke mobil.
25 menit perjalan kuhabiskan hanya
menikmati pemandangan yang terbentang di depan mataku sekarang. Sungguh indah.
Sudah lama aku tidak pergi piknik. Aku sangat merindukan saat-saat bersama Ayah
dan Ibu ketika kita piknik.
Sesampai di tempat piknik.
Pemandangannya tidak kalah bagus dengan saat perjalanan kesini. Lautan sabana
yang hijau, udara yang sejuk. Wah~ rasanya hidup kembali. Setelah menyelesaikan
persiapan untuk piknik. Seperti membuat api unggun dan makanan. Kami memutuskan
untuk hanya sekedar duduk.
“Andaikan aku punya mesin waktu....”
tiba-tiba ucap Jong In memecah keheningan.
“Hem? Time Machine? Memang untuk apa?” tanyaku.
“Untuk membuat seseorang bahagia,
tidak akan kusakiti dia. Tidak akan kubuat orang itu menangis. Dan membuatnya
seperti sekarang ini. Aku benci diriku. Selama 2 tahun ini aku hidup dalam
penyesalan. Tidak pernah tersenyum ataupun tertawa. Begitu menyakitkan melihat
orang itu melihatku dengan tatapan kosong. Seolah tak mengerti apa maksudku.
Seolah tak tau siapa aku sebenarnya. Seolah terbentang sebuah dinding yang
sangat tebal, panjang, dan tinggi diantara aku dan orang itu. Namun, sekarang seakan-akan
tembok itu telah dihancurkan oleh sesuatu. Sesuatu yang tidak terlihat. Sesuatu
yang lembut.” ucap Jong In.
Aku semakin tidak mengerti. Apa yang
dibiacarakan Jong In. Mesin waktu? Penyesalan? Apa lagi ini?
“Siapa orang itu?” tanyaku padanya. Seketika
datanglah angin yang lembut meniup dedaunan yang kering dan menjatuhkannya satu
per satu. Sedangkan Jong In sedang menatapku sekarang. Suasana menjadi terasa sangat
aneh. Dia mendekatkan tubuhnya denganku. Lagi-lagi angin datang dan sekarang bertiup
lebih kencang dari sebelumnya. Rambutku menjadi sedikit berantakan dan sebuah
tangan merapikan rambutku. Tangan itu adalah tangan milik Jong In. Kita saling
menatap. Jantungku berdekup kencang. Perasaan apa ini? Langsung ku ambil roti
dari piring dan ingin memakannya, namun Jong In menarikku lebih dekat dengannya.
Dan memeberiku sebuah ciuman yang hangat. Aku menutup mataku. Bibirnya dengan
lembut mengecup bibirku. Ciuman ini begitu lama dan lembut. Jong In berkali
kali mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Karena berkali-kali aku ingin menyudahi
ciuman ini. Namun, belum berhasil.
Jong In menarik tubuhnya. Bertanda
ciuman ini akan berakhir. Aku membuka mata. Air mata Jong In menetes lagi.
Sekarang dengan membisikkan sesuatu ditelingaku.
“I
Love You”
Aku hanya diam. Melihat tingkah laku Jong
In. Dan setelah itu dia memelukku.
“Aku ingin selalu bersama mu, Seo Ryu-ah..”
BYUUUUURRRRR
“Bangun! Kau kira ini jam berapa? Kau
tak pergi ke kampus?” teriak seorang laki-laki membawa ember berisi air untuk
membangunkaknku.
“Heemm... Baekhyun oppa apa yang kau
lakukan?” ucapku yang masih belum kembali sepenuhnya ke dalam alam nyataku. Ku
tarik kembali selimut, untuk menutupi seluruh badanku.
“Membangunkanmu. Ayo bangun! Bukankah
hari ini kau ada jam kuliah?” katanya lagi.
“Ya, aku tau. Hah~ sepertinya aku
bermimpi buruk! A~ tidak. Mimpi apa aku semalam? Sungguh sial!” ucapku menyesal
dengan apa yang aku mimpikan semalam. Kenapa tidak bermimpi dengan salah satu
member EXO saja! Kenapa harus dengan Jong In yang ku rasa seorang Psyco!
“Emm... kau mimpi apa?” tanya Baekhyun
oppa yang penasaran dan duduk disamping ranjangku.
“Bukan apa-apa..” jawabku singkat.
“Ayolah! Beritahu aku!” paksanya
“Baiklah. Apa kau yakin ingin
mengetahuinya?” tanyaku sekali lagi.
“Iya~”jawabnya serius.
“Baiklah. Sebenarnya aku tadi bermimpi
bahwa ....”
“Bahwa?”
“Bahwa Baekhyun oppa ketabrak kereta api
terus terpental 1 km dan anggota tubuhmu terpecah-pecah menjadi beberapa
bagian. Lebih parahnya lagi tangan kananmu yang terpisah dari tubuhmu itu dibawa
oleh serigala lalu dimakan olehnya!” teriakku didepan wajahnya. Marah. Karena
membangunkanku dengan se ember air.
“Apa?”ucap laki-laki bermata indah itu
dengan raut wajah bodoh.
“Sekejam itukah mimpimu padaku? Sungguh
ku tak menyangka.”ucapnya lagi bermuka menyedihkan.
“Aku tidak percaya ini semua.
Bayangkan. Aku yang selama ini menemanimu melewati masa-masa yang sulit.
Melewati segala rintangan hidup yang sulit dan kau sebegitu kejamnya
memperlakukanku di dalam mimpimu seperti itu? Kau sungguh--” ucap Baekhyun oppa
yang panjang lebar membuatku pergi dari samping ranjangku dan mengambil handuk
untuk mandi. Sampai selesai mandi pun dia masih berbicara. Ini adalah salah
satu kebiasaan oppa. Yaitu, cerewet. Sungguh. Ku rasa aku menyesal aku mengucap
kata-kata itu tadi. Huft.
“Oppa,
aku mau berangkat. Mau sampai kapan mengomel terus, hah?” ucapku pelan di depan
Baekhyun oppa, dengan memasang wajah manis.
“Hem? Ada apa kau ini? Tidak biasanya
memasang wajah manis seperti itu? Pasti kau memiliki kemauan? Apa? Ayo
katakan!” ucap Baekhyun oppa bingung.
“Antarkan aku ke kampus, ya?” ucapku semakin
membuat wajahku lebih manis dari
beberapa detik lalu.
“Tapi, aku harus ke—” ucap Baekhyun oppa yang
berhenti melihatku memasang wajah menyedihkan.
“Baiklah. Aku tau.” kata Baekhyun oppa
akhirnya. Ia seolah tak bisa mengelak lagi.
“Yeee...” ucapku memeluk Baekhyun oppa
girang.
Aku berjalan menuju mobil Baekhyun
oppa dengan riang. Sampai-sampai Baekhyun oppa hanya geleng-geleng saja
melihatku. Sesekali saat Baekhyun oppa melihatku, aku tersenyum. Jika
dipikir-pikir aku beruntung bisa dekat dengan Baekhyun oppa yang menjadi salah
satu pria tertampan se-Universitas. Saat kita berjalan beriringan, banyak orang
yang melihat kita berdua dan pasti diantara mereka berpikir bahwa kita adalah
pasangan kekasih. Apa selera Baekhyun oppa sepertiku ini? Ada-ada saja.
Karena terlalu senang aku hampir
terjatuh dan Baekhyun oppa menangkapku. Tangannya berada dipunggungku dan
tangan yang satunya lagi memegang tangan. Aku kaget dan memejamkan mata takut
aku terjatuh.
“Kau tidak apa-apa?” ucapan Baekhyun
oppa membuat mataku terbuka. Aku melihat Baekyun oppa menatapku dengan penuh
khawatir. Aku hanya diam saja. Terpesona melihat tatapan Baekhyun oppa yang
indah. Dan wajahnya yang terlihat putih bersih, dari jarak yang terdekat ini.
Oh. kenapa aku baru menyadarinya? Tubuhku dipaksa berdiri dengan lembut oleh
Baekhyun oppa.
“Rambutmu berantakan.” Ucapnya, seraya
memasukkan jemarinya pada anak rambutku dengan tangan lembutnya. Aku memegang
tangannya Baekhyun oppa. Dan aku baru sadar sudah tidak ada cincin melingkar
disana. Cincin yang pernah ia ceritakan kepadaku, dari kekasihnya, Ja Neul.
“Oppa? Dimana cincinmu?” ucapku dengan
nada khawatir. Lalu, ku pandang Baekhyun oppa dengan seksama.
“Oh. Ini..” ucap Baekhyun oppa menarik
tangannya dan berjalan terlebih dahulu, ia lalu berhenti setelah beberapa
langkah.
“Dia memutuskanku....” ucap Baekhyun
oppa santai, seraya meletakkan tangannya disaku celananya. Aku hanya terdiam
melihat tingkah laku Baekhyun oppa. Terpaku. Semudah itukah cinta datang dan
pergi? Semudah itukah sebuah cinta yang banyak orang banggakan dapat pergi
begitu saja? Malgo andwea! Aku masih
saja terdiam, dan entah kemana angganku membawaku. Namun, beberapa detik
kemudian , ku lihat Baekhyun oppa berjalan di depanku. Tiba-tiba dia berbalik
dan berteriak
“Seo Ryu-ah~ ayo! Mobilku sudah terlihat.” Senyumnya
sangat manis melihatku dari kejauhan.
“Oh. Ne!” balasku berlari mendekati Baekhyun oppa yang kini berdiri
diujung jalan.
Sesampainya di mobil Baekhyun oppa,
baik dia maupun aku hanya diam. Diperjalanan sesekali aku melihat Baekhyun oppa
yang berkonsentrasi menyetir. Aku ingin bertanya kenapa Ja Neul memutuskannya
namun aku tidak enak hati. Dan saat Baekhyun oppa melihatku kembali aku menjadi
salah tingkah dan melihat kearah berlawanan dengan pandangan baekhyun oppa.
“Aku tau kau ingin bertanya sesuatu. Kita
sudah saling mengenal lama sekali. Kau tidak bisa menutupinya dariku. Katakan
saja!” ucapnya pelan yang masih menatap ke depan.
“Emmm.... Tidak....” sanggahku.
Aku tidak berani menanyakannya. Walau
dia mengizinkannya namun masih ada keraguan dihati. Sesampainya di kampus kami,
yaitu Seoul National University. Ini adalah salah satu universitas terbaik di
korea dengan mottonya adalah ‘VERITAS LUX MEA’ dalam bahasa latin yang artinya
‘KEBENARAN ADALAH CAHAYA SAYA’. Universitas kami menyandang predikat sebagai
berikut :
1. Universitas ini menempati peringkat ke-20 didunia
dalam publikasi analisis data dari Science Citation Index.
2. Menempati urutan ke-7 di Asia dan ke-42 didunia
berdasarkan QS World University Ranking tahun 2011.
3. Ke-13 di Asia dan ke-124 di dunia berdasarkan oleh
Times Higher EducationWorld University rangking tahun 2011
4. Pada tahun 2009, Ecole Des Mines de Paris Mines
Paris Tech melaporkan bahwa SNU singkatan dari Seoul National University
menempati peringkat ke-5 di dunia dalam jumlah alumni saat ini yang memegang
posisi CEO di Fortune 500 perusahaan, di antara alumni yang menonjol adalah Ban
Ki Moon (saat ini menjadi Sekretaris Jenderal PBB), LG, dan Samsung Electronics
CEO.
Bisa dibayangkan betapa susahnya
sekolah ditempat yang sebagus ini. Tesnya saja aku harus belajar 7 hari 7
malam, sampai-sampai ku relakan tak cukup waktu untuk tidur. Tapi, sekarang ku
dapat bernafas lega dapat bersekolah disini, sekarang sudah semester 6. Aku
juga mendapat peringkat 10 besar mahasiswa terpintar di universitas dengan
total mahasiswa lebih dari 30.000 orang. Baekhyun oppa menempati urutan ke-6.
Sesampai di kelas belum ada dosen yang
mengajar. Aku melihat di sekeliling, yang mungkin saja masih ada meja kosong.
Saat mencari tempat kosong, aku melihat Baekhyun oppa duduk dipojok depan.
Kenapa dia tidak memberitahuku kalau hari ini satu kelas?
“Oppa, kau disini?” tanyaku duduk
disamping Baekhyun oppa.
“Ya” ucapnya, seraya tersenyum manis
padaku.
Baru 5 menit aku duduk, seorang dosen
sudah datang. Dosen Kim Young Han, namanya. Ia mengajar bahasa inggris. Dia
juga dikenal sebagai dosen yang sangat tertib dan taat peraturan. Kalau ada
yang terlambat, tidak memandang bulu siapa dia, pasti akan dihukum berdiri di
depan kelas selama jam mengajarnya. Bahkan juga ada yang dijemur ditengah
teriknya matahari.
Seperti biasa sebelum Dosen Kim
mengajar dia akan meneliti suasana kelas. Kalau ada sampah dia menyuruh untuk
membersihkannya dulu. Dan beruntungnya hari ini kelas sangat bersih sampai debu
saja tidak terlihat. Setelah selesai dengan kegiatan rutinnya, dia segera
memulai mengajar.
Aku hanya diam, seraya memperhatikan
Dosen Kim yang menjelaskan sebuah materi. Baru 15 menit Dosen Kim mengajar
tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Sudah ku pastikan dia terlambat.
Kemudian seorang laki-laki masuk dengan wajah menyesal menghampiri Dosen Kim.
Dosen Kim kini, telah siap dengan raut wajah amarahnya. Laki-laki itu, kini
telah sampai di depan Dosen Kim sekarang. Dia meminta maaf karena terlambat.
Aku melihat baju dan rambutnya berantakan. Dia sepertinya berlari, saat menuju
ke kampus. Dengan amarah yang masih menguasai dirinya, Dosen Kim menyuruh
laki-laki itu berdiri di depan kelas.
Aku sepertinya sedikit mengenal
wajahnya. Oh ya, dia Park Chanyeol. Memegang ranking ke-3 satu kampus. Aku
tidak menyangka dia juga bisa terlambat. Aku menduga pasti nilai bahasa
inggrisnya turun karena kejadian ini. Kasihan.
Baekhyun oppa menyentuh bahuku.
“Sepertinya ada yang terlambat lagi.” bisiknya
padaku. Aku hanya bingung dan melihat ke pintu. Benar. Ada bayangan dibawah
pintu. Dosen Kim sudah membukakan pintu untuk murid itu. Dan, ketika pintu
terbuka, alangkah terkejutnya diriku mendapati seseorang yang ku kenal, berdiri
disana.
‘Jong In? Sejak kapan dia menjadi mahasiswa disini?’ ucapku dalam hati melihat wajah kusut Jong In
yang menyedihkan.
Dia melihatku sekilas dan mengembalikan
pandangannya pada Dosen Kim, yang kini berada di depannya. Dia memakai celana jeans
putih panjang, bersepatu putih dengan kaos bergaris putih dan hitam tidak lupa
memakai jas membuatnya lebih tampan dari saat makan malam kemarin. Mataku terus
memperhatikan tingkah laku Jong In yang dihukum berdiri di depan kelas.
“Seo Ryu, apa yang saya bicarakan
tadi?” ucap Dosen Kim dengan tiba-tiba, membuatku tersadar dari lamunanku. Ia
kini telah berdiri tak jauh dari mejaku.
“Kau sedang melamun apa? Atau kau
sedang memperhatikan 2 cowok tampan disana?” tanya Dosen Kim lagi yang sama
sekali tak ku jawab pertanyaannya.
“Baiklah, kalau begitu jelaskan
mengenai sejarah berdirinya korea. Walau ini bukan pelajaran sejarah. Tapi kau
harus memakai bahasa inggris saat menceritakannya.”
Baiklah. Aku melangkah menuju depan
kelas, dengan pandangan mataku yang kini tertuju pada teman-teman yang memenuhi
ruanagn ini. Aku mulai menceritakan secara detail. Untung saja sejarah adalah
salah satu pelajaran yang aku sukai. Dan tentang sejarah Korea aku sangat
hafal. Bahkan ini menjadi topikku saat mengikuti lomba bertaraf Internasional
saat aku masih SMU. Dan aku mendapat juara 2. Jadi, ini tidak begitu sulit
bagiku.
Setelah selesai menjelaskan. Aku
segera duduk di kursiku dan mendapat tepuk tangan, yang kini menyeruak ke
seluruh penjuru ruangan.
“Kau mendapat nilai tambahan.” ucap
Dosen Kim tersenyum padaku. Aku sangat senang karena hukuman itu aku malah
mendapat nilai tambahan. Beruntungnya. Seusai jam Dosen Kim, aku bersama
Baekhyun oppa ke kantin.
‘Baekhyun oppa kenapa terlihat cool, ya?’ucapku dalam hati.
Aku berdiri di sampingnya dan melihatnya
lekat-lekat. Ya, aku sadar kalau Baekhyun oppa memang tampan tapi kenapa hari
ini berbeda, ya?
‘Hei, Kim Seo
Ryu apa yang kau pikirkan?’ gumamku,
seraya memukul pelan kepalaku sendiri. Baekhyun oppa, yang ku rasa ia melihatku
memukul pelan kepalaku, pun menoleh.
“Ada apa Seo Ryu-ah?” ucapnya memandangku, dengan tatapan sendunya.
“Aniya.”
ucapku tersenyum manis.
Jantungku berdetak tak normal, ketika
pertanyaan Baekhyun oppa terlontar dari bibirnya. Terlebih tatapan sendunya.
Hei, ada apa dengan diriku? Tidak seperti biasanya, aku merasakan hal yang lain
ketika aku berdekatan dengan Baekhyun oppa. Keheningan pun kini melandaku, juga
Baekhyun oppa. Akhirnya ku buka kembali pembicaraan ku dengan Baekhyun oppa,
dengan bertanya mengenai Jong In oppa. Apakah dia sudah lama sekolah disini dan
kenapa aku tidak tau. Setelah mendengar penjelasan Baekhyunn oppa panjang lebar
aku baru mengerti.
“Oh, jadi dia memegang peringkat 1,
sebagai siswa terpintar. Dan dia sudah lama sekolah disini? Kenapa aku tak
pernah melihatnya?” ucapku seraya mengunyah kimchi.
“Dia cuti kuliah selama 1th! Semenjak
ada sebuah kejadian!” ucap Baekhyun oppa meminum Coca Colanya.
“Kejadian apa?” tanyaku penasaran.
“Hem..” ucap Baekhyun oppa berhenti
sejenak. Ku lihat, ia nampak berpikir. Mungkinkah ia mengingat kembali kejadian
itu, untuk menjawab pertanyaanku?
“Hah, kenyang!” ucapnya tiba-tiba.
“Ya! Oppa!” teriakku, seakan tak puas
mendengarnya seolah mengelak dari pertanyaanku. Seperti ia tak ingin menceritakan
sesuatu yang tak ku ketahui.
“Wae?”
ucapnya.
“Ceritakan.Soal yang tadi!” ucapku menatapnya
dengan tatapan menyakinkan.
“Andwe!
Aku tidak akan menceritakannya. Nanti kau juga tau sendiri. Bukakankah kau
dijodohkan dengannya?” ucapnya santai seraya bersandar dibahuku.
“Ya. Tapi—” ucapku santai dan teringat sesuatu.
“Oppa, kau tau soal perjodohan itu?”
teriakku ditelinga Baekhyun oppa yang sedang bersandar dibahuku.
“Ya! Omo!
Jangan berteriak tepat di telingaku, chagi.”
Ucapnya seraya memegang telinga dengan tatapan amarahnya. Kata terakhirnya
membuat kedua mataku terbelalak dengan sempurna.
“Mwo? Chagi?
Omo! Hey! Ahjussi! Jangan memanggil
ku, dengan sebutan Chagi!” teriakku, lagi.
“Mwo?
Ahjussi? Kita hanya berbeda 1 tahun, mengapa kau memanggilku dengan sebutan
Ahjussi? Setua itukah aku di matamu?”
Baekhyun oppa pun kini balas memekik di telingaku, dengan suara yang tak kalah
melengking.
“Tapi wajahmu seperti pamanku, Ahjussi! Dan mulai sekarang aku
memanggilmu dengan sebutan Ahjussi!”
teriakku membuang muka.
“Oh. Ne! Sekarang aku juga memanggilmu dengan sebutan Ahjumma! Karna kau mirip Bibiku!”
balasnya juga membuang muka.
“Kau berani memanggilku dengan sebutan
Ahjumma?” ucapku berdiri dengan kedua
tangan berada dipiggangku.
“Ne!
Kau juga berani memanggilku Ahujussi!
Wae?” ucapnya yang juga berdiri,
menyamakan tingginya denganku.
Pertengkaran
kami masih terus berlangsung sampai 5 menit kemudian. Berteriak-teriak di kantin
kampus, bahkan mahasiswa yang lain sudah tidak heran lagi. Karna kami memang
sering bertengkar di kantin kampus, perpustakaan, laboraturium, kelas, bahkan
diruang dosen! Tapi itu hanya sementara kalau sudah makan sesuatu pasti sudah
lupa kalau tadi sedang bertengkar. Seperti sekarang ini.
“Wah, makanannya enak, ya?” ucap
Baekhyun oppa makan dengan lahap di sampingku.
“Ah, ne.” ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari makananku.
Mahasiswa di sekitar kami, hanya
geleng-geleng saja melihat kami yang tak lagi berteriak-teriak seperti beberapa
menit lalu. Selesai makan Baekhyun oppa mengajakku ke Myeondong untuk membeli
baju dan sekalian jalan-jalan. Karena aku sudah lama sekali tidak jalan-jalan
akhirnya aku menyetujui ajakkannya.
Kita berangkat memakai subway.
Sesampai disana, suasananya sangat ramai. Seperti yang sudah kuduga. Huft.
Baekhyun oppa mengajakku ke tempat assesoris. Wah. Cantik-cantik. Aku mengambil
sebuah bando berwarna ungu dengan gambar doraemon. Kartun kesukaanku. Bandonya
sangat cantik.
“Kau suka? Mau ku belikan?” tanya
Baekhyun oppa padaku.
“Aniya.”
Ucapku seraya meletakkan bandonya di tempat semula.
“Waaahh. Kalian pasangan kekasih, ya?
Cocok sekali!” celetus penjual assesoris, yang berada di depan kami. Aku dan
Baekhyun oppa pun hanya saling melemparkan tatapan bingung.
“Ah, andwe.” sanggahku.
“Benarkah?” ucap penjual itu dan
menyuruhku mendekatkan wajahku dan membisikkan sesuatu.
“Tapi, dia menyukaimu, sepertinya..”
ucapnya lagi.
“Mwo?”
ucapku kaget dan menjauhkan wajahku.
“Kenapa?” tanya Baekhyun oppa padaku.
“Aniya.
Ayo kita pergi oppa. Aku ingin
melihat baju.” ucapku menarik lengan baju Baekhyun oppa pergi dari situ.
“Hei, Noona! Yang ku katakan itu benar, bukan?” teriak penjual itu. Aku
hanya berhenti sejenak dan menarik Baekhyun oppa lagi dengan marah. Sesampai di
toko baju aku masih terngiang-ngiang ucapan penjual tadi. Sial.
‘Kenapa aku harus bertemu penjual itu? Membuatku mempikirkan perkataannya
beberapa menit tadi. Huh. Menyebalkan!’ ucapku dalam hati.
“Ini bagus tidak?” tanya Baekhyun oppa
padaku.
“Bagus.” ucapku tanpa melihat Baekhyun
oppa. Baekhyun oppa kembali ke kamar bajunya. Aku masih saja memikirkan kejadian
tadi.
‘Bagaimana bisa seorang yang baru kenal—maksudku—orang yang baru bertemu, bisa berbicara kalau
Baekhyun oppa menyukaiku. Padahal sudah jelas Baekhyun oppa tidak menyukaiku.
Mungkin, aku juga merasa dia berbeda. Aku bingung! Apakah yang dikatakan si penjual
itu benar? Ah, ini membuat kepala ku pusing, memikirkannya.’ Ucapku,
seraya menggigit jari.
“Seo Ryu!” teriak Baekhyun oppa tepat telingaku.
“Wae?”
tanyaku sedikit marah.
“Bisakah kau memberi pendapat tentang
bajuku dengan serius? Kau dari tadi hanya menjawab Bagus. Cocok. Keren.
Lumayan. Kau terlihat tampan. Kau bicara seperti itu tanpa melihat bagaimana
bajuku! Memang kau peramal? Aku mengajakmu kesini untuk meminta pendapatmu, dan
kau malah melamun sendiri dari tadi.” ucap Baekhyun yang masih mendekatkan
wajahnya padaku dengan tatapan yang terlihat jelas, ia sedang marah.
“Ne.
Mianhae. Aku hanya memikirkan tentang
ucapan pen—”
ucapanku berhenti dan segera melihat baju Baekhyun oppa.
“Oppa.
Bajumu bagus. Kau terlihat tampan. Tapi, aku tidak suka celanamu. Tidak cocok
dengan jas yang kau pakai. Lebih baik kamu pilih baju yang satu setel saja
langsung. Bibiku mempunyai toko di Myeondong, kau dapat membeli setelan baju
jas, disana. Kalau oppa tidak mau membeli baju setelan, bibiku juga bisa
memberi saran.” ucapku tersenyum manis.
“Kenapa tidak bilang dari tadi kalau
bibimu punya toko disini, hah?” ucapnya mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi.
Aku hanya tersenyum.
“Let’s
go! Kita pergi sekarang.” ucapku tersenyum dengan manis. Baekhyun oppa
hanya berdiri dan menuju ke kamar ganti. Setelah selesai oppa menarik tanganku.
“Dimana tokonya?” ucapnya memegang
tanganku.
“Disana.” ucapku menunjukkan salah
satu arah.
Aku dan Baekhyun oppa berjalan kearah
yang ku tunjukkan. Di tengah jalan aku bertemu Ja Neul yang sedang bertemu
dengan seorang laki-laki. Aku melihat ke arah Baekhyun oppa. Dia tidak bereaksi
apa-apa dan masih memegang tanganku dengan erat. Hanya sekitar 10 detik
melihatnya, Baekhyun oppa meneruskan berjalan. Tanpa sadar aku bertanya
kepadanya.
“Siapa laki-laki itu, oppa? Dia kekasih Ja Neul yang baru?”
tanyaku santai.
“Dia Kyung Soo. Dia sudah lama
menjalin hubungan dengan Ja Neul.” ucapnya santai dan masih menatap lurus
kedepan.
“Berarti kau seling—” ucapanku terhenti.
Begitu pula langkah kakiku juga terhenti seiiring frasa yang ku ucapkan
terhenti. Aku hanya berfikir bahwa Baekhyun oppa selama ini hanya menjadi
selingkuhannya Ja Neul?
“Kenapa kau berhenti? Sudah sampai?
Dimana? Disini hanya ada penjual makanan!” kata Baekhyun oppa melihat
sekelilingnya.
“Ah.. Andwe.. Ayo jalan lagi...” ucapku menarik tangan Baekhyun oppa.
Hari sudah sore dan Baekhyun oppa
sedang berjalan di taman denganku. Banyak pasangan di sini. Membuatku sedikit—iri . Sepanjang kita
berjalan orang-orang memandang kita berdua. Aku bingung. Apa ada yang salah
dengan penampilan kita berdua? Kurasa tidak.
“Oppa,
kenapa orang-orang memandang kita berdua? Apa ada yang salah?” tanyaku pada Baekhyun
oppa.
“Mereka pasti berfikir kita pasangan
yang sangat cocok. Seorang gadis cantik, dengan seorang lelaki tampan. Tapi,
sangat disayangkan. Kita bukan sepasangan kekasih. Kau telah dimiliki
seseorang. Aku terlambat satu langkah dengan Jong In.” ucapnya tersenyum padaku
dengan lembut. Aku hanya diam melihat tatapan Baekhyun yang terlihat sendu. Dia
tidak bisa membohongiku bagaimana perasaannya, walaupun dia terseyum dengan
manis tapi, dari iris matanya aku tahu kalau perasaannya sedih.
“Kau tahu aku berbohong, ya? Maaf, aku
tidak bisa menahan perasaanku lagi. Sudah sejak lama aku menyukaimu. Aku tidak
bisa melihat kau dengan orang lain. Sekalipun yang sedang bersamamu adalah
temanmu sendiri. Kau ingat kenapa aku
marah saat menghadiri rapat pertemuan siswa pintar? Aku marah karena kau
berangkat bersama Suho. Aku tahu kau hanya berteman dengannya, tapi aku sangat
tidak suka jika kau bersama laki-laki lain. Maaf atas egoku yang terlalu besar.
Mianhae.”
Ucapnya seraya menatapku lekat-lekat.
“Aku mencintaimu selamanya. Walau
mungkin waktu akan jenuh menungguku yang hanya memandangmu. Walaupun Tuhan tak
mengijinkan ku denganmu, aku akan melindungimu. “ ucap Baekhyun menyakinkanku.
Deg
Kepalaku pusing. Aku seakan teringat
sesuatu. Aku melihat dalam bayanganku seseorang yang mengatakan hal yang sama
seperti apa yang dikatakan Baekhyun oppa. Dia seorang laki-laki. Wajahnya tidak
begitu jelas teringat.
BUUK
Tubuhku terjatuh ditanah. Ku pegang
kepalaku yang masih nyeri. Baekhyun oppa memegangku. Aku dibantunya berdiri.
Setelah beberapa saat nyeri dikepalaku sudah reda.
“Kau tidak apa-apa?” kata Baekhyun
oppa, khawatir. Ia lalu menyodorkan minuman padaku.
“Ne.
Aku tidak apa-apa. Tadi, aku hanya sedikit pusing.” ucapku meminum minuman yang
diberikan oppa.
Beberapa menit duduk di taman,
Baekhyun oppa memutuskan untuk mengantarku pulang. Namun, sesaat sebulum
Baekhyun oppa mengantarkanku pulang, ia mengajakku ke kampus dulu karena
Baekhyun oppa tadi meninggalkan mobilnya disana. Dalam perjalanan di kampus aku
memikirkan kejadian tadi. Aku merasa ada sebuah memori yang hilang dipikiranku.
Memori ini seperti sebuah potongan puzzle. Jika puzzle-puzzle yang lain
berkumpul dan berada di posisi yang benar maka akan menjadi sesuatu yang
sebelumnya tak beraturan. Sama seperti ingatanku ini. Aku berpikir kalau memori
yang ku ingat tadi adalah salah satu potongan ingatan yang sangat penting dalam
hidup. Memori yang bisa membuatku senang—atau bisa saja membuatku—sedih. Aku melihat Baekhyun oppa yang duduk di sampingku
yang sedang melihat panorama dari atas kereta.
Aku teringat ucapan Baekhyun oppa
tadi. Dia menyuaiku? Sejak kapan? Aku tidak percaya dia bisa menyukaiku. Apa
karena aku dulu suka mengikutinya kemana-mana? Tunggu. Berarti ucapan Si
Penjual itu benar. Oh no! Aku terus menatap Baekhyun oppa lekat-lekat.
“Kenapa?” ucapnya tiba-tiba memegang
tanganku dan mendekatkan wajahnya. “Kau serius sekali melihatku.” ucapnya lagi.
“Hem.. Andwe. Aku hanya... memikirkan ucapan oppa tadi..” ucapku.
“Ohh.. Ne? apa kau kira aku becanda? Aku tidak bercanda Chagi.” ucapnya
mengelus rambutku. “Oh ya. Ini untukmu.” ucapnya mengeluarkan bando dari
tasnya.
“Bando yang tadi? Kapan kau
membelinya?” tanyaku seraya menerima bando dari Baekhyun oppa.
“Tadi. Ketika kau pergi ke kamar
mandi.” Ucap Baekhyun oppa santai.
“Mendekatlah. Aku akan memakaikannya
untukmu.” Ucap Baekhyun oppa, seraya mengambil kembali bando itu, lalu memakaikannya
di kepalaku.
“Kau terlihat cantik, dengan bando
itu.” Ucapnya, lagi.
“Jeongmal?
Hahaha. Gomawo.” ucapku.
Dalam perjalanan Baekhyun oppa sering
mengeluarkan lelucon yang membuatku tertawa. Tak ku sangka ia pun mampu
membuatku tertawa dengan leluconnya. Saat Baekyun oppa membuat lelucon, aku tidak
sengaja menoleh ke suatu sudut. Aku melihat seorang laki-laki dengan baju serba
hitam dan memakai baju hitam. Tidak lama Baekhyun oppa ke toilet. Aku duduk
sendirian. Kuperhatikan laki-laki yang kulihat tadi. Tanpa sengaja dia juga
menatapku. Namun, hanya beberapa detik saja. Setelah itu dia memalingkan
mukanya. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya, rasa gugup menjalar dalam
tubuhnya. Ia pun kini beranjak pergi. Aku hanya mengerutkan alisku.
~My Couple~
“Omo!
Apa ini?” ucapku kegirangan melihat Gimbab di meja makan.
“Wah, eomma! Ini Gimbab isi Sosis kesukaanku? Wah, ada Kimchi juga! Wah,
ada daging juga! Tapi, ini daging sapi kan, eomma?
Bukan dagaing babi, kan?” tanyaku pada ibuku yang sedang duduk dengan ayah,
berdampingan.
“Ne.”
Ibu hanya tersenyum menaggapi ucapanku.
“Wah, pasti enak! Selamat makan!”
ucapku yang langsung memanggang daging sapi dan menyantap kimchi juga gimbab
yang berada di hadapanku ini. Dari 3 makanan yang aku sukai itu aku paling suka
daging. Biasanya makanan ini untuk makan malam. Tapi kenapa pagi-pagi seperti
ini, ibu menyediakan makanan seperti ini?
“Eomma,
ada acara atau perayaan apa? Tidak bisanya pagi-pagi kita makan seperti ini?”
tanyaku yang masih sibuk dengan makanan.
“Eomma
dan Appa akan pergi selama 1 bulan, chagi.” ucap ibu masih dengan senyum
manis miliknya.
“Wae?”
ucapku seraya meletakkan kedua sumpit yang ku gunakan. Sepertinya aku
kehilangan selera makan, setelah ibu menjawab pertanyaanku.
“Mianhae.”
Ucap ayah, yang sedari tadi hanya diam.
“Mwo?
Mianhae? 2 minggu lagi di kampus ada
acara tahunan. Dan kalian tidak hadir disana?” tanyaku. Rahangku mengeras. Juga
aliran darahku, yang kini seperti mengalir ke ubun-ubunku.
“Mian.
Hajiman.” ucap ibu yang kini memasang
raut wajah khawatir. Ia lalu memandang ayah. Seolah menuntut ayah untuk
melakukan sesuatu.
“Mwo?
Kalian tidak akan hadir bukan. Hah! Aku sudah menduganya! Sejak tahun pertama
aku kuliah Eomma dan Appa memang tidak pernah berniat untuk
berpartisipasi dalam acara kampus. Setidaknya kedatangan kalian, itu saja sudah
ku anggap cukup! Alasan kalian tidak datang di tahun pertama karena Appa sakit. Aku bisa menerima itu. Di
tahun kedua, karena Ahjussi dan Ahjumma menikah. Oke, aku mengerti. Dan
sekarang apa lagi? Pekerjaan?” ucapku sinis.
“Ne...”
ucap ibu yang sepertinya tak sanggup untuk menjawab pertanyaanku. Kepalanya pun
kini tertunduk.
“Tapi ini masalah perkerjaan. Appa dan Eomma tak bisa mengaturnya. Hanya kapten yang bisa mengaturnya. Appa dan Eomma harus ke Amerika sebagai perwakilan untuk Korea Selatan sebagai
pilot dan pramugari yang berprestasi. Kita harus menghadiri itu. Karena itu dapat
mempengaruhi pekerjaan Appa. Kalau Appa tidak pergi menghadirinya, Appa akan mendapat nilai minus. Dan gaji
Appa bisa dipotong. Mianhae.” ucap Appa menjelaskan.
“Hah! Araseo! Appa memang
selalu begitu. Pilot memang sangat berharga bagi Appa. Apa pernah Appa
sedikit saja memperhatikanku? Sedikit saja! Saat sekolah dasar, Appa tidak pernah sekalipun mengikuti
rapat orang tua, selalu Eomma yang
menghadirinya. Bahkan Appa tidak
menghadiri acara perpisahanku. Ne,
itu karena pekerjaan Appa. Saat SMP
apa pernah Appa memikirkan bagaimana
perasaanku saat Hari Ayah? Semua murid disekolah itu membawa Appa mereka masing-masing. Sedangkan aku?
Aku malu Appa, hanya Eomma yang menemaniku. Appa tidak datang karena apa? Sudah
pasti karena pekerjaan Appa sebagai
pilot! Aku bisa mengerti Appa! Saat
di SMU pernah Appa memberiku selamat
karena aku juara kelas? Bahkan saat aku mendapat juara 2 dalam olimpiade
Internasional, pernahkah Appa mengucapkan SELAMAT? Pernah? Kapan? Dan sekarang? 2
minggu lagi bukan hanya acara tahunan tapi juga Wisuda-ku lulus di teknik
Informasi! Setelah acara wisuda, langsung diadakan acara tahunan kampus. Ne, kalian memang orang sibuk! Aku bisa
mengerti! Silahkan nikmati perjalanan kalian ke Amerika! Acara ini memang tidak
penting bagi kalian! Bahkan, aku tidak yakin kalau Appa tau kapan hari ulang
tahunku. Dari pada kalian lupa kapan ulang tahunku akan ku beri tau... hari
dimana hari Wisuda itu adalah hari Ulang Tahunku! Jadi, jika kalian tidak hadir
di sana, jangan merusak kebahagiaanku, dengan menelepon bahkan mengucapkan selamat
ulang tahun padaku. Cukup biarkan aku merayakan ulang tahun bersama teman-temanku!”
ucapku membara. Entah keberanian dari mana, aku mampu mengeluarkan semua yang
ku rasa ayah tidak tahu tentang pertanyaan yang berkucamuk dalam benakku. Ku ambil
tas dan langsung beranjak pergi, namun baru 3 langkah aku membalikka badan.
“Oh ya, satu lagi. Jangan memberikan
aku kado. Karena kado itu akan membuatku menangis! Membuatku bersedih! Selamat
bersenang-senang!” ucapku yang langsung membalikkan badan dan pergi ke kampus.
Dalam perjalanan aku hanya melamun dan
hampir menabrak seorang. Apakah benar yang kulakukan pada ayah dan ibu tadi?
Tapi, aku sangat mengingin mereka datang di acara wisudaku nanti. Aku
menginginkan mereka meluangkan waktunya, walau hanya sebentar saja. Aku ingin
mereka melihatku berdiri disana dengan tatapan bangga dan mengatakan pada orang
yang ada disampingnya bahwa, ‘Itu anakku,
dia sangat cantik dan pintar! Aku bangga padanya’. Aku ingin mereka
mengucapkan itu.
Tanpa sadar aku meneteskan air mataku.
Langkah kakiku semakin melambat. Air mataku semakin deras. Aku tidak bisa
menahannya lagi.
TIIN TIIN
“Butuh tumpangan?” ucap seorang
laki-laki yang memberhentikan mobilnya. Aku perlahan melihat kearah laki-laki
itu.
“Jong In?” ucapku lirih.
“Ayo masuk.” ucapnya tersenyum. Aku
diam sejenak dan masuk ke mobil hitamnya yang mengkilap. Di dalam mobil suasana
hening. Tidak ada yang berbicara. Aku masih saja memikirkan kejadian tadi.
“Jangan marah pada Appa dan Eomma mu, mereka terpaksa melakukannya. Percayalah, mereka sayang padamu.”
Ucapnya, dengan pandanagn matanya yang masih menatap ke depan. Aku monoleh refleks.
Bagaimana dia bisa tau? Sejenak aku berpikir dan aku lupa kalau ayahnya adalah
Kapten. Pasti dia tahu dari ayahnya. Aku memalingkan wajah darinya dan melihat
keluar jendela mobil. Aku hanya diam.
Saat kami telah sampai dikampus, aku
melihat ke arah Jong In oppa dengan sinis.
“Siapa kau?” tanyaku yang , entah dari
mana kalimat itu muncul dalam otakku, dan terlontar tanpa bisa ku cegah. Ku
lihat Jong In oppa kaget dengan pertanyaan yang terlontar dari mulutku.
“Maksudmu?” tanyanya sedikit
mengerutkan alisnya.
“Kenapa saat terakhir kali kita
bertemu kau mengucapkan hal-hal yang aneh?” ucapku seraya menatap Jong In
lekat-lekat.
Jong In hanya diam saja melihatku
dengan tatapan sayu-sayu. Namun, aku masih saja memandangnya.
Deg
Aku kaget dan bingung dimana aku
sekarang. Aku melihat sekeliling. ‘rumah
sakit’ ucapku dalam hati.
“Kau sudah sadar, syukurlah.” ucap
Baekhyun oppa dengan raut wajah khawatir. Aku melihat di samping Baekhyun oppa
ada Jong In oppa. Tidak lama kemudian dokter datang. Dan dokter itu
memeriksaku.
“Apa yang kau rasakan tadi?” tanya
dokter yang memeriksa denyut nadiku dari tangan.
“Tadi aku pusing dan—” aku memberhentikan
perkataanku.
“Dan?” ucap dokter melihatku.
“Aku seperti teringat akan sesuatu
yang aku lupakan. Maksudku, sesuatu yang sepertinya sudah hilang. Dan tiba-tiba
kembali lagi. Namun, orang yang ada di ingatanku masih belum jelas wajahnya.”
ucapku serius.
“Itu pasti hanya mimpi. Kau tadi
pingsan.” ucap dokter tersenyum padaku.
“Tidak! Kemarin aku juga mengalami
ini. Dan kejadiannya sama. Aku pusing dan tiba-tiba aku teringat akan sesuatu.
Hari ini pun, kejadian itu terulang kembali” jelasku. Penjelasanku beberapa
detik itu, membuat dokter di hadapanku terdiam, lantas ia melihatku. Aku pun
bingung dengan apa yang ku alami ini.
“Baiklah.” ucap dokter dan membisikkan
sesuatu pada Baekhyun oppa.
Aku diam dan melihat Baekhyun dan Jong
In oppa pergi mengikuti dokter tadi. Aku mengerutkan alisku. Sebenarnya ada apa
ini? Kenapa tatapan dokter tadi seperti aku terkena penyakit saja. Seorang
perawat masuk ke kamarku membawa makanan. Aku disuruh makan dan aku pun
memakannya karena sudah lapar sejak tadi.
Baru 3 suapan bubur, Baekhyun dan Jong
In oppa masuk. Mereka melontarkan pertanyaan yang sama. Apa aku baik-baik saja?
Aku pun menjawab pertanyaan mereka, bahwa aku baik-baik saja.
“Oppa,
sebenarnya aku sakit apa?” tanyaku pada Baekhyun oppa.
“Aniya. Kau hanya pusing biasa.” jawabnya dengan
senyum manis.
“Jangan kau kira aku bodoh, oppa! Cepat katakan apa yang terjadi
dengan diriku!” paksaku pada Baekhyun oppa. Ia hanya diam dan berpandangan
dengan Jong In oppa. Lalu, beberapa detik kemudian, ia membuka mulutnya.
“Seo Ryu-ah, kau baik-baik saja?” ucap
Bibi yang datang tiba-tiba bersama Paman.
“Ne.”
Jawabku seraya menganggukkan kepala.
Aku menatap jam dinding. Pukul 14.00
dan hari ini aku ada latihan untuk acara tahunan di kampus. Menyebalkan.
Tiba-tiba aku teringat pertanyaanku tadi pada Baekhyun oppa, yang belum ia
jawab. Aku melihatnya dengan tatapan sinis, namun dia membuang muka dan
berbicara pada Bibi. Apa dia tidak punya mata?
“Seo Ryu!”, teriak seorang gadis dari
pintu. Aku kaget. Bagaimana tidak? Ini rumah sakit, bukan pasar tradisional.
“Kau kenapa? Ada yang sakit? Dimana?”
tanyanya khawatir.
“Aku hanya pusing, Eonni.” ucapku menenangkannya.
“Oh
my God! Sudah kuduga! Semenjak kejadian itu aku khawatir kau akan seperti
ini! Gangguan pada kepalamu itu memang membuatku sangat khawatir! Apa lagi kau
sampai lupa pacarmu dan kakak kandungmu! Bayangkan! Betapa malangnya dirimu!
Kau harus menjaga diri Seo Ryu-ah. Jangan membuat orang-orang disampingmu
khawatir!” ucap Hyo Seok duduk dikasurku.
“Mwo?
Kejadian apa? Aku melupakan siapa? Pacarku? Kakakku? Sejak kapan aku punya
kakak?” tanyaku mengerutkan alis bingung. Semua orang diruangan itu melihat Hyo
Seok dengan tatapan marah.
“Hei! Ada apa ini? Kalian menutupi
sesuatu dariku?” ucapku lagi sekarang memandang semua orang diruangan itu.
“Jawab aku! Sejak kapan aku punya
kakak? Bukankah aku anak tunggal!” ucapku sedikit berteriak. Mataku
berkaca-kaca. Dan...
Teess
Aku meneteskan air mata. Kenapa aku
tiba-tiba menangis? Dadaku sesak. Aku merasakan rasa sakit dihatiku. Ada apa
ini? Tidak adakah orang yang bisa menjelaskan ini padaku? Aku memegang kasurku dengan erat. Menahan rasa
sakitku. Aku melihat keluar jendela.
‘Bagaimana kalau kita bermain adikku? Aku rindu denganmu.’ ucap seorang
gadis berambut panjang terurai dengan jepit pink di kepalanya. Namun, wajahnya
tidak terlalu terlihat jelas. Samar-samar.
‘Ne eonni.’ ucapku lugu karena masih kecil. Aku melempar bola kearah gadis yang
ku pastikan usianya lebih tua dariku. Gadis itu menangkapnya. Aku tertawa
terbahak-bahak bersama gadis itu. Aku terlihat bahagia.
‘Ini.’ucap gadis itu memberikan sebuah gelang berwarna biru muda.
‘Apa ini eonni?’ tanyaku.
‘Gelang persaudaraan. Aku juga punya.’ ucap gadis itu.
‘Terimakasih, eonni. Aku sayang padamu.’ ucapku memeluknya.
Aku menjatuhkan tubuhku dikasur rumah
sakit. Hyo Seok mengayun-ayunkan tanganku khawatir. Aku hanya diam dan bertanya
pada diriku sendiri, ‘Ada apa ini? Aku
kenapa? Ya Tuhan.’ ucapku dalam hati.
-REMEMBER-
Sudah 1 minggu setelah kejadian itu
aku memutuskan untuk tidak bertemu teman-temanku. Aku mencari tau apa yang
terjadi dengan diriku. Aku menenggelamkan diriku di air berkali-kali namun
tidak menemukan apa-apa. Karena sudah jenuh, dan udara dingin aku memutuskan
untuk menyelesaikan mandi ku dan segera bersiap ke kampus. Hari yang cerah.
Aku berangkat dengan terburu-buru. Ku
nyalakan mobil. Ayah dan Ibu pergi seminggu yang lalu, dengan meninggalkan
mobilnya dan uang untuk 1 bulan. Aku sudah biasa seperti ini. Sendirian di dalam
rumah yang cukup luas itu. Adikku dititipkan pada Paman dan Bibi. Dan aku hanya
ditemani oleh handphone beserta barang-barang yang lain.
Kumainkan lagu dari Infinite yang
berjudul Before The Dawn di mobil seraya menggerakkan badanku, mengikuti irama
lagunya, walau hanya sekedarnya saja. Lagu bagus dari anggota Boy Grup dengan
wajah tampan.
Lampu merah. Aku haru berhenti. Aku
melihat orang-orang sedang sibuk hilir mudik kesana kemari untuk pergi kerja
maupun ke sekolah mereka. Aku hanya melihat seseorang di depan mobilku. Dia
seorang pejalan kaki. Dia Baekhyun oppa. walau dia memakai jaket yang menutupi
wajahnya kau tetap saja tau itu dia.
Aku berpura-pura tidak tau. Dan lampu
hijau menyala. Aku menyalakan mobil lagi dan melanjutkan perjalanan ke kampus
dengan sedikit lambat. Aku tidak mau menambah kecepatan mobilku hari ini. Walau
aku tau aku hampir terlambat.
“Ommo!”
teriak seorang perempuan yang ada di halte. Aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Suaranya terdengar sampai mobilku. Padahal aku memutar music. Wanita itu
berbicara dengan sangat emosi. Aku semakin dekat dengan halte itu dan suaranya
kedengaran semakin jelas.
Tepat di halte bus, wanita itu
melintas di mobilku, secara tiba-tiba. Dan kejadian itu, sontak membuatku
mengerem mendadak. Kepalaku pun terbentur setir mobil dengan keras hingga darah
mengalir dari pelipisku.
Namun, aku teringat akan sesuatu yang sangat
penting. Ku tancap gas, lalu pergi menuju suatu tempat. Emosiku ku rasa sedang
menguasai diriku. Aku bahkan menambah kecepatan mobilku dengan kecepatan
maximum. Sampai di depan rumah seseorang, aku melihat seseorang sedang bersiap
untuk pergi. Aku melihatnya dengan amarah yang sangat membara. Laki-laki yang
ada di ingatanku. Dia adalah...
To Be Continued
ditunggu comment nya ya.. mian sedikit gaje bgt! hehehe.. dan follow twitter & facebook kita buat tau perkembangan fanfic kami. thanks!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^