Sabtu, 11 Januari 2014

Gone 3 (2-2) | Tears In Autumn (End.)



Tears In Autumn

A fanficton by : Aydipal

Editor : Zi_You

Chapter 1 | Now (End)



Title : Tears In Autumn| Main Cast :  Byun Baekhyun (EXO K), Kim Seo Ryu, Hyo Seok (Seo Ryu friend), Ja Neul, Jae Jun, Park Chun Myool| Duration : oneshoot| Genre : Romance, a little bit sad

*****

Note :


All of point of view in the story, is Kim Seo Ryu’s point of view

******
 Please Dont be Silent Reader! kami masih butuh komentar-komentar untuk membuat blog kami lebih baik. Mohon Bantuannya dan Terima Kasih :)
  



Preview Part 1

Namun, aku teringat akan sesuatu yang sangat penting. Ku tancap gas, lalu pergi menuju suatu tempat. Emosiku ku rasa sedang menguasai diriku. Aku bahkan menambah kecepatan mobilku dengan kecepatan maximum. Sampai di depan rumah seseorang, aku melihat seseorang sedang bersiap untuk pergi. Aku melihatnya dengan amarah yang sangat membara. Laki-laki yang ada di ingatanku. Dia adalah...
Kim Jong In

Part 2

Careless Careless Shoot Anonymous Anonymous
Suara ponselku berbunyi dengan sangat keras. Membuat Jong In oppa mengetahui keberadaanku. Aku melihat ponselku sekilas. Dari Baekhyun oppa. Aku menjawab panggilannya, ternyata ia ingin bertemu denganku sekarang di Sun Cafe dekat kampus. Karena Jong In oppa mendekat, aku langsung menancap gas ke tempat yang di maksud Baekhyun oppa.
Sesampainya disana dia kaget dengan luka di kepalaku dan langsung memberikan sapu tangannya. Aku melihat Baekyun oppa khawatir dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Aku hanya bisa diam dan masih berdiri menatap Baekhyun oppa dengan saksama.
“Seo Ryu-ah.” ucap Baekhyun oppa melihat mataku berkaca-kaca.
Oppa.” ucapku memeluk Baekhyun oppa. Memeluknya dan menangis di bahunya
“Aku mengingat semuanya, oppa.” bisikku di telingan Baekhyun oppa.
Mwo?” ucapnya melepaskan pelukanku.
“Aku mengingat semuanya. Ya, semuanya.” Ucapku, lagi. Dengan air mata yang masih saja membasahi kedua belah pipiku.
Baekhyun oppa sepertinya terkejut dan memelukku dengan erat. Pelukannya yang hangat membuatku nyaman. Baekhyun oppa menarik tanganku ke mobil dan membawaku ke suatu tempat. Dalam perjalanannya aku masih saja menangis.
Setelah sampai dipantai, Baekhyun oppa membukakan pintu untukku. Aku hanya diam saja. Berniat untuk tidak keluar. Namun, tangan Baekhyun oppa menarikku, memaksaku keluar. Dan dia memelukku.
“Kau bersedih karena yang kau ingat beberapa jam sebelum kau lupa ingatan?” tanyanya lembut. Aku diam. Aku terus saja menangis.
“Berhentilah menangis. Aku benci kau menangis. Aku benci kau harus mengingatnya! Kenapa kau mengingatnya? Wae?” ucapnya dengan nada yang semakin meninggi.

-FLASHBACK-
Aku membuka mataku berlahan. Aku melihat seorang pria melihatku dengan senyuman yang sangat manis. Dia mengecup keningku.
“Selamat pagi, chagi-ya.” ucap Jong In oppa lembut padaku.
“Pagi, oppa.” Ucapku, seraya duduk dan merapikan rambutku yang sedikit berantakan.
“Kau lebih cantik kalau baru bangun tidur.” puji Jong In oppa. Aku hanya tersenyum menanggapi pujiannya.
Karena takut dosenku yang mengajar hari ini memarahi ku karena terlambat, segera ku ambil handuk dan mandi. Jong In oppa hanya geleng-geleng kepala melihatku.
Setelah selesai mandi, ku pakai bajuku dan segera menghampiri Jong In oppa yang sedang menunggu di depan rumah.
Oppa, mian membuatmu menunggu lama. Ayo berangkat.” Ucapku. Lalu sedetik kemudian, aku masuk ke dalam mobilnya Jong In oppa. Lalu, kita menuju ke kampus yang hanya berjarak 1 setengah kilo meter saja dari rumahku. Selama perjalanan aku tak henti-hentinya hanya menebar senyum manisku. Sepertinya mood ku hari ini dalam keadaan baik. Aku memutar lagu milik Eunji A-Pink dan Yeoseop Beast dengan judul Love Day. Lagu yang bagus. Sesekali ku gerakkan badanku, mengikuti irama lagunya, walau hanya sekedarnya saja. Jong In oppa tersenyum melihat tingkahku.
Oppa, kau sungguh tampan hari ini.” kataku mendekatkan wajahku pada Jong In oppa.
“Haha. Setiap hari aku memang tampan, chagi.” ucapnya dengan sangat percaya diri menatapku.
Ne.” ucapku santai dan kembali ketempat dudukku yang semula.
Aku melihat ke arah depan. Aku melihat Hye Soo sedang berjalan dengan Su Ho oppa dengan mesra. Aku hanya mengerutkan alis dan melihat mereka berdua. Aku tidak menyangka, hubungan mereka melebihi teman. Tiba-tiba Jong In oppa berhenti.
Oppa, kenapa berhenti? Ada masalah dengan mesinnya?” tanyaku khawatir.
Andwe. Hari ini aku ingin menyita waktumu sebentar saja. Jebal. Hanya sekali ini saja! ya? Kita jalan-jalan! Hanya satu kali ini saja.” ucap Jong In oppa seraya manja padaku dengan memasang wajah imutnya. Ia pun menelangkupkan kedua tangannya, di depan wajahnya.
Mwo? Andwe! Oppa, kuliah itu sangatlah penting. Bayangkan! Orang tua kita telah menyekolahkan kita dengan biaya yang sangat mahal dan kita menyia-nyiakan sekolah kita? Kau kejam, oppa? Kau tidak tahu bagaimana cara mencari uang? Sangatlah berat! 1 won sangatlah berarti oppa!” ucapku panjang lebar.
Ne. Aku tahu. Tapi, aku sudah minta ijin kepada ayahmu. Lagi pula ayahmu mengizinkan!” jawabnya singkat.
“Aku tetap tidak mau, oppa! Ayolah, oppa!” ucapku memaksa.
“Baiklah, kalau begitu aku akan memakai cara yang mungkin akan sedikit memaksamu.” ucap Jong In oppa santai.
“Cara apa?” tanyaku bingung.
“Ini.” ucap Jong In oppa yang tiba mengecup bibirku dengan lembut. Aku kaget dan sempat ingin melepaskan ciumannya. Namun, dia menarikku kembali mendekat padanya. Hanya sebentar namun hangat. Kulihat dirinya tersenyum padaku.
“Kau mau?” ucapnya manja padaku dengan menyandarkan kepalanya dibahuku.
Mwo?” keluhku. Ku pikir ia tak akan membicarakan topik itu lagi. Namun ternyata aku salah. Dia masih saja membicarakan topik itu.
“Ayolah, chagi.” Ucapnya seraya mencubit pipiku.
“Eemm.. Oke. Hanya sekali ini saja.” ucapku membuang muka.
“Oh, akhirnya. Thank’s God!”ucapnya keluar dari mobil dan menarikku keluar.
Kami pun, jalan-jalan ke Myeondong. Membeli ini dan itu. Hari sudah hampir sore, Jong In oppa pun mengajakku pulang kerumah. Namun, sebelum Jong In oppa mengantarku pulang, kita pergi ke Sun Cafe, yang letaknya tak jauh dari kampusku. Kami memesan makanan kesukaan masing-masing dan minuman. Ku tatap mata Jong In oppa yang beberapa menit lalu berbinar, sekarang menjadi sedikit murung. Ku telusuri manik matanya, namun aku tak mendapat jawaban. Aku mengerutkan alisku.
5 menit kami dalam keheningan. Aku menatap keluar jendela Cafe, banyak kendaraan berlalu-lalang. Dalam sekilas mata aku melihat Ja Neul eonni. Kakak perempuanku yang sedang duduk sendirian di depan toko Ramyun. Aku melirik Jong In oppa, dia ternyata juga melihat Ja Neul eonni.
Oppa, aku mau pergi sebentar.” ucapku beranjak keluar dari Sun Cafe. Aku ingin menghampiri Ja Neul eonni. Namun, baru selangkah keluar dari Cafe ada yang seseorang yang menarikku menjauh dari Cafe. Aku bingung siapa orang ini.
“Seo Ryu-ah, ayo ikut aku. Pamanmu kritis!” ucap seorang laki-laki yang menarikku tanpa menoleh. Namun, tanpa ia menoleh pun, aku tahu ia adalah Baekhyun oppa. Aku pun menghentikan langkahku.
“Apa, kritis?” tanyaku pada Baekhyun oppa.
Ne. Kita harus secepat pergi ke rumah sakit!” ucap Baekhyun oppa yang langsung menarik tanganku kembali, seraya menuju mobilnya.
Dalam perjalanan ke rumah sakit aku menangis. Bagaimana bisa Paman kritis? Aku memang tau Paman terkena penyakit Leukimia. Tapi, apakah separah itu?                                                              

Kubuka handphoneku yang ada di sakuku. Lalu  ku tulis sebuah pesan pada Jong In oppa.
To : Jong In oppa
Oppa, aku pergi ke rumah sakit bersama Baekhyun oppa. Karena Paman sakit. Mianhae.’

Segera ku kirim pesan tersebut pada Jong In oppa. Namun, ia tak membalas pesanku. Sesaat aku hanya terdiam, ketika kami telah sampai di Rumah Sakit. Aku hanya memandangi gedung tersebut, sebelum akhirnya Baekhyun oppa menarikku untuk ke dalam gedung tersebut. Aku berlari bersama Baekhyun oppa menuju ke UGD. Sesampai disana aku melihat ibu menangis, juga ayah yang hanya berdiri di depan pintu kamar. Lalu, ku peluk ibu dengan sangat erat. Seketika air mataku bertambah deras. Aku bertanya untuk memperjelas apa yang terjadi, tapi ibu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ibu pun, akhirnya melepas pelan pelukanku.
“Pamanmu tadi pingsan dan masih belum ada hasil dari dokter apa yang terjadi, chagi.” ucap ibu menjelaskan apa yang terjadi, dengan derai air mata yang masih saja mengalir pada ke dua belah pipinya. Aku pun melepas tangan ibu dan duduk membelakanginya. Menutupi air mataku darinya.
‘Paman! Aku sayang, Paman. Paman yang selalu membuatku merasa lebih berarti dari pada Appa yang selalu meninggalkanku untuk bekerja! Paman, ku mohon, bukalah matamu.’ ucapku dalam hati. Baekhyun oppa yang melihatku berderai air mata, lalu mendekatiku. Ia pun memelukku erat.
Chagi, Ahjussi mu akan baik-baik saja. Tenanglah.” kata Baekhyun oppa menenangkanku. Seketika aku teringat pada Ja Neul eonni, yang sedang duduk di depan toko Ramyun.
Oppa, eonni sedang duduk di depan toko Ramyun, dekat Sun Cafe. Maukah kau mengantarku ke sana?” ucapku pada Baekhyun oppa dengan terbata-bata.
“Oh, ne. Aku tadi tidak melihatnya.” ucap Baekhyun oppa. Ia kemudian meminta izin pada ibuku untuk menjemput Ja Neul eonni. Baekhyun oppa memeluk bahuku dengan satu tangannya menuju pintu Rumah Sakit dan segera membawaku ke mobilnya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menempuh perjalanan ke toko Ramyun. Namun, seketika tubuhku mematung, ketika aku sampai di toko Ramyun tersebut.
Deg.
Aku terkejut melihat Jong In oppa memeluk Ja Neul oppa dengan erat. Aku berhenti menangis seketika dan memperhatikan mereka. Baekhyun oppa melihatku yang sedang melihat mereka dengan seksama.
Seketika hatiku sakit saat Jong In oppa memberikan kecupan dibibir eonni dengan lembut. Nafasku seolah tercekat melihat Jong In oppa memberikan kecupannya pada Ja Neul eonni. Di sini. Di hatiku, bahkan terasa sangat pedih. Aku pun keluar mobil dan menghampiri mereka dengan amarah yang membara.
“Kalian? Apa yang kalian lakukan?” tanyaku pada mereka yang masih berciuman. Aku melihat mereka bergantian dengan tatapan sinis. Tidak lama aku melihat mereka, Baekhyun oppa menghampiriku. Ia pun kini berada di sampingku.
“Apa yang kalian lakukan?” teriakku.
“Seo Ryu-ah.” ucap Jong In oppa . ku lihat ia berdiri, kemudian meraih tangan kananku.
“Jangan sentuh aku, oppa!” ucapku seraya mendekat ke Baekhyun oppa. Ku pandang Jong In oppa dengan tatapan sinisku. Lalu ku edarkan pandanganku pada Ja Neul eonni yang masih duduk di tempatnya.
Eonni?” ucapku lirih.
“Ya benar! Aku memang memiliki hubungan dengan kekasihmu! Wae? Ada masalah, adikku?” ucap Ja Neul eonni yang ku lihat berdiri, juga dengan tatapan sinisnya. Seketika  aku tak dapat menopang berat badanku, dan hampir saja aku terjatuh, jika saja Baekhyun oppa tak memegangku dari belakang.
Mwo? Sejak kapan kalian?” ucapku dengan nada yang lemah dan mataku mulai berkaca-kaca lagi.
“6 bulan setelah kau berpacaran dengan Jong In!” ucap eonni, dengan nada seperti mengejekku. Aku terkejut. Aku berpikir, aku menjalin hubungan dengan Jong In oppa sudah 2 tahun. Berarti dia diam-diam selingkuh dengan Jong In oppa selama 1 tahun setengah. Kemarahanku berganti dengan kesedihan. Aku tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Ku tatap Jong In oppa dan Ja Neul eonni bergantian, dengan tatapan kecewaku. Kubalikkan badanku menghadap Baekhyun oppa yang tepat dibelakangku.
Air mataku menetes di hadapan Baekhyun oppa. Ia nampak terkejut,  lalu sedetik kemudian, ia menghapus air mataku. Ia menyuruhku pergi ke mobil, sementara ia  masih mengingin waktu untuk berbicara dengan Jong In oppa dan Ja Neul eonni. Aku hanya diam dan terpaksa pergi ke mobil. Ku perlambat langkah kakiku. Otakku masih saja memikirkan kejadian beberapa menit lalu. Sesampai di mobil, aku melihat Baekhyun oppa berbicara pada sesuatu dengan Jong In oppa dengan berapi-api. Sedangkan dengan Ja Neul eonni, ku lihat ia hanya berbicara singkat dan tak lama kemudian Baekhyun oppa pergi menuju ke arahku.
“Kau berbicara apa pada mereka, oppa?” tanyaku sesampainya Baekhyun oppa dimobil.
“Bukan apa-apa. Mari, kita kembali ke rumah sakit.” ucapnya dengan nada datar dan menatap ke arah depan. Aku hanya merundukkan kepalaku. Aku menahan air mataku. Aku tidak mau menangis kembali di depan Baekhyun oppa karena laki-laki lain. Dia pasti akan marah.
Aku menghela nafas panjang. Sekarang, aku sangat membenci Jong In oppa, juga Ja Neul eonni. Hati hancur berkeping-keping. Orang yang paling ku percaya ternyata mengkhianatiku. Kejam. Dunia memang kejam padaku.
‘Sekarang aku hanya memiliki Baekhyun oppa. Baekhyun oppa yang selalu menemaniku disaat suka maupun duka. Disaat aku mulai jenuh akan sesuatu dia pasti akan selalu membuatku tak jenuh lagi. Dia mengenalkan hal-hal baru padaku. Dia.. Lebih berharga dari Jong In oppa.’ ucapku dalam hati menatap Baekhyun oppa sayu.
“Sudah sampai.” Ucapnya seraya menatapku dengan tatapan datar. Mata kita saling bertatapan. Aku merasakan aura marah dan sedih dalam tatapan Baekhyun oppa.
Ne.” ucapku memalingkan wajah dan keluar dari mobil Baekhyun oppa. Aku terkejut merasakan sebuah tangan melingkar di pergelangan tangan kananku. Seperti mencegahku untuk tidak pergi terlebih dahulu. Dia Baekhyun oppa. Ia seperti menginginkan waktuku untuk berbicara, sebelum kami masuk ke Rumah Sakit.
Jebal.” ucap Baekhyun oppa lirih.
Mwo?” ucapku menoleh.
Jebal. Lupakan Jong In! Ia hanya akan menyakitimu. Pergilah bersamaku. Aku akan memegang tanganmu, saat kau terluka.” ucapnya melihatku lekat-lekat. Ia mencoba menerka apa yang akan aku katakan. Aku diam seribu kata.
“Boleh kita bicarakan ini lain kali, oppa? Aku, tidak tau harus berkata apa. Hatiku sangat pedih hari ini.” Ucapku seraya memegang tangan Baekhyun oppa yang masih memegang pergelangan tangan kananku.
Mianhae. Aku tadi hanya terbawa perasaan.” Ucap Baekhyun oppa, seraya melepas pergelangan tangan kananku. Ia pun berjalan mendahuluiku masuk ke dalam Rumah Sakit. Aku melihatnya sejenak dan merasa kalau aku melukai hati Baekhyun oppa.
Pandanganku menerawang jauh ke depan sana. Aku melihat ibu menangis tersedu-sedu, sedangkan seorang dokter berada di dalam sana. Seketika langkahku terhenti. Aku takut mendengar hal-hal yang tidak ingin kudengar. Tidak ingin mendengar kalau paman meninggal. Ku mohon.
“Hei, kau tidak ingin kesana?” ucap Baekhyun oppa memegang salah satu bahuku dengan tangannya. Terdengar jelas suaranya yang mengalun dengan lembut. Aku tidak menjawab dan tetap merundukkan kepala. Karena tak mendapat jawaban dariku, Baekhyun oppa memeluk kedua bahuku dengan salah satungannya. Ia lalu membawaku ke depan kamar UGD.
Ahjumma, ada apa?” tanya Baekhyun oppa.
“Dia... dia... Harus segera dioperasi Transplantasi Sum-sum tulang belakang! Itu adalah salah satu metode penyembuhan Leukimianya. Dan... operasi itu dapat dilakukan dengan sum-sum tulang belakangnya yang masih berfungsi. Tapi masalahnya...” ucap ibu berhenti sejenak. Aku mendongkakkan wajah karena khawatir.
Mwo?” ucapku dengan nada sedatar mungkin.
“Sum-sum tulang belakangnya sudah tidak begitu bagus lagi, dan harus ada yang menyumbangkannya. Dan untuk mendapatkan pendonornya itu sangat sulit.” ucap ibu seraya memeluk ayah.
Dadaku seolah tersayat oleh sebilah pisau yang tajam. Terpotong-potong menjadi berbagai bagian. Aku memeluk Baekyun oppa dan menangis.
“Sudah. Jangan menangis lagi, chagi.” ucap Baekhyun oppa seraya menyentuh rambutku pelan.
1 jam telah berlalu. Ayah, ibu, bibi, Baekhyun oppa, aku, Ja Neul eonni dan Jong In oppa berada didepan kamar UGD. Setengah jam yang lalu keadaan paman kembali kritis.
Sekarang Ayah, ibu, dan bibi,berdiri di depan pintu kamar. Ja Neul eonni dan Jong In oppa duduk sedikit menjauh dari kamar kami. Sedang aku dan Baekhyun oppa duduk di dekat pintu kamar.
Baekhyun oppa duduk sangat dekat denganku dan sedari tadi menyodorkan tissu untukku. Sesekali dia akan memegang tanganku dan berkata
“Jangan menangis. Sudahlah.” Ucapnya. Walau ucapannya terdengar menenangkanku, namun itu tak mengubah suasana hatiku membaik.
Kutatap mata Baekhyun oppa sekarang. Gerakanku yang tiba-tiba membuatnya sedikit kaget. Mataku yang sembab dan tatapan yang kosong membuat Baekhyun oppa memasang muka khawatir. Ku tatap wajah Baekhyun oppa secara detail. Aku takut Baekhyun oppa akan meninggalkanku sekarang. Dengan pelan Baekhyun oppa mendekat dan mengecup keningku.
“Jangan menangis lagi, semua pasti ada jalan keluarnya. Kau tidak boleh seperti ini.” ucapnya pelan padaku. Aku diam. Memikirkan ucapan Baekhyun oppa bahwa semua pasti ada jalan keluarnya. Terdengar sebuah keyakinan dalam ucapannya.
            Tidak lama, dokter pun keluar dan berkata keadaan paman sudah tidak kritis lagi, dan keadaanya kini stabil. Tubuh dokter yang berjalan dengan tergesa-gesa itu sudah tidak terlihat. Beberapa menit, setelah kepergian dokter itu, semua yang berada di luar ruangan kini, mulai memasuki ruangan tersebut, kecuali aku dan Baekhyun oppa. Aku tidak sanggup melihat paman yang terbaring tidak berdaya di kasur rumah sakit.
Aku teringat sesuatu yang dikatakan ibu tadi. Aku pun berlari menuju ruangan dokter, meninggalkan Baekhyun oppa yang bingung melihatku kepergianku secara tiba-tiba.
“Dokter. Adakah seseorang yang mau mendonorkan sum-sum tulang belakangnya untuk Ahjussi?” ucapku dengan nafas yang masih memburu. Tanpa di persilahkan duduk oleh dokter pun, aku kini duduk berhadapan dengan dokter tersebut.
“Kau keluarga dari pasien tadi?” tanya dokter yang duduk di hadapanku ini.  
Ne.” ucapku singkat.
“Belum ada pendonor. Pendonornya sangat langka beberapa tahun ini. Lagi pula, belum tentu cocok kalau ada. Jadi sangat sulit.” ucap dokter tersebut, dengan nada menyesal di dalamnya.
“Geurom” ucapanku berhenti. “Bagaimana kalau aku saja?” ucapanku membuat dokter kaget.
Mwo? Kau yakin?     Kau masih muda” ucap dokter menjatuhkan punggungnya dikursi yang ia duduki.
“Demi pamanku.” ucapku pelan.
“Kau tau apa resikonya?” tanya dokter itu menarik kursinya mendekat ke meja. Ia lalu meletakkan tangannya di meja.
“Katakan.” Ucapku seolah mendesaknya.
“Kau bisa terkena Amnesia Parsial. Kau tidak akan mampu mengingat beberapa orang dalam jangka waktu 3 bulan bahkan selamanya. Tentang orang yang kau lupakan itu, kau tidak akan mengingat kejadian apapun yang menyangkut orang tersebut. Jadi, kau yakin akan melakukannya?” ucap dokter berusaha meyakinkanku.
“Saya yakin.” ucapku tegas.
“Baiklah. Kau harus mengurus surat donormu dan melakukan pemeriksaan. Jika sum-sum tulang belakangmu tidak cocok, berarti kau tidak akan melakukan operasi. Jangan kau sia-siakan hidupmu, nak. Kau masih sangat muda. Masa depanmu masih panjang. Sedangkan pamanmu, dia pasti akan merasa bersalah telah mengambil sum-sum belakangmu.” ucap dokter.
“Tidak akan. Bukankah rumah sakit ini melindungi identitas pendonor?” ucapku datar.
“Baiklah jika itu keputusanmu. Ini. Orang tuamu harus tau itu. Tanda tangan di bawah sendiri.” ucap dokter tersebut, seraya menyerahkan secarik kertas.
“Baik. Gamsahamida.” ucapku berdiri dan pergi dari tempatku.
Ku pegang kertas itu dan berjalan menuju kamar paman. Aku melihat Baekhyun oppa masih di tempatnya. Dia memandangku dan melihatku membawa sebuah kertas. Tanpa memperdulikannya aku masuk ke kamar dan menghampiri ibu dan ayah. Aku pun menyuruh mereka untuk keluar sebentar.
Aku menjelaskan secara detail apa yang baru saja ku bicarakan dengan dokter, tadi. Dan kau tahu apa yang orang tuaku katakan? Mereka tak mengijinkanku melakukan hal tersebut. Mereka juga berkata seperti dokter apa yang dokter katakan. Masa depanku masih panjang dan masih banyak lagi. Untuk apa masa depanku panjang tanpa paman? Aku terus mendesaknya hingga ibu pun menangis. Baekhyun oppa menghampiriku dan berusaha mengambil kertas itu. Namun, aku menahannya. Aku harus mempertahankan keputusanku.
Akhirnya aku berlutut dihadapan kedua orang tuaku. Berharap mereka mau mendatanganinya. Hanya sebentar, hingga ayah memegang kedua bahuku dan membantuku berdiri. Kau tahu apa yang ia katakan? Ayah bersedia mendatanginya. Keputusan itu membuat ibu kaget dan memarahi ayah. Tanpa banyak bicara ayah pun mengambil bolpoin disaku bajunya dan mendatanganinya.
Raut wajahku kembali berseri. Setelah selesai dengan secarik kertas tersebut, aku berlari ke ruangan dokter dan menyerahkan secarik kertas tersebut. Dokter mengatakan bahwa hari ini pun bisa dilakukan pemeriksaan.
1 hari telah berlalu dan hasil pemeriksaan donorku sesuai dengan apa yang kupikirkan. Hasilnya cocok. Aku dapat melakukan pendonoran besok.
           
*****

            Aku berbaring dikasur yang didorong oleh dokter dan para perawat rumah sakit. Aku melihat Baekhyun oppa, ayah, dan ibu mendampingiku. Semuanya menangis. Karena tidak mau menangis aku menutup mataku.
‘Tuhan, jika kau menghapus ingatanku pada seseorang, tolong jangan Baekhyun oppa dan orang tuaku. Ku mohon Tuhan...’ucapku dalam hati.
Clink.
Sebuah lampu membuat mataku silau. Perlahan namun pasti mataku tertutup. Aku tidak dapat merasakan apa-apa dalam kegelapan. Bau menusuk itu, tak lagi merusuk rongga hidungku. Aku tidak sadarkan diri. Mungkin suntikan bius itu membuatku terlelap untuk beberapa jam. Sampai...
“Hemm?” ucapku membuka mata dan melihat sekelilingku. Ku lihat mereka di sana. Dan ku rasa aku tak berada dalam ruangan dengan lampu yang membuat mataku silau.
Appa, Omma, Baekhyun oppa, Ahjussi, Ahjumma, dan...”, aku berhenti sejenak. Mengamati sepasang manusia yang mungkin menurutku asing di memoriku, bahkan dalam penglihatanku. Sepertinya ini bukan pertemuan pertamaku dengan mereka.
“Siapa kalian?” tanyaku pada 2 orang yang sedang duduk di pojok kamarku. Ya, seorang gadis, dan seorang lainnya lelaki. Mereka seperti menatapku bingung.
“Maaf, bisa berbicara pada orang tua dari pasien?” ucap Dokter.
Ayah dan ibu pun mengikuti dokter. Aku bingung pada diriku sendiri. Aku merasa tidak asing pada kedua orang itu. Tapi mereka siapa?
-FLASHBACK END-

Aku menatap Baekhyun oppa dengan saksama.
“Aku.. Tidak mengerti, oppa. Mengapa aku bisa mengingatnya. Sungguh. Mungkin karena aku beberapa hari ini bertemu dengan Jong In dan
“Lupakan dia! Jangan mencintainya lagi..” ucap Baekhyun oppa berusaha memaksukkan ku ke mobil lagi. Lembut.
Oppa~ lalu kenapa kau berhubungan dengan Ja Neul eonni?” tanyaku penasaran.
“Dia? Dia memohon padaku untuk berpura-pura menjadi pacarku agar dia bisa melihat wajahmu. Kau ingat laki-laki yang bersama Ja Neul saat di Myeongdong? Itu adalah pacarnya yang sesungguhnya.” jelasnya
“Heemm... araseo.”
Setelah itu, aku dipaksa duduk dan dibawanya ke suatu tempat. ‘Rumahku?’ ucapku dalam hati. Baekhyun oppa menarikku masuk ke dalam rumah. Aku terkejut karena ayah dan ibu sudah berada di ruang tamu.
Appa? Bukankah kalian seharusnya berada di Amerika?” tanyaku bingung.
“Acaranya diundur bulan depan. Jadi, ayah bisa melihatmu diacara wisuda nanti.” ucapnya tersenyum dan menghampiriku.
“Aku menyayangimu, nak.” ucap ayah memelukku. Aku tersenyum dan membalas peluk Appa.
“Maaf. Ahjussi.” ucap Baekhyun oppa tiba-tiba, membuatku melepas pelukan ayah. Aku lupa kalau aku pergi ke sini dengan Baekhyun oppa.
“Em.. Ya Baekhyun ada apa?” ucap ayah
“Bisa bicara sebentar.” ucap Baekhyun oppa dan mendapat sambutan yang baik oleh ayahku. Baekhyun oppa berbicara panjang lebar yang membuatku kadang terkejut, kadang sedih, kadang juga senang. Dan pada akhir ucapannya membuat aku terkejut.
“...Berikan Seo Ryu padaku Appanim. Aku akan menjaganya dengan raga-ku. Aku tidak mau jika Seo Ryu bersama Jong In. Aku tidak rela, terlebih dengan kejadian di masa lalu. Aku tidak suka dia menyakita Seo Ryu, lagi. Jadi, mohon berikan aku kesempatan.” ucap Baekhyun oppa seraya berlutut.
Mwo? Ada apa kau ini Baekhyun?” ucap ibu dengan raut wajahnya yang terlihat bingung dengan arah pembicaraan Baekhyun oppa.
“Dia sudah ingat semuanya, Eommanim.” ucap Baekhyun pelan.
Mwo? Kau ingat semuanya, nak? Sejak kapan?” ucap ibu, dengan raut wajah  terkejut.
“Baru sekitar 1 jam yang lalu, Eomma.” ucapku seraya menyunggingkan senyum manisku.
“Jadi, maukah Appanim juga Eommanim  memberikan aku kesempatan?” ucap Baekhyun oppa lagi.
“Seo Ryu telah dijodohkan dengan Jong In sebelum Seo Ryu mendonorkan sum-sum tulang belakangnya dan lupa ingatan, Appa berhubungan sangat baik dengan keluarganya. Dan Appa yakin kalau Jong In pasti sudah berubah. Jadi
“Kenapa Jong In oppa tidak Appa jodohkan dengan Ja Neul eonni?” ucapku
“Dan.. Kenapa dia melihatku secara sembunyi-sembunyi dan menyuruh Baekhyun oppa untuk menjadi pacarnya, jika hanya ingin melihatku?” ucapku dengan nada sedikit ku naikkan volumenya, karena aku melihat ada seseorang yang mengintip di kamar atas.
“Dia
“Kau mengingat semuanya?” teriak seorang gadis dari lantai dua rumah kami.
“Yah, sayang sekali.” Ucap gadis itu lagi. Ku lihat ia menuruni tangga menuju lantai dimana kami berkumpul.
“Ya! Memang tidak seru Ja Neul eonni!” teriakku kembali.
“Bagaimana hubunganmu dengan Jong In oppa? Bagaimana bisa kau menyerahkan Jong In oppa kepadaku, setelah dahulu kau merebutnya dariku. Dan berhubungan dengannya di belakangku selama satu tahun setengah?” ucapku.
“Kau mengingat hari itu juga rupanya. Tapi, kenapa kaubicara seperti itu? Bukankah kau mencintai Jong In, walaupun kau telah melupakan Jong In? Apakah rasa itu telah hilang?” ucap Ja Neul eonni mendekat.
“Emm.. Sepertinya tidak. Aku memang salah mencintai seseorang. Kau telah mengenal Jong In oppa semenjak SMP bukan, eonni? Jadi, siapa tahu aku hanya pelampiasan Jong In oppa, yang ternyata dia menyukaimu? Lagi pula, aku menyukai  seseorang sekarang.” Ucapku seraya melihat Ja Neul eonni yang sekarang berada disampingku.
Mwo? Nuguya?” tanyanya dengan penasaran.
“Dia.” tunjukku pada Baekhyun oppa yang sedari tadi masih berlutut.
Mwo?” ucap Ja Neul eonni terkejut.
“Bukankah kau, si suara merdu itu?” ucap Ja Neul eonni bingung.
Mwo? Jadi kau menyukaiku?” ucap Baekhyun oppa lantas duduk di sampingku, dengan jarak yang sangat dekat denganku.
Ne. Tapi, aku bergantung restu dari Appa dan Eomma, apakah mereka mau menerimamu atau tidak!” ucapku sinis.
“Kau menyukai Baekhyun, Seo Ryu-ah?” tanya ibu padaku.
Ne.” Jawabku singkat.
“Sejak kapan?” tanya ayah.
“Sepertinya.. Sudah lama” jawabku singkat.
Mwo?” kata Baekhyun oppa kaget.
“Jadi, seperti itu? Baiklah. Kau Baekhyun! Sudah berapa lama kau menyukai anakku, hah? Apa kau yakin bisa menjaganya lebih dari Jong In?” tanya ayah, lagi.
“Pasti. Jadi, saya mohon terima saya sebagai mantu anda...” ucap Baekhyun oppa berlutut, lagi.
“Mantu? Bukankah ini terlalu cepat?” ucapku bingung.
“Bagaimana ini? Emm.. Baiklah.” Ucap yang nampak berpikir, sebelum akhirnya mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia pun lantas tersenyum.
“Apakah itu berarti kau memperbolehkanku dengannya?”ucap Baekhyun oppa raut muka bahagia, juga binar matanya yang terlihat jelas dalam manik mataku.
“Menurutmu?” balik tanya ibu.
“Yee~ Seo Ryu-ah! Saranghae!”  ucapnya memelukku bahagia.
“Haha.. ne oppa.” jawabku tersenyum

******
            At Seoul University, 08.00 AM.

            Chukkae, Chagi.” ucap Baekhyun oppa mengecup keningku dan bangga melihatku memakai toga ini.
            Gomawo, chagi.” ucapku dan melihat keluargaku dan keluarga Jong In oppa melambai-lambaikan tangannya.
            Aku dan Baekhyun oppa pun segera menghampiri mereka. Tidak disangka keluargaku, keluarga Jong In oppa, dan Baekhyun oppa akan bersama-sama pergi ke Hawaii untuk melakukan liburan. Oh, betapa bahagianya diriku.
            Dan beginilah akhir ceritanya. Aku bersama Baekhyun oppa dan Ja Neul eonni bersama Jong In oppa. Meski begitu aku sedang memperbaiki hubunganku dengan mereka dan kami akan menikah bersamaan pada akhir tahun ini. Dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi keluarga yang bahagia suatu saat nanti.







-THE END-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^