Sabtu, 04 Januari 2014

Gone 3 (1-2) | Tears In Autumn

Story 3

Tears In Autumn


A fanficton by : Aydipal
Editor : Zi_You

Now | Chapter 2 (End) 

Title : Tears In Autumn| Main Cast :  Byun Baekhyun (EXO K), Kim Seo Ryu, Hyo Seok (Seo Ryu friend), Ja Neul, Jae Jun, Park Chun Myool| Duration : oneshoot| Genre : Romance, a little bit sad
 

*****


Note :
All of point of view in the story, is Kim Seo Ryu’s point of view


******

“OMO! APA INI?” ucapku terkaget-kaget melihat kamar yang berantakan layaknya kapal pecah.
Wae? Tak bisakah kau sebelum masuk dalam kamarku mengetuk pintu terlebih dahulu? Lihat! Buku-bukuku yang telah ku bereskan! Berantakan kan? Huft! Cepat bantu aku!”ucap laki-laki bermata sipit di depanku ini. Lelaki itu memakai baju putih polos dengan celana jeans selutut. Baekhyun namanya. Ia nampak kesal dengan kehadiranku yang mungkin mengagetkannya.
“Baiklah.”ucapku membantu memunguti buku-buku yang berserakan.
Oh. Kenalkan namaku Kim Seo Ryu. Seorang gadis dengan usia 19 tahun, yang tinggal menetap di Seoul sejak usia ku 6 tahun. Ayahku seorang pilot, sedang ibuku seorang pramugari. Jadi, jangan heran jika aku berpindah-pindah, dan mulai menetap di sini. Di ibukota Korea Selatan. Oh. Lelaki imut itu, teman dekatku, semenjak aku mulai menetap di Seoul. Ia adalah seorang lelaki lucu, baik, imut, manis, dan tampan. Karena teman sejak kecil dan rumah kami sangat dekat, kita sangat akrab. Aku juga sering main ke kamarnya. Lebih tepatnya masuk sembarangan. Mengikutinya kemana saja. Tapi itu dulu. Sekarang dia sudah punya kekasih. Jadi, aku tidak berani. Kekasihnya kadang-kadang cemburu karena kedekatanku dengan Baekhyun oppa yang berlebihan.
“Sayang, aku kesini!” ucap seorang perempuan memakai rok mini dengan tangtop yang sama-sama berwarna putih membawa pizza, makanan kesukaan Baekhyun oppa. Gadis itu bernama Ja Neul. Gadis yang cantik dengan rambut pirang sebahu. Seperti biasa, dia menggeleng-gelengkan kepala melihat kekasihnya berada sekamar dengan diriku. Aku hanya tersenyum dan segera pergi dari tempatku. Takut mengganggu mereka berdua yang ingin memiliki waktu privasi, tentu tidak dengan kehadiranku.
Aku berjalan keluar dengan wajah kusut karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Akhirnya aku kerumah Hyo Seok. Rumahnya tidak jauh dari rumahku. Aku berjalan dengan ceria, mengalunkan lagu What Is Love dari EXO-K dari ponselku.
BUUKKK
Seseorang menabrakku di depan mini market. Sontak kejadian itu membuat beberapa orang mengalihkan perhatiannya pada kami.
“Aww...”ucapku kesakitan melihat sikuku berdarah.
“Hey! Lihat jalanmu jika berjalan!” teriak laki-laki itu membuatku berdiri. Sudah jelas-jelas tadi dia sibuk dengan poselnya, dan tiba-tiba menabrakku. Masih berani marah dengan ku?
“Hah! Kau marah denganku? Seharusnya aku yang marah! Liat lututku cedera gara-gara kau! Bukankah kau seharusnya minta maaf?”
“Oh, aku tau sekarang! Kau gelandangan? Sengaja menabrakku dan meminta ganti rugi karena kau cidera dan ingin aku membawamu ke rumah sakit? Hah!! Lihat! Jasku juga jadi kotor! Kau tau baju ini berapa harganya? Lebih mahal dari semua yang kau miliki! Bahkan dengan dirimu saja belum tentu dapat membeli baju ini!” hinanya yang membuatku semakin panas. Ingin ku meremukkan tubuhnya menjadi 100 bagian dan memisahkannya di berbagai negara.
“Hah! Kau kira aku ini apa? hingga kau bandingkan dengan jas murahanmu ini?” tanyaku makin marah ingin meledak.
“Hah! Kau berteriak padaku?” ucap laki-laki itu mendekatkan wajahnya.
“Menurutmu?”ucapku juga mendekatkan wajahku, menantangnya.
“Stop! Ada apa ini? Kok ribut-ribut ditengah jalan?”ucap Hyo Seok yang tiba-tiba datang.
“Sudahlaah! Ini uangmu! 500 ribu won! Itu yang kau inginkan dariku kan?” ucapnya pergi begitu saja meninggalkan uang 500 ribu won yang berserakan dijalan karena dihamburkan ke jalan.
“Aish! Menyebalkan sekali orang itu! Yak! Ini ambil uangmu!”ucapku teriak frustasi merasa diriku direndahkan oleh laki-laki yang menyebalkan seperti dia. Namun, dia hanya berjalan santai menuju mobil hitamnya yang mengkilap.
Aku pergi begitu saja meninggalkan Hyo Seok yang masih bingung dengan apa yang telah terjadi. Lututku yang cidera membuatku sedikit susah berjalan dengan lancar.

CARELESS CARELESS SHOOT ANONYMOUS ANONYMOUS HEARTLESS MINDLESS NO ONE WHO CARE ABOUT ME.
Suara ponselku berbunyi. Panggilan dari ayahku. Bertambahlah frustasiku saat dalam panggilan itu ayah memberitahuku bahwa akan ada acara perjodohan. Memang ini zamam apa? Ini zaman modern. Oh My God! Help Me! Ayahku menyuruhku pulang cepat untuk mencoba gaunku. Acara pertemuannya nanti malam. Merepotkan saja.
Gaun berwarna merah hati panjang sampai mata kaki dengan bagian atasnya hanya sampai bagian atas dada inilah yang kugunakan untuk acara perjodohan itu. Membuat kedua bahuku terlihat. Rambutku kubiarkan terurai, tidak lupa memakai jepit yang juga berwarna merah berbentuk kupu-kupu. Dengan polesan make up tipis, yang akan menampilkan wajah natural. Juga dengan sepatu high heels yang senada dengan gaun merahku. Saat ku membuka pintu kamarku dan Ayah dan Ibuku kagum melihatku memakai gaun yang ia belikan itu.
“Kau cantik, eonnie.”ucap Jae Jun
Tidak lama, aku bersama Ibu, dan Ayah berangkat menuju restourant dimana tempat kami bertemu. Karena bosan menunggu, kuambil earphone ditas yang kubawa. 10 menit menunggu akhirnya orang yang ditunggu Ayah dan Ibu sudah sampai, bersama 2 orang laki.
‘Memang aku akan dijodohkan dengan 2 orang sekaligus? Wow!! Beruntungnya diriku!’ ucapku dalam hati.
Orang tersebut menoleh-menoleh kesana-kemari mencari kami. Ayah bukannya menghampiri, tapi berteriak dengan kerasnya.
“Park Jong San! Disini!” teriaknya berdiri dan mengayunkan tangannya ke atas. Sontak kejadian itu membuat semua pelanggan dan pelayan yang ada di restaurant itu melihat kearah Ayahku. Karena malu melihat Ayahku seperti itu, Ibu menyuruhnya untuk duduk, namun Ayah menolak. Adegan seperti itu terulang namun orang yang dipanggil Ayah itu tidak mendengarnya hingga aku harus mentupi wajahku dengan buku menu yang berada diatas meja karena malu.
‘Ya ampun apakah orang itu mengalami pendengaran yang buruk? Kenapa tidak mendengar?Aish!’ ucapku dalam hati kesal.
“Hei!! Park Chun Myool!” balas orang itu dengan bangganya berlari menuju Ayahku.
‘Hah! Bodohnya!!’  umpatku lagi.
Mereka berdua pun duduk dan mengobrol. Aku masih menutupi mukaku dengan buku menu dan sedikit mengintip, mencari tahu apakah orang-orang masih melihat kami. Setelah 1 menit berlalu, ku angkat mukaku dari buku menu itu berhubung orang-orang disekitar kami sudah tidak memperdulikan ayahku lagi.
‘Huft’  ucapku lega.
Mataku melotot seketika, saat melihat salah satu laki-laki di hadapanku adalah orang yang menabrakku tadi sore di depan supermarket. Dengan reaksi yang sama, dia juga melihatku dan seketika membuang muka masing-masing.
Kenapa dunia sesempit ini?’ keluhku.
“Baiklah, Park Chun Myool. Perkenalkan ini anakku. Yang disampingku ini namanya Lee Hyuk Jae. Dia anak pertamaku. Dan yang ada disampingnya Hyuk Jae namanya Jong In.” ucap Jong San Ahjussi.
“Dan ini adalah anak kami, namanya Kim Seo Ryu.”ucap Ayah.
“Jadi bagaimana Seo Ryu?”tanya Jong San Ahjussi padaku.
“Maksud Ahjussi?”tanyaku bingung
“Jadi, kau pilih yang mana?”ucap Jong San Ahjussi padaku.
 “Heemm... Jong San, bukankah lebih baik kalau kau saja yang memilih? Sepertinya anakku akan menerima apa pun keputusanmu.”ucap ayahku.
“Em. Bagaimana kalau Hyuk Jae? Hyuk Jae kan masih sendiri?”ucap Jong San ahjussi.
“Ayah.”ucap Hyuk Jae oppa lirih.
“Sudah diam!”suruh Jong San ahjussi.
“Em. Moereugessoeyo.”ucapku lirih memandang Ayahku.
            “Bagaimana kalau Jong In?”ucap Ayahku spontan.
Aniyo!”ucapku serentak dengan Jong In. Kejadian itu membuat Ayah, Ibu, Jong San ahjussi dan Hyuk Jae oppa bingung.
“Apa kalian telah kenal sebelumnya?” tanya Ibuku
Aniyo!”ucapku serentak lagi dengan Jong In.
Geuroem? Kenapa kalian bisa kompak menjawab ‘Aniyo’?” tanya Hyuk Jae oppa.
 “Emm... Maaf saya boleh minta ijin ke kamar mandi.” ucapku lagi yang langsung pergi menuju ke kamar mandi wanita. Baru sampai pintu kamar mandi wanita, tiba-tiba sebuah tangan memegang tanganku dan menariknya ke dinding samping pintu. Refleks tangan itu berusaha kulepas dan ingin beranjak dari posisi yang tidak nyaman ini. Namun laki-laki itu menempelkan tubuhku ke dinding dengan tangannya yang menahan tubuhku di bahuku.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Kau mau mati sekarang, hah?” ucapku mendorongnya.
“Apa kau merencanakan semua ini? Secara sengaja menabrakku sore tadi dan berusaha memerasku lalu tiba-tiba kau mau jadi istriku? Apa-apaan ini? Bukankah kau tadi sudah ku beri uang, hah? Masih kurang uangnya? Berapa maumu, hah?” ucapnya seranya mengambil dompet yang berada disaku belakang celananya dan meyodorkan sekepal uang dihadapnku.
“Kau gila atau psyco, hah? Kau benar-benar mau ku bunuh? Aku tidak butuh uangmu! Ambil semua uang mu itu! Kau pikir ini semua sebuah rencana yang sudah ku susun? Kau mungkin sebaiknya sudah berada di rumah sakit jiwa! Apa kau suka melihat drama? Kau pikir dunia ini sesempit, semudah, dan setidak masuk akal dalam drama, hah?” ucapku yang mulai emosi dengan apa yang sedang terjadi sekarang.
“Lalu? Apa yang kau lakukan duduk disana dan ingin dijodohkanku?” tanyannya yang sekarang tampak bingung.
“Apakah disana, di meja itu hanya ada kau saja? Bukankah disana juga ada kakakmu? Jika aku dijodohkan dengan salah satu diantara kalian, aku lebih memilih kakakmu! Dia sepertinya baik! Tak seperti kau! Kasar terhadap wanita!”
“Apa? Bukankah aku lebih tampan dari pada kakakku?” ucapnya mendekatkan wajahnya.
“Hem.” karena gerakannya yang tiba-tiba aku sedikit terkejut dan refleks menoleh.
“Haha.. lihat! Hanya dengan mendekatkan wajahku saja kau sudah salah tingkah.” ucapnya tersenyum mengejek.
“A..ap..a yang ka..u bi..lang?”ucapku yang sedikit terbata-bata.
“Bagaimana kalau kita pacaran? Aku akan membuatmu mencintaiku! Bagaimana?”
“Kau sepertinya psyco! Apa kau gila?”
 “Apa yang kalian lakukan disitu?” suara seorang laki-laki yang tidak asing bagiku tiba-tiba saja terdengar. Aku dan Jong In pun  menoleh kearah sumber suara. Dan betapa kagetnya orang tua Jong in dan orang tuaku melihat kami penuh kebahagiaan dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang. Seketika aku menatap  kembali Jong In sontak mata kami bertemu dan membuatku salah tingkah lagi.
“Ayah? Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jong In memegang tanganku dan berjalan kearah mereka.
“Kami hanya ingin mengecek saja... kenapa kalian begitu lama ke kamar mandinya. Dan ternyata...”ucap ayahku yang segera menoleh ke orang tua Jong In.
“Sepertinya, keputusan kita menjodohkan mereka bukanlah suatu kesalahan.... bukankah seperti itu calon besan? Haha.” Ucap Jong San ahjussi bergurau dengan ayahku dan berjalan kembali ke meja kami.
Selang beberapa langkah dari tempat kami bertemu dengan orang tuaku dan orang tua Jong In, sekilas kulirik tanganku yang bertautan dengan tangan Jong In.
‘Apa ini? Apa dia serius dengan apa yang diucapkannya tadi?’
Makan malam selesai. Aku dan Jong In masuk ke mobil. Awalnya kami hanya diam saja. Tanpa pembicaraan apa pun. Aku sempat mengingat kejadian 30 menit yang lalu, saat ia tiba-tiba memegang tanganku. Hanya 2 orang laki-laki selain ayah yang pernah membuatku nyaman saat berpegangan tangan. Pertama, Baekhyun oppa dan Kedua laki-laki itu, yaitu Jong In oppa.
“Dimana rumahmu?” ucapnya memecah keheningan.
“Setelah jalan ini belok ke kiri. Rumah ketiga dari depan samping kanan jalan. Satu-satu rumah yang kotak suratnya berwarna hijau. Itu adalah rumahku.” ucapku singkat.
Beberapa saat perjalan. Sampailah kami dirumah ku.
“Ah~ keadaannya masih sama ya? Rumahmu.” ucapnya seketika melihatku tersenyum.
“Sama? Sama seperti apa? Memang kau pernah tinggal disekitar sini?” tanyaku bingung.
“Kau benar-benar lupa ya? Baiklah~ lupakan saja! Sudah sana pulang dan segera tidur. Hari sudah malam.” ucapnya datar.
Dengan perasaan yang bahkan aku tak bisa mengekspresikan, aku keluar dari mobil Jong In dan perlahan melihat mobilnya yang semakin jauh dan menghilang di persimpangan jalan.


~My Couple~


            Masih terngiang pembicaraanku dengan Jong In semalam. Dari pembicaraanku yang terakhir dengannya di mobil, dia seolah-olah sudah mengenalku sebelumnya. Namun, aku benar-benar tidak mengenalnya kecuali kemarin siang kejadian yang menyebalkan. Katanya aku lupa? Aku memang lemah dalam masalah mengingat. Jangan-jangan orang itu benar-benar gila! Perasaan ku baru bertemu dengannya kemarin. Kenapa dia bilang begitu? Membingungkan sekali!.
TIN TIN TIN
Klakson mobil mengejutkanku. Karena penasaran, kuputuskan untuk melihat keluar lewat jendela kamarku yang berada di lantai 2 rumahku. Respon pertama yang kulakukan adalah mempertajam penglihatanku. Aku melihat seorang laki-laki memakai cradigan berwarna hitam lengkap dengan t-shirt berwarna putih dan bercelana panjang berwarna hitam juga. Ia tersenyum manis padaku.
“Ayo pergi piknik Hari ini aku ingin pergi jalan-jalan!”teriaknya.
“Aku sibuk! Pergilah!” jawabku cepat dan menutup jendelaku.
“Ah~ sayang sekali! Padahal aku sudah membeli roti dan kue untuk dimakan di sana! Apa yang harus kulakukan dengan semua makanan ini?”
“Baiklah~! Tunggu 10 menit lagi, aku akan turun!”
Kenapa dia harus mengancamku dengan roti dan kue. Itu adalah makanan kesukaannku. Aku bisa tidak makan seminggu asal ada roti atau kue.
  
******

 “Kita akan piknik dimana?” tanyaku mendekati Jong In.
“Ikut saja!” ucapnya membukakan pintu untukku. Aku sedikit bingung apa yang sedang dilakukannnya. Bagaimana dia bisa merubah perlakuannya padaku secepat ini? Ini membuatku aneh. Tanpa sadar aku hanya berdiri saja melihatnya dari atas kebawah dan dari bawah keatas.
“Aku memang tampan.. tidak usah terlalu menganguminya. Nanti kau juga akan terbiasa” ucap Jong In mendekatkan wajahnya dan tersenyum manis.
“Aiissh~” ucapku membuang muka dan masuk ke mobil.
25 menit perjalan kuhabiskan hanya menikmati pemandangan yang terbentang di depan mataku sekarang. Sungguh indah. Sudah lama aku tidak pergi piknik. Aku sangat merindukan saat-saat bersama Ayah dan Ibu ketika kita piknik.
Sesampai di tempat piknik. Pemandangannya tidak kalah bagus dengan saat perjalanan kesini. Lautan sabana yang hijau, udara yang sejuk. Wah~ rasanya hidup kembali. Setelah menyelesaikan persiapan untuk piknik. Seperti membuat api unggun dan makanan. Kami memutuskan untuk hanya sekedar duduk.
“Andaikan aku punya mesin waktu....” tiba-tiba ucap Jong In memecah keheningan.
“Hem? Time Machine? Memang untuk apa?” tanyaku.
“Untuk membuat seseorang bahagia, tidak akan kusakiti dia. Tidak akan kubuat orang itu menangis. Dan membuatnya seperti sekarang ini. Aku benci diriku. Selama 2 tahun ini aku hidup dalam penyesalan. Tidak pernah tersenyum ataupun tertawa. Begitu menyakitkan melihat orang itu melihatku dengan tatapan kosong. Seolah tak mengerti apa maksudku. Seolah tak tau siapa aku sebenarnya. Seolah terbentang sebuah dinding yang sangat tebal, panjang, dan tinggi diantara aku dan orang itu. Namun, sekarang seakan-akan tembok itu telah dihancurkan oleh sesuatu. Sesuatu yang tidak terlihat. Sesuatu yang lembut.” ucap Jong In.
Aku semakin tidak mengerti. Apa yang dibiacarakan Jong In. Mesin waktu? Penyesalan? Apa lagi ini?
“Siapa orang itu?” tanyaku padanya. Seketika datanglah angin yang lembut meniup dedaunan yang kering dan menjatuhkannya satu per satu. Sedangkan Jong In sedang menatapku sekarang. Suasana menjadi terasa sangat aneh. Dia mendekatkan tubuhnya denganku. Lagi-lagi angin datang dan sekarang bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Rambutku menjadi sedikit berantakan dan sebuah tangan merapikan rambutku. Tangan itu adalah tangan milik Jong In. Kita saling menatap. Jantungku berdekup kencang. Perasaan apa ini? Langsung ku ambil roti dari piring dan ingin memakannya, namun Jong In menarikku lebih dekat dengannya. Dan memeberiku sebuah ciuman yang hangat. Aku menutup mataku. Bibirnya dengan lembut mengecup bibirku. Ciuman ini begitu lama dan lembut. Jong In berkali kali mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Karena berkali-kali aku ingin menyudahi ciuman ini. Namun, belum berhasil.
Jong In menarik tubuhnya. Bertanda ciuman ini akan berakhir. Aku membuka mata. Air mata Jong In menetes lagi. Sekarang dengan membisikkan sesuatu ditelingaku.
I Love You
Aku hanya diam. Melihat tingkah laku Jong In. Dan setelah itu dia memelukku.
“Aku ingin selalu bersama mu, Seo Ryu-ah..”

BYUUUUURRRRR
“Bangun! Kau kira ini jam berapa? Kau tak pergi ke kampus?” teriak seorang laki-laki membawa ember berisi air untuk membangunkaknku.
“Heemm... Baekhyun oppa apa yang kau lakukan?” ucapku yang masih belum kembali sepenuhnya ke dalam alam nyataku. Ku tarik kembali selimut, untuk menutupi seluruh badanku.
“Membangunkanmu. Ayo bangun! Bukankah hari ini kau ada jam kuliah?” katanya lagi.
“Ya, aku tau. Hah~ sepertinya aku bermimpi buruk! A~ tidak. Mimpi apa aku semalam? Sungguh sial!” ucapku menyesal dengan apa yang aku mimpikan semalam. Kenapa tidak bermimpi dengan salah satu member EXO saja! Kenapa harus dengan Jong In yang ku rasa seorang Psyco!
“Emm... kau mimpi apa?” tanya Baekhyun oppa yang penasaran dan duduk disamping ranjangku.
“Bukan apa-apa..” jawabku singkat.
“Ayolah! Beritahu aku!” paksanya
“Baiklah. Apa kau yakin ingin mengetahuinya?” tanyaku sekali lagi.
“Iya~”jawabnya serius.
“Baiklah. Sebenarnya aku tadi bermimpi bahwa ....”
“Bahwa?”
“Bahwa Baekhyun oppa ketabrak kereta api terus terpental 1 km dan anggota tubuhmu terpecah-pecah menjadi beberapa bagian. Lebih parahnya lagi tangan kananmu yang terpisah dari tubuhmu itu dibawa oleh serigala lalu dimakan olehnya!” teriakku didepan wajahnya. Marah. Karena membangunkanku dengan se ember air.
“Apa?”ucap laki-laki bermata indah itu dengan raut wajah bodoh.
“Sekejam itukah mimpimu padaku? Sungguh ku tak menyangka.”ucapnya lagi bermuka menyedihkan.
“Aku tidak percaya ini semua. Bayangkan. Aku yang selama ini menemanimu melewati masa-masa yang sulit. Melewati segala rintangan hidup yang sulit dan kau sebegitu kejamnya memperlakukanku di dalam mimpimu seperti itu? Kau sungguh--” ucap Baekhyun oppa yang panjang lebar membuatku pergi dari samping ranjangku dan mengambil handuk untuk mandi. Sampai selesai mandi pun dia masih berbicara. Ini adalah salah satu kebiasaan oppa. Yaitu, cerewet. Sungguh. Ku rasa aku menyesal aku mengucap kata-kata itu tadi. Huft.
Oppa, aku mau berangkat. Mau sampai kapan mengomel terus, hah?” ucapku pelan di depan Baekhyun oppa, dengan memasang wajah manis.
“Hem? Ada apa kau ini? Tidak biasanya memasang wajah manis seperti itu? Pasti kau memiliki kemauan? Apa? Ayo katakan!” ucap Baekhyun oppa bingung.
“Antarkan aku ke kampus, ya?” ucapku semakin membuat wajahku lebih  manis dari beberapa detik lalu.
“Tapi, aku harus ke” ucap Baekhyun oppa yang berhenti melihatku memasang wajah menyedihkan.
“Baiklah. Aku tau.” kata Baekhyun oppa akhirnya. Ia seolah tak bisa mengelak lagi.
“Yeee...” ucapku memeluk Baekhyun oppa girang.
Aku berjalan menuju mobil Baekhyun oppa dengan riang. Sampai-sampai Baekhyun oppa hanya geleng-geleng saja melihatku. Sesekali saat Baekhyun oppa melihatku, aku tersenyum. Jika dipikir-pikir aku beruntung bisa dekat dengan Baekhyun oppa yang menjadi salah satu pria tertampan se-Universitas. Saat kita berjalan beriringan, banyak orang yang melihat kita berdua dan pasti diantara mereka berpikir bahwa kita adalah pasangan kekasih. Apa selera Baekhyun oppa sepertiku ini? Ada-ada saja.
Karena terlalu senang aku hampir terjatuh dan Baekhyun oppa menangkapku. Tangannya berada dipunggungku dan tangan yang satunya lagi memegang tangan. Aku kaget dan memejamkan mata takut aku terjatuh.
“Kau tidak apa-apa?” ucapan Baekhyun oppa membuat mataku terbuka. Aku melihat Baekyun oppa menatapku dengan penuh khawatir. Aku hanya diam saja. Terpesona melihat tatapan Baekhyun oppa yang indah. Dan wajahnya yang terlihat putih bersih, dari jarak yang terdekat ini. Oh. kenapa aku baru menyadarinya? Tubuhku dipaksa berdiri dengan lembut oleh Baekhyun oppa.
“Rambutmu berantakan.” Ucapnya, seraya memasukkan jemarinya pada anak rambutku dengan tangan lembutnya. Aku memegang tangannya Baekhyun oppa. Dan aku baru sadar sudah tidak ada cincin melingkar disana. Cincin yang pernah ia ceritakan kepadaku, dari kekasihnya, Ja Neul.
“Oppa? Dimana cincinmu?” ucapku dengan nada khawatir. Lalu, ku pandang Baekhyun oppa dengan seksama.
“Oh. Ini..” ucap Baekhyun oppa menarik tangannya dan berjalan terlebih dahulu, ia lalu berhenti setelah beberapa langkah.
“Dia memutuskanku....” ucap Baekhyun oppa santai, seraya meletakkan tangannya disaku celananya. Aku hanya terdiam melihat tingkah laku Baekhyun oppa. Terpaku. Semudah itukah cinta datang dan pergi? Semudah itukah sebuah cinta yang banyak orang banggakan dapat pergi begitu saja? Malgo andwea! Aku masih saja terdiam, dan entah kemana angganku membawaku. Namun, beberapa detik kemudian , ku lihat Baekhyun oppa berjalan di depanku. Tiba-tiba dia berbalik dan berteriak
 “Seo Ryu-ah~ ayo! Mobilku sudah terlihat.” Senyumnya sangat manis melihatku dari kejauhan.
“Oh. Ne!” balasku berlari mendekati Baekhyun oppa yang kini berdiri diujung jalan.
Sesampainya di mobil Baekhyun oppa, baik dia maupun aku hanya diam. Diperjalanan sesekali aku melihat Baekhyun oppa yang berkonsentrasi menyetir. Aku ingin bertanya kenapa Ja Neul memutuskannya namun aku tidak enak hati. Dan saat Baekhyun oppa melihatku kembali aku menjadi salah tingkah dan melihat kearah berlawanan dengan pandangan baekhyun oppa.
“Aku tau kau ingin bertanya sesuatu. Kita sudah saling mengenal lama sekali. Kau tidak bisa menutupinya dariku. Katakan saja!” ucapnya pelan yang masih menatap ke depan.
“Emmm.... Tidak....” sanggahku.
Aku tidak berani menanyakannya. Walau dia mengizinkannya namun masih ada keraguan dihati. Sesampainya di kampus kami, yaitu Seoul National University. Ini adalah salah satu universitas terbaik di korea dengan mottonya adalah ‘VERITAS LUX MEA’ dalam bahasa latin yang artinya ‘KEBENARAN ADALAH CAHAYA SAYA’. Universitas kami menyandang predikat sebagai berikut :

1. Universitas ini menempati peringkat ke-20 didunia dalam publikasi analisis data dari Science Citation Index.
2.  Menempati urutan ke-7 di Asia dan ke-42 didunia berdasarkan QS World University Ranking tahun 2011.
3.  Ke-13 di Asia dan ke-124 di dunia berdasarkan oleh Times Higher EducationWorld University rangking tahun 2011
4. Pada tahun 2009, Ecole Des Mines de Paris Mines Paris Tech melaporkan bahwa SNU singkatan dari Seoul National University menempati peringkat ke-5 di dunia dalam jumlah alumni saat ini yang memegang posisi CEO di Fortune 500 perusahaan, di antara alumni yang menonjol adalah Ban Ki Moon (saat ini menjadi Sekretaris Jenderal PBB), LG, dan Samsung Electronics CEO.

Bisa dibayangkan betapa susahnya sekolah ditempat yang sebagus ini. Tesnya saja aku harus belajar 7 hari 7 malam, sampai-sampai ku relakan tak cukup waktu untuk tidur. Tapi, sekarang ku dapat bernafas lega dapat bersekolah disini, sekarang sudah semester 6. Aku juga mendapat peringkat 10 besar mahasiswa terpintar di universitas dengan total mahasiswa lebih dari 30.000 orang. Baekhyun oppa menempati urutan ke-6.
Sesampai di kelas belum ada dosen yang mengajar. Aku melihat di sekeliling, yang mungkin saja masih ada meja kosong. Saat mencari tempat kosong, aku melihat Baekhyun oppa duduk dipojok depan. Kenapa dia tidak memberitahuku kalau hari ini satu kelas?
“Oppa, kau disini?” tanyaku duduk disamping Baekhyun oppa.
“Ya” ucapnya, seraya tersenyum manis padaku.
Baru 5 menit aku duduk, seorang dosen sudah datang. Dosen Kim Young Han, namanya. Ia mengajar bahasa inggris. Dia juga dikenal sebagai dosen yang sangat tertib dan taat peraturan. Kalau ada yang terlambat, tidak memandang bulu siapa dia, pasti akan dihukum berdiri di depan kelas selama jam mengajarnya. Bahkan juga ada yang dijemur ditengah teriknya matahari.
Seperti biasa sebelum Dosen Kim mengajar dia akan meneliti suasana kelas. Kalau ada sampah dia menyuruh untuk membersihkannya dulu. Dan beruntungnya hari ini kelas sangat bersih sampai debu saja tidak terlihat. Setelah selesai dengan kegiatan rutinnya, dia segera memulai mengajar.
Aku hanya diam, seraya memperhatikan Dosen Kim yang menjelaskan sebuah materi. Baru 15 menit Dosen Kim mengajar tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Sudah ku pastikan dia terlambat. Kemudian seorang laki-laki masuk dengan wajah menyesal menghampiri Dosen Kim. Dosen Kim kini, telah siap dengan raut wajah amarahnya. Laki-laki itu, kini telah sampai di depan Dosen Kim sekarang. Dia meminta maaf karena terlambat. Aku melihat baju dan rambutnya berantakan. Dia sepertinya berlari, saat menuju ke kampus. Dengan amarah yang masih menguasai dirinya, Dosen Kim menyuruh laki-laki itu berdiri di depan kelas.
Aku sepertinya sedikit mengenal wajahnya. Oh ya, dia Park Chanyeol. Memegang ranking ke-3 satu kampus. Aku tidak menyangka dia juga bisa terlambat. Aku menduga pasti nilai bahasa inggrisnya turun karena kejadian ini. Kasihan.
Baekhyun oppa menyentuh bahuku.
“Sepertinya ada yang terlambat lagi.” bisiknya padaku. Aku hanya bingung dan melihat ke pintu. Benar. Ada bayangan dibawah pintu. Dosen Kim sudah membukakan pintu untuk murid itu. Dan, ketika pintu terbuka, alangkah terkejutnya diriku mendapati seseorang yang ku kenal, berdiri disana.
‘Jong In? Sejak kapan dia menjadi mahasiswa disini?’ ucapku dalam hati melihat wajah kusut Jong In yang menyedihkan.
Dia melihatku sekilas dan mengembalikan pandangannya pada Dosen Kim, yang kini berada di depannya. Dia memakai celana jeans putih panjang, bersepatu putih dengan kaos bergaris putih dan hitam tidak lupa memakai jas membuatnya lebih tampan dari saat makan malam kemarin. Mataku terus memperhatikan tingkah laku Jong In yang dihukum berdiri di depan kelas.
“Seo Ryu, apa yang saya bicarakan tadi?” ucap Dosen Kim dengan tiba-tiba, membuatku tersadar dari lamunanku. Ia kini telah berdiri tak jauh dari mejaku.
“Kau sedang melamun apa? Atau kau sedang memperhatikan 2 cowok tampan disana?” tanya Dosen Kim lagi yang sama sekali tak ku jawab pertanyaannya.
“Baiklah, kalau begitu jelaskan mengenai sejarah berdirinya korea. Walau ini bukan pelajaran sejarah. Tapi kau harus memakai bahasa inggris saat menceritakannya.”
Baiklah. Aku melangkah menuju depan kelas, dengan pandangan mataku yang kini tertuju pada teman-teman yang memenuhi ruanagn ini. Aku mulai menceritakan secara detail. Untung saja sejarah adalah salah satu pelajaran yang aku sukai. Dan tentang sejarah Korea aku sangat hafal. Bahkan ini menjadi topikku saat mengikuti lomba bertaraf Internasional saat aku masih SMU. Dan aku mendapat juara 2. Jadi, ini tidak begitu sulit bagiku.
Setelah selesai menjelaskan. Aku segera duduk di kursiku dan mendapat tepuk tangan, yang kini menyeruak ke seluruh penjuru ruangan.
“Kau mendapat nilai tambahan.” ucap Dosen Kim tersenyum padaku. Aku sangat senang karena hukuman itu aku malah mendapat nilai tambahan. Beruntungnya. Seusai jam Dosen Kim, aku bersama Baekhyun oppa ke kantin.
‘Baekhyun oppa kenapa terlihat cool, ya?’ucapku dalam hati.
Aku berdiri di sampingnya dan melihatnya lekat-lekat. Ya, aku sadar kalau Baekhyun oppa memang tampan tapi kenapa hari ini berbeda, ya?
‘Hei, Kim Seo Ryu apa yang kau pikirkan?’ gumamku, seraya memukul pelan kepalaku sendiri. Baekhyun oppa, yang ku rasa ia melihatku memukul pelan kepalaku, pun menoleh.
“Ada apa Seo Ryu-ah?” ucapnya memandangku, dengan tatapan sendunya.
Aniya.” ucapku tersenyum manis.
Jantungku berdetak tak normal, ketika pertanyaan Baekhyun oppa terlontar dari bibirnya. Terlebih tatapan sendunya. Hei, ada apa dengan diriku? Tidak seperti biasanya, aku merasakan hal yang lain ketika aku berdekatan dengan Baekhyun oppa. Keheningan pun kini melandaku, juga Baekhyun oppa. Akhirnya ku buka kembali pembicaraan ku dengan Baekhyun oppa, dengan bertanya mengenai Jong In oppa. Apakah dia sudah lama sekolah disini dan kenapa aku tidak tau. Setelah mendengar penjelasan Baekhyunn oppa panjang lebar aku baru mengerti.
“Oh, jadi dia memegang peringkat 1, sebagai siswa terpintar. Dan dia sudah lama sekolah disini? Kenapa aku tak pernah melihatnya?” ucapku seraya mengunyah kimchi.
“Dia cuti kuliah selama 1th! Semenjak ada sebuah kejadian!” ucap Baekhyun oppa meminum Coca Colanya.
“Kejadian apa?” tanyaku penasaran.
“Hem..” ucap Baekhyun oppa berhenti sejenak. Ku lihat, ia nampak berpikir. Mungkinkah ia mengingat kembali kejadian itu, untuk menjawab pertanyaanku?
“Hah, kenyang!” ucapnya tiba-tiba.
“Ya! Oppa!” teriakku, seakan tak puas mendengarnya seolah mengelak dari pertanyaanku. Seperti ia tak ingin menceritakan sesuatu yang tak ku ketahui.
Wae?” ucapnya.
“Ceritakan.Soal yang tadi!” ucapku menatapnya dengan tatapan menyakinkan.
Andwe! Aku tidak akan menceritakannya. Nanti kau juga tau sendiri. Bukakankah kau dijodohkan dengannya?” ucapnya santai seraya bersandar dibahuku.
“Ya. Tapi” ucapku santai dan teringat sesuatu.
“Oppa, kau tau soal perjodohan itu?” teriakku ditelinga Baekhyun oppa yang sedang bersandar dibahuku.
Ya! Omo! Jangan berteriak tepat di telingaku, chagi.” Ucapnya seraya memegang telinga dengan tatapan amarahnya. Kata terakhirnya membuat kedua mataku terbelalak dengan sempurna.
Mwo? Chagi? Omo! Hey! Ahjussi! Jangan memanggil ku, dengan sebutan Chagi!” teriakku, lagi.
Mwo? Ahjussi? Kita hanya berbeda 1 tahun, mengapa kau memanggilku dengan sebutan Ahjussi? Setua itukah aku di matamu?” Baekhyun oppa pun kini balas memekik di telingaku, dengan suara yang tak kalah melengking.
“Tapi wajahmu seperti pamanku, Ahjussi! Dan mulai sekarang aku memanggilmu dengan sebutan Ahjussi!” teriakku membuang muka.
“Oh. Ne! Sekarang aku juga memanggilmu dengan sebutan Ahjumma! Karna kau mirip Bibiku!” balasnya juga membuang muka.
“Kau berani memanggilku dengan sebutan Ahjumma?” ucapku berdiri dengan kedua tangan berada dipiggangku.
Ne! Kau juga berani memanggilku Ahujussi! Wae?” ucapnya yang juga berdiri, menyamakan tingginya denganku.
            Pertengkaran kami masih terus berlangsung sampai 5 menit kemudian. Berteriak-teriak di kantin kampus, bahkan mahasiswa yang lain sudah tidak heran lagi. Karna kami memang sering bertengkar di kantin kampus, perpustakaan, laboraturium, kelas, bahkan diruang dosen! Tapi itu hanya sementara kalau sudah makan sesuatu pasti sudah lupa kalau tadi sedang bertengkar. Seperti sekarang ini.
“Wah, makanannya enak, ya?” ucap Baekhyun oppa makan dengan lahap di sampingku.
“Ah, ne.” ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari makananku.
Mahasiswa di sekitar kami, hanya geleng-geleng saja melihat kami yang tak lagi berteriak-teriak seperti beberapa menit lalu. Selesai makan Baekhyun oppa mengajakku ke Myeondong untuk membeli baju dan sekalian jalan-jalan. Karena aku sudah lama sekali tidak jalan-jalan akhirnya aku menyetujui ajakkannya.
Kita berangkat memakai subway. Sesampai disana, suasananya sangat ramai. Seperti yang sudah kuduga. Huft. Baekhyun oppa mengajakku ke tempat assesoris. Wah. Cantik-cantik. Aku mengambil sebuah bando berwarna ungu dengan gambar doraemon. Kartun kesukaanku. Bandonya sangat cantik.
“Kau suka? Mau ku belikan?” tanya Baekhyun oppa padaku.
Aniya.” Ucapku seraya meletakkan bandonya di tempat semula.
“Waaahh. Kalian pasangan kekasih, ya? Cocok sekali!” celetus penjual assesoris, yang berada di depan kami. Aku dan Baekhyun oppa pun hanya saling melemparkan tatapan bingung.
“Ah, andwe.” sanggahku.
“Benarkah?” ucap penjual itu dan menyuruhku mendekatkan wajahku dan membisikkan sesuatu.
“Tapi, dia menyukaimu, sepertinya..” ucapnya lagi.
Mwo?” ucapku kaget dan menjauhkan wajahku.
“Kenapa?” tanya Baekhyun oppa padaku.
Aniya. Ayo kita pergi oppa. Aku ingin melihat baju.” ucapku menarik lengan baju Baekhyun oppa pergi dari situ.
“Hei, Noona! Yang ku katakan itu benar, bukan?” teriak penjual itu. Aku hanya berhenti sejenak dan menarik Baekhyun oppa lagi dengan marah. Sesampai di toko baju aku masih terngiang-ngiang ucapan penjual tadi. Sial.
‘Kenapa aku harus bertemu penjual itu? Membuatku mempikirkan perkataannya beberapa menit tadi. Huh. Menyebalkan!’ ucapku dalam hati.
“Ini bagus tidak?” tanya Baekhyun oppa padaku.
“Bagus.” ucapku tanpa melihat Baekhyun oppa. Baekhyun oppa kembali ke kamar bajunya. Aku masih saja memikirkan kejadian tadi.
‘Bagaimana bisa seorang yang baru kenalmaksudkuorang yang baru bertemu, bisa berbicara kalau Baekhyun oppa menyukaiku. Padahal sudah jelas Baekhyun oppa tidak menyukaiku. Mungkin, aku juga merasa dia berbeda. Aku bingung! Apakah yang dikatakan si penjual itu benar? Ah, ini membuat kepala ku pusing, memikirkannya.’  Ucapku, seraya menggigit jari.
“Seo Ryu!” teriak Baekhyun oppa tepat telingaku.
Wae?” tanyaku sedikit marah.
“Bisakah kau memberi pendapat tentang bajuku dengan serius? Kau dari tadi hanya menjawab Bagus. Cocok. Keren. Lumayan. Kau terlihat tampan. Kau bicara seperti itu tanpa melihat bagaimana bajuku! Memang kau peramal? Aku mengajakmu kesini untuk meminta pendapatmu, dan kau malah melamun sendiri dari tadi.” ucap Baekhyun yang masih mendekatkan wajahnya padaku dengan tatapan yang terlihat jelas, ia sedang marah.
Ne. Mianhae. Aku hanya memikirkan tentang ucapan pen” ucapanku berhenti dan segera melihat baju Baekhyun oppa.
Oppa. Bajumu bagus. Kau terlihat tampan. Tapi, aku tidak suka celanamu. Tidak cocok dengan jas yang kau pakai. Lebih baik kamu pilih baju yang satu setel saja langsung. Bibiku mempunyai toko di Myeondong, kau dapat membeli setelan baju jas, disana. Kalau oppa tidak mau membeli baju setelan, bibiku juga bisa memberi saran.” ucapku tersenyum manis.
“Kenapa tidak bilang dari tadi kalau bibimu punya toko disini, hah?” ucapnya mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi. Aku hanya tersenyum.
Let’s go! Kita pergi sekarang.” ucapku tersenyum dengan manis. Baekhyun oppa hanya berdiri dan menuju ke kamar ganti. Setelah selesai oppa menarik tanganku.
“Dimana tokonya?” ucapnya memegang tanganku.
“Disana.” ucapku menunjukkan salah satu arah.
Aku dan Baekhyun oppa berjalan kearah yang ku tunjukkan. Di tengah jalan aku bertemu Ja Neul yang sedang bertemu dengan seorang laki-laki. Aku melihat ke arah Baekhyun oppa. Dia tidak bereaksi apa-apa dan masih memegang tanganku dengan erat. Hanya sekitar 10 detik melihatnya, Baekhyun oppa meneruskan berjalan. Tanpa sadar aku bertanya kepadanya.
“Siapa laki-laki itu, oppa? Dia kekasih Ja Neul yang baru?” tanyaku santai.
“Dia Kyung Soo. Dia sudah lama menjalin hubungan dengan Ja Neul.” ucapnya santai dan masih menatap lurus kedepan.
“Berarti kau seling” ucapanku terhenti. Begitu pula langkah kakiku juga terhenti seiiring frasa yang ku ucapkan terhenti. Aku hanya berfikir bahwa Baekhyun oppa selama ini hanya menjadi selingkuhannya Ja Neul?
“Kenapa kau berhenti? Sudah sampai? Dimana? Disini hanya ada penjual makanan!” kata Baekhyun oppa melihat sekelilingnya.
“Ah.. Andwe.. Ayo jalan lagi...” ucapku menarik tangan Baekhyun oppa.
Hari sudah sore dan Baekhyun oppa sedang berjalan di taman denganku. Banyak pasangan di sini. Membuatku sedikitiri . Sepanjang kita berjalan orang-orang memandang kita berdua. Aku bingung. Apa ada yang salah dengan penampilan kita berdua? Kurasa tidak.
Oppa, kenapa orang-orang memandang kita berdua? Apa ada yang salah?” tanyaku pada Baekhyun oppa.
“Mereka pasti berfikir kita pasangan yang sangat cocok. Seorang gadis cantik, dengan seorang lelaki tampan. Tapi, sangat disayangkan. Kita bukan sepasangan kekasih. Kau telah dimiliki seseorang. Aku terlambat satu langkah dengan Jong In.” ucapnya tersenyum padaku dengan lembut. Aku hanya diam melihat tatapan Baekhyun yang terlihat sendu. Dia tidak bisa membohongiku bagaimana perasaannya, walaupun dia terseyum dengan manis tapi, dari iris matanya aku tahu kalau perasaannya sedih.
“Kau tahu aku berbohong, ya? Maaf, aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Sudah sejak lama aku menyukaimu. Aku tidak bisa melihat kau dengan orang lain. Sekalipun yang sedang bersamamu adalah temanmu sendiri. Kau  ingat kenapa aku marah saat menghadiri rapat pertemuan siswa pintar? Aku marah karena kau berangkat bersama Suho. Aku tahu kau hanya berteman dengannya, tapi aku sangat tidak suka jika kau bersama laki-laki lain. Maaf atas egoku yang terlalu besar.  Mianhae.” Ucapnya seraya menatapku lekat-lekat.
“Aku mencintaimu selamanya. Walau mungkin waktu akan jenuh menungguku yang hanya memandangmu. Walaupun Tuhan tak mengijinkan ku denganmu, aku akan melindungimu. “ ucap Baekhyun menyakinkanku.

Deg
Kepalaku pusing. Aku seakan teringat sesuatu. Aku melihat dalam bayanganku seseorang yang mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan Baekhyun oppa. Dia seorang laki-laki. Wajahnya tidak begitu jelas teringat.

BUUK
Tubuhku terjatuh ditanah. Ku pegang kepalaku yang masih nyeri. Baekhyun oppa memegangku. Aku dibantunya berdiri. Setelah beberapa saat nyeri dikepalaku sudah reda.
“Kau tidak apa-apa?” kata Baekhyun oppa, khawatir. Ia lalu menyodorkan minuman padaku.
Ne. Aku tidak apa-apa. Tadi, aku hanya sedikit pusing.” ucapku meminum minuman yang diberikan oppa.
Beberapa menit duduk di taman, Baekhyun oppa memutuskan untuk mengantarku pulang. Namun, sesaat sebulum Baekhyun oppa mengantarkanku pulang, ia mengajakku ke kampus dulu karena Baekhyun oppa tadi meninggalkan mobilnya disana. Dalam perjalanan di kampus aku memikirkan kejadian tadi. Aku merasa ada sebuah memori yang hilang dipikiranku. Memori ini seperti sebuah potongan puzzle. Jika puzzle-puzzle yang lain berkumpul dan berada di posisi yang benar maka akan menjadi sesuatu yang sebelumnya tak beraturan. Sama seperti ingatanku ini. Aku berpikir kalau memori yang ku ingat tadi adalah salah satu potongan ingatan yang sangat penting dalam hidup. Memori yang bisa membuatku senangatau bisa saja membuatkusedih. Aku melihat Baekhyun oppa yang duduk di sampingku yang sedang melihat panorama dari atas kereta.
Aku teringat ucapan Baekhyun oppa tadi. Dia menyuaiku? Sejak kapan? Aku tidak percaya dia bisa menyukaiku. Apa karena aku dulu suka mengikutinya kemana-mana? Tunggu. Berarti ucapan Si Penjual itu benar. Oh no! Aku terus menatap Baekhyun oppa lekat-lekat.
“Kenapa?” ucapnya tiba-tiba memegang tanganku dan mendekatkan wajahnya. “Kau serius sekali melihatku.” ucapnya lagi.
“Hem.. Andwe. Aku hanya... memikirkan ucapan oppa tadi..” ucapku.
“Ohh.. Ne? apa kau kira aku becanda? Aku tidak bercanda Chagi.” ucapnya mengelus rambutku. “Oh ya. Ini untukmu.” ucapnya mengeluarkan bando dari tasnya.
“Bando yang tadi? Kapan kau membelinya?” tanyaku seraya menerima bando dari Baekhyun oppa.
“Tadi. Ketika kau pergi ke kamar mandi.” Ucap Baekhyun oppa santai.
“Mendekatlah. Aku akan memakaikannya untukmu.” Ucap Baekhyun oppa, seraya mengambil kembali bando itu, lalu memakaikannya di kepalaku.
“Kau terlihat cantik, dengan bando itu.” Ucapnya, lagi.
Jeongmal? Hahaha. Gomawo.” ucapku.
Dalam perjalanan Baekhyun oppa sering mengeluarkan lelucon yang membuatku tertawa. Tak ku sangka ia pun mampu membuatku tertawa dengan leluconnya. Saat Baekyun oppa membuat lelucon, aku tidak sengaja menoleh ke suatu sudut. Aku melihat seorang laki-laki dengan baju serba hitam dan memakai baju hitam. Tidak lama Baekhyun oppa ke toilet. Aku duduk sendirian. Kuperhatikan laki-laki yang kulihat tadi. Tanpa sengaja dia juga menatapku. Namun, hanya beberapa detik saja. Setelah itu dia memalingkan mukanya. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya, rasa gugup menjalar dalam tubuhnya. Ia pun kini beranjak pergi. Aku hanya mengerutkan alisku.

~My Couple~

Omo! Apa ini?” ucapku kegirangan melihat Gimbab di meja makan.
“Wah, eomma! Ini Gimbab isi Sosis kesukaanku? Wah, ada Kimchi juga! Wah, ada daging juga! Tapi, ini daging sapi kan, eomma? Bukan dagaing babi, kan?” tanyaku pada ibuku yang sedang duduk dengan ayah, berdampingan.
Ne.” Ibu hanya tersenyum menaggapi ucapanku.
“Wah, pasti enak! Selamat makan!” ucapku yang langsung memanggang daging sapi dan menyantap kimchi juga gimbab yang berada di hadapanku ini. Dari 3 makanan yang aku sukai itu aku paling suka daging. Biasanya makanan ini untuk makan malam. Tapi kenapa pagi-pagi seperti ini, ibu menyediakan makanan seperti ini?
Eomma, ada acara atau perayaan apa? Tidak bisanya pagi-pagi kita makan seperti ini?” tanyaku yang masih sibuk dengan makanan.
Eomma dan Appa akan pergi selama 1 bulan, chagi.” ucap ibu masih dengan senyum manis miliknya.
Wae?” ucapku seraya meletakkan kedua sumpit yang ku gunakan. Sepertinya aku kehilangan selera makan, setelah ibu menjawab pertanyaanku.
Mianhae.” Ucap ayah, yang sedari tadi hanya diam.
Mwo? Mianhae? 2 minggu lagi di kampus ada acara tahunan. Dan kalian tidak hadir disana?” tanyaku. Rahangku mengeras. Juga aliran darahku, yang kini seperti mengalir ke ubun-ubunku.
Mian. Hajiman.” ucap ibu yang kini memasang raut wajah khawatir. Ia lalu memandang ayah. Seolah menuntut ayah untuk melakukan sesuatu.
Mwo? Kalian tidak akan hadir bukan. Hah! Aku sudah menduganya! Sejak tahun pertama aku kuliah Eomma dan Appa memang tidak pernah berniat untuk berpartisipasi dalam acara kampus. Setidaknya kedatangan kalian, itu saja sudah ku anggap cukup! Alasan kalian tidak datang di tahun pertama karena Appa sakit. Aku bisa menerima itu. Di tahun kedua, karena Ahjussi dan Ahjumma menikah. Oke, aku mengerti. Dan sekarang apa lagi? Pekerjaan?” ucapku sinis.
Ne...” ucap ibu yang sepertinya tak sanggup untuk menjawab pertanyaanku. Kepalanya pun kini tertunduk.
“Tapi ini masalah perkerjaan. Appa dan Eomma tak bisa mengaturnya. Hanya kapten yang bisa mengaturnya. Appa dan Eomma harus ke Amerika sebagai perwakilan untuk Korea Selatan sebagai pilot dan pramugari yang berprestasi. Kita harus menghadiri itu. Karena itu dapat mempengaruhi pekerjaan Appa. Kalau Appa tidak pergi menghadirinya, Appa akan mendapat nilai minus. Dan gaji Appa bisa dipotong. Mianhae.” ucap Appa menjelaskan.
“Hah! Araseo! Appa memang selalu begitu. Pilot memang sangat berharga bagi Appa. Apa pernah Appa sedikit saja memperhatikanku? Sedikit saja! Saat sekolah dasar, Appa tidak pernah sekalipun mengikuti rapat orang tua, selalu Eomma yang menghadirinya. Bahkan Appa tidak menghadiri acara perpisahanku. Ne, itu karena pekerjaan Appa. Saat SMP apa pernah Appa memikirkan bagaimana perasaanku saat Hari Ayah? Semua murid disekolah itu membawa Appa mereka masing-masing. Sedangkan aku? Aku malu Appa, hanya Eomma yang menemaniku. Appa tidak datang karena apa? Sudah pasti karena pekerjaan Appa sebagai pilot! Aku bisa mengerti Appa! Saat di SMU pernah Appa memberiku selamat karena aku juara kelas? Bahkan saat aku mendapat juara 2 dalam olimpiade Internasional, pernahkah Appa mengucapkan  SELAMAT? Pernah? Kapan? Dan sekarang? 2 minggu lagi bukan hanya acara tahunan tapi juga Wisuda-ku lulus di teknik Informasi! Setelah acara wisuda, langsung diadakan acara tahunan kampus. Ne, kalian memang orang sibuk! Aku bisa mengerti! Silahkan nikmati perjalanan kalian ke Amerika! Acara ini memang tidak penting bagi kalian! Bahkan, aku tidak yakin kalau Appa tau kapan hari ulang tahunku. Dari pada kalian lupa kapan ulang tahunku akan ku beri tau... hari dimana hari Wisuda itu adalah hari Ulang Tahunku! Jadi, jika kalian tidak hadir di sana, jangan merusak kebahagiaanku, dengan menelepon bahkan mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Cukup biarkan aku merayakan ulang tahun bersama teman-temanku!” ucapku membara. Entah keberanian dari mana, aku mampu mengeluarkan semua yang ku rasa ayah tidak tahu tentang pertanyaan yang berkucamuk dalam benakku. Ku ambil tas dan langsung beranjak pergi, namun baru 3 langkah aku membalikka badan.
“Oh ya, satu lagi. Jangan memberikan aku kado. Karena kado itu akan membuatku menangis! Membuatku bersedih! Selamat bersenang-senang!” ucapku yang langsung membalikkan badan dan pergi ke kampus.
Dalam perjalanan aku hanya melamun dan hampir menabrak seorang. Apakah benar yang kulakukan pada ayah dan ibu tadi? Tapi, aku sangat mengingin mereka datang di acara wisudaku nanti. Aku menginginkan mereka meluangkan waktunya, walau hanya sebentar saja. Aku ingin mereka melihatku berdiri disana dengan tatapan bangga dan mengatakan pada orang yang ada disampingnya bahwa, ‘Itu anakku, dia sangat cantik dan pintar! Aku bangga padanya’. Aku ingin mereka mengucapkan itu.
Tanpa sadar aku meneteskan air mataku. Langkah kakiku semakin melambat. Air mataku semakin deras. Aku tidak bisa menahannya lagi.

TIIN TIIN
“Butuh tumpangan?” ucap seorang laki-laki yang memberhentikan mobilnya. Aku perlahan melihat kearah laki-laki itu.
“Jong In?” ucapku lirih.
“Ayo masuk.” ucapnya tersenyum. Aku diam sejenak dan masuk ke mobil hitamnya yang mengkilap. Di dalam mobil suasana hening. Tidak ada yang berbicara. Aku masih saja memikirkan kejadian tadi.
“Jangan marah pada Appa dan Eomma mu, mereka terpaksa melakukannya. Percayalah, mereka sayang padamu.” Ucapnya, dengan pandanagn matanya yang masih menatap ke depan. Aku monoleh refleks. Bagaimana dia bisa tau? Sejenak aku berpikir dan aku lupa kalau ayahnya adalah Kapten. Pasti dia tahu dari ayahnya. Aku memalingkan wajah darinya dan melihat keluar jendela mobil. Aku hanya diam.
Saat kami telah sampai dikampus, aku melihat ke arah Jong In oppa dengan sinis.
“Siapa kau?” tanyaku yang , entah dari mana kalimat itu muncul dalam otakku, dan terlontar tanpa bisa ku cegah. Ku lihat Jong In oppa kaget dengan pertanyaan yang terlontar dari mulutku.
“Maksudmu?” tanyanya sedikit mengerutkan alisnya.
“Kenapa saat terakhir kali kita bertemu kau mengucapkan hal-hal yang aneh?” ucapku seraya menatap Jong In lekat-lekat.
Jong In hanya diam saja melihatku dengan tatapan sayu-sayu. Namun, aku masih saja memandangnya.
Deg
Aku kaget dan bingung dimana aku sekarang. Aku melihat sekeliling. ‘rumah sakit’ ucapku dalam hati.
“Kau sudah sadar, syukurlah.” ucap Baekhyun oppa dengan raut wajah khawatir. Aku melihat di samping Baekhyun oppa ada Jong In oppa. Tidak lama kemudian dokter datang. Dan dokter itu memeriksaku.
“Apa yang kau rasakan tadi?” tanya dokter yang memeriksa denyut nadiku dari tangan.
“Tadi aku pusing dan” aku memberhentikan perkataanku.
“Dan?” ucap dokter melihatku.
“Aku seperti teringat akan sesuatu yang aku lupakan. Maksudku, sesuatu yang sepertinya sudah hilang. Dan tiba-tiba kembali lagi. Namun, orang yang ada di ingatanku masih belum jelas wajahnya.” ucapku serius.
“Itu pasti hanya mimpi. Kau tadi pingsan.” ucap dokter tersenyum padaku.
“Tidak! Kemarin aku juga mengalami ini. Dan kejadiannya sama. Aku pusing dan tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Hari ini pun, kejadian itu terulang kembali” jelasku. Penjelasanku beberapa detik itu, membuat dokter di hadapanku terdiam, lantas ia melihatku. Aku pun bingung dengan apa yang ku alami ini.
“Baiklah.” ucap dokter dan membisikkan sesuatu pada Baekhyun oppa.
Aku diam dan melihat Baekhyun dan Jong In oppa pergi mengikuti dokter tadi. Aku mengerutkan alisku. Sebenarnya ada apa ini? Kenapa tatapan dokter tadi seperti aku terkena penyakit saja. Seorang perawat masuk ke kamarku membawa makanan. Aku disuruh makan dan aku pun memakannya karena sudah lapar sejak tadi.
Baru 3 suapan bubur, Baekhyun dan Jong In oppa masuk. Mereka melontarkan pertanyaan yang sama. Apa aku baik-baik saja? Aku pun menjawab pertanyaan mereka, bahwa aku baik-baik saja.
Oppa, sebenarnya aku sakit apa?” tanyaku pada Baekhyun oppa.
Aniya.  Kau hanya pusing biasa.” jawabnya dengan senyum manis.
“Jangan kau kira aku bodoh, oppa! Cepat katakan apa yang terjadi dengan diriku!” paksaku pada Baekhyun oppa. Ia hanya diam dan berpandangan dengan Jong In oppa. Lalu, beberapa detik kemudian, ia membuka mulutnya.
“Seo Ryu-ah, kau baik-baik saja?” ucap Bibi yang datang tiba-tiba bersama Paman.
Ne.” Jawabku seraya menganggukkan kepala.
Aku menatap jam dinding. Pukul 14.00 dan hari ini aku ada latihan untuk acara tahunan di kampus. Menyebalkan. Tiba-tiba aku teringat pertanyaanku tadi pada Baekhyun oppa, yang belum ia jawab. Aku melihatnya dengan tatapan sinis, namun dia membuang muka dan berbicara pada Bibi. Apa dia tidak punya mata?
“Seo Ryu!”, teriak seorang gadis dari pintu. Aku kaget. Bagaimana tidak? Ini rumah sakit, bukan pasar tradisional.
“Kau kenapa? Ada yang sakit? Dimana?” tanyanya khawatir.
“Aku hanya pusing, Eonni.” ucapku menenangkannya.
Oh my God! Sudah kuduga! Semenjak kejadian itu aku khawatir kau akan seperti ini! Gangguan pada kepalamu itu memang membuatku sangat khawatir! Apa lagi kau sampai lupa pacarmu dan kakak kandungmu! Bayangkan! Betapa malangnya dirimu! Kau harus menjaga diri Seo Ryu-ah. Jangan membuat orang-orang disampingmu khawatir!” ucap Hyo Seok duduk dikasurku.
Mwo? Kejadian apa? Aku melupakan siapa? Pacarku? Kakakku? Sejak kapan aku punya kakak?” tanyaku mengerutkan alis bingung. Semua orang diruangan itu melihat Hyo Seok dengan tatapan marah.
“Hei! Ada apa ini? Kalian menutupi sesuatu dariku?” ucapku lagi sekarang memandang semua orang diruangan itu.
“Jawab aku! Sejak kapan aku punya kakak? Bukankah aku anak tunggal!” ucapku sedikit berteriak. Mataku berkaca-kaca. Dan...
Teess
Aku meneteskan air mata. Kenapa aku tiba-tiba menangis? Dadaku sesak. Aku merasakan rasa sakit dihatiku. Ada apa ini? Tidak adakah orang yang bisa menjelaskan ini padaku?  Aku memegang kasurku dengan erat. Menahan rasa sakitku. Aku melihat keluar jendela.
‘Bagaimana kalau kita bermain adikku? Aku rindu denganmu.’ ucap seorang gadis berambut panjang terurai dengan jepit pink di kepalanya. Namun, wajahnya tidak terlalu terlihat jelas. Samar-samar.
Ne eonni.’ ucapku lugu karena masih kecil. Aku melempar bola kearah gadis yang ku pastikan usianya lebih tua dariku. Gadis itu menangkapnya. Aku tertawa terbahak-bahak bersama gadis itu. Aku terlihat bahagia.
‘Ini.’ucap gadis itu memberikan sebuah gelang berwarna biru muda.
‘Apa ini eonni?’  tanyaku.
‘Gelang persaudaraan. Aku juga punya.’ ucap gadis itu.
‘Terimakasih, eonni. Aku sayang padamu.’ ucapku memeluknya.
Aku menjatuhkan tubuhku dikasur rumah sakit. Hyo Seok mengayun-ayunkan tanganku khawatir. Aku hanya diam dan bertanya pada diriku sendiri, ‘Ada apa ini? Aku kenapa? Ya Tuhan.’ ucapku dalam hati.

-REMEMBER-

Sudah 1 minggu setelah kejadian itu aku memutuskan untuk tidak bertemu teman-temanku. Aku mencari tau apa yang terjadi dengan diriku. Aku menenggelamkan diriku di air berkali-kali namun tidak menemukan apa-apa. Karena sudah jenuh, dan udara dingin aku memutuskan untuk menyelesaikan mandi ku dan segera bersiap ke kampus. Hari yang cerah.
Aku berangkat dengan terburu-buru. Ku nyalakan mobil. Ayah dan Ibu pergi seminggu yang lalu, dengan meninggalkan mobilnya dan uang untuk 1 bulan. Aku sudah biasa seperti ini. Sendirian di dalam rumah yang cukup luas itu. Adikku dititipkan pada Paman dan Bibi. Dan aku hanya ditemani oleh handphone beserta barang-barang yang lain.
Kumainkan lagu dari Infinite yang berjudul Before The Dawn di mobil seraya menggerakkan badanku, mengikuti irama lagunya, walau hanya sekedarnya saja. Lagu bagus dari anggota Boy Grup dengan wajah tampan.
Lampu merah. Aku haru berhenti. Aku melihat orang-orang sedang sibuk hilir mudik kesana kemari untuk pergi kerja maupun ke sekolah mereka. Aku hanya melihat seseorang di depan mobilku. Dia seorang pejalan kaki. Dia Baekhyun oppa. walau dia memakai jaket yang menutupi wajahnya kau tetap saja tau itu dia.
Aku berpura-pura tidak tau. Dan lampu hijau menyala. Aku menyalakan mobil lagi dan melanjutkan perjalanan ke kampus dengan sedikit lambat. Aku tidak mau menambah kecepatan mobilku hari ini. Walau aku tau aku hampir terlambat.
Ommo!” teriak seorang perempuan yang ada di halte. Aku hanya melihatnya dari kejauhan. Suaranya terdengar sampai mobilku. Padahal aku memutar music. Wanita itu berbicara dengan sangat emosi. Aku semakin dekat dengan halte itu dan suaranya kedengaran semakin jelas.
Tepat di halte bus, wanita itu melintas di mobilku, secara tiba-tiba. Dan kejadian itu, sontak membuatku mengerem mendadak. Kepalaku pun terbentur setir mobil dengan keras hingga darah mengalir dari pelipisku.
Namun, aku teringat akan sesuatu yang sangat penting. Ku tancap gas, lalu pergi menuju suatu tempat. Emosiku ku rasa sedang menguasai diriku. Aku bahkan menambah kecepatan mobilku dengan kecepatan maximum. Sampai di depan rumah seseorang, aku melihat seseorang sedang bersiap untuk pergi. Aku melihatnya dengan amarah yang sangat membara. Laki-laki yang ada di ingatanku. Dia adalah...










To Be Continued



ditunggu comment nya ya.. mian sedikit gaje bgt! hehehe.. dan follow twitter & facebook kita buat tau perkembangan fanfic kami. thanks!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^