Tears In Autumn
A fanficton by : Aydipal
Title : Tears In Autumn| Main Cast
: Byun Baekhyun (EXO K), Kim Seo
Ryu,
Hyo Seok (Seo Ryu friend), Ja Neul, Jae Jun, Park
Chun Myool| Duration
: oneshoot| Genre : Romance, a
little bit sad
*****
Note :
All of point of
view in the story, is Kim Seo Ryu’s point of view
******
Please Dont be Silent Reader! kami masih butuh komentar-komentar untuk membuat blog kami lebih baik. Mohon Bantuannya dan Terima Kasih :)
Preview Part 1
Namun, aku teringat akan sesuatu yang sangat
penting. Ku tancap gas, lalu pergi menuju suatu tempat. Emosiku ku rasa sedang
menguasai diriku. Aku bahkan menambah kecepatan mobilku dengan kecepatan
maximum. Sampai di depan rumah seseorang, aku melihat seseorang sedang bersiap
untuk pergi. Aku melihatnya dengan amarah yang sangat membara. Laki-laki yang
ada di ingatanku. Dia adalah...
Kim Jong In
Part 2
Careless Careless Shoot Anonymous Anonymous
Suara ponselku berbunyi dengan sangat
keras. Membuat Jong In oppa mengetahui keberadaanku. Aku melihat ponselku
sekilas. Dari Baekhyun oppa. Aku menjawab panggilannya, ternyata ia ingin
bertemu denganku sekarang di Sun Cafe dekat kampus. Karena Jong In oppa
mendekat, aku langsung menancap gas ke tempat yang di maksud Baekhyun oppa.
Sesampainya disana dia kaget dengan
luka di kepalaku dan langsung memberikan sapu tangannya. Aku melihat Baekyun
oppa khawatir dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Aku hanya bisa diam dan
masih berdiri menatap Baekhyun oppa dengan saksama.
“Seo Ryu-ah.” ucap Baekhyun oppa
melihat mataku berkaca-kaca.
“Oppa.”
ucapku memeluk Baekhyun oppa. Memeluknya dan menangis di bahunya
“Aku mengingat semuanya, oppa.” bisikku di telingan Baekhyun oppa.
“Mwo?”
ucapnya melepaskan pelukanku.
“Aku mengingat semuanya. Ya,
semuanya.” Ucapku, lagi. Dengan air mata yang masih saja membasahi kedua belah
pipiku.
Baekhyun oppa sepertinya terkejut dan
memelukku dengan erat. Pelukannya yang hangat membuatku nyaman. Baekhyun oppa
menarik tanganku ke mobil dan membawaku ke suatu tempat. Dalam perjalanannya
aku masih saja menangis.
Setelah sampai dipantai, Baekhyun oppa
membukakan pintu untukku. Aku hanya diam saja. Berniat untuk tidak keluar.
Namun, tangan Baekhyun oppa menarikku, memaksaku keluar. Dan dia memelukku.
“Kau bersedih karena yang kau ingat
beberapa jam sebelum kau lupa ingatan?” tanyanya lembut. Aku diam. Aku terus
saja menangis.
“Berhentilah menangis. Aku benci kau
menangis. Aku benci kau harus mengingatnya! Kenapa kau mengingatnya? Wae?” ucapnya dengan nada yang semakin meninggi.
-FLASHBACK-
Aku membuka mataku berlahan. Aku
melihat seorang pria melihatku dengan senyuman yang sangat manis. Dia mengecup
keningku.
“Selamat pagi, chagi-ya.” ucap Jong In oppa lembut padaku.
“Pagi, oppa.” Ucapku, seraya duduk dan merapikan rambutku yang sedikit
berantakan.
“Kau lebih cantik kalau baru bangun
tidur.” puji Jong In oppa. Aku hanya tersenyum menanggapi pujiannya.
Karena takut dosenku yang mengajar
hari ini memarahi ku karena terlambat, segera ku ambil handuk dan mandi. Jong
In oppa hanya geleng-geleng kepala melihatku.
Setelah selesai mandi, ku pakai bajuku
dan segera menghampiri Jong In oppa yang sedang menunggu di depan rumah.
“Oppa,
mian membuatmu menunggu lama. Ayo
berangkat.” Ucapku. Lalu sedetik kemudian, aku masuk ke dalam mobilnya Jong In
oppa. Lalu, kita menuju ke kampus yang hanya berjarak 1 setengah kilo meter
saja dari rumahku. Selama perjalanan aku tak henti-hentinya hanya menebar
senyum manisku. Sepertinya mood ku
hari ini dalam keadaan baik. Aku memutar lagu milik Eunji A-Pink dan Yeoseop
Beast dengan judul Love Day. Lagu yang bagus. Sesekali ku gerakkan badanku,
mengikuti irama lagunya, walau hanya sekedarnya saja. Jong In oppa tersenyum
melihat tingkahku.
“Oppa,
kau sungguh tampan hari ini.” kataku mendekatkan wajahku pada Jong In oppa.
“Haha. Setiap hari aku memang tampan, chagi.” ucapnya dengan sangat percaya
diri menatapku.
“Ne.”
ucapku santai dan kembali ketempat dudukku yang semula.
Aku melihat ke arah depan. Aku melihat
Hye Soo sedang berjalan dengan Su Ho oppa dengan mesra. Aku hanya mengerutkan
alis dan melihat mereka berdua. Aku tidak menyangka, hubungan mereka melebihi
teman. Tiba-tiba Jong In oppa berhenti.
“Oppa,
kenapa berhenti? Ada masalah dengan mesinnya?” tanyaku khawatir.
“Andwe.
Hari ini aku ingin menyita waktumu sebentar saja. Jebal. Hanya sekali ini saja! ya? Kita jalan-jalan! Hanya satu kali
ini saja.” ucap Jong In oppa seraya manja padaku dengan memasang wajah imutnya.
Ia pun menelangkupkan kedua tangannya, di depan wajahnya.
“Mwo?
Andwe! Oppa, kuliah itu sangatlah penting. Bayangkan! Orang tua kita telah
menyekolahkan kita dengan biaya yang sangat mahal dan kita menyia-nyiakan
sekolah kita? Kau kejam, oppa? Kau
tidak tahu bagaimana cara mencari uang? Sangatlah berat! 1 won sangatlah
berarti oppa!” ucapku panjang lebar.
“Ne.
Aku tahu. Tapi, aku sudah minta ijin kepada ayahmu. Lagi pula ayahmu mengizinkan!”
jawabnya singkat.
“Aku tetap tidak mau, oppa! Ayolah, oppa!” ucapku memaksa.
“Baiklah, kalau begitu aku akan memakai
cara yang mungkin akan sedikit memaksamu.” ucap Jong In oppa santai.
“Cara apa?” tanyaku bingung.
“Ini.” ucap Jong In oppa yang tiba
mengecup bibirku dengan lembut. Aku kaget dan sempat ingin melepaskan
ciumannya. Namun, dia menarikku kembali mendekat padanya. Hanya sebentar namun
hangat. Kulihat dirinya tersenyum padaku.
“Kau mau?” ucapnya manja padaku dengan
menyandarkan kepalanya dibahuku.
“Mwo?”
keluhku. Ku pikir ia tak akan membicarakan topik itu lagi. Namun ternyata aku
salah. Dia masih saja membicarakan topik itu.
“Ayolah, chagi.” Ucapnya seraya mencubit pipiku.
“Eemm.. Oke. Hanya sekali ini saja.”
ucapku membuang muka.
“Oh, akhirnya. Thank’s God!”ucapnya keluar dari mobil dan menarikku keluar.
Kami pun, jalan-jalan ke Myeondong. Membeli
ini dan itu. Hari sudah hampir sore, Jong In oppa pun mengajakku pulang
kerumah. Namun, sebelum Jong In oppa mengantarku pulang, kita pergi ke Sun
Cafe, yang letaknya tak jauh dari kampusku. Kami memesan makanan kesukaan
masing-masing dan minuman. Ku tatap mata Jong In oppa yang beberapa menit lalu
berbinar, sekarang menjadi sedikit murung. Ku telusuri manik matanya, namun aku
tak mendapat jawaban. Aku mengerutkan alisku.
5 menit kami dalam keheningan. Aku
menatap keluar jendela Cafe, banyak kendaraan berlalu-lalang. Dalam sekilas
mata aku melihat Ja Neul eonni. Kakak perempuanku yang sedang duduk sendirian
di depan toko Ramyun. Aku melirik Jong In oppa, dia ternyata juga melihat Ja
Neul eonni.
“Oppa,
aku mau pergi sebentar.” ucapku beranjak keluar dari Sun Cafe. Aku ingin
menghampiri Ja Neul eonni. Namun, baru selangkah keluar dari Cafe ada yang seseorang
yang menarikku menjauh dari Cafe. Aku bingung siapa orang ini.
“Seo Ryu-ah, ayo ikut aku. Pamanmu
kritis!” ucap seorang laki-laki yang menarikku tanpa menoleh. Namun, tanpa ia
menoleh pun, aku tahu ia adalah Baekhyun oppa. Aku pun menghentikan langkahku.
“Apa, kritis?” tanyaku pada Baekhyun
oppa.
“Ne.
Kita harus secepat pergi ke rumah sakit!” ucap Baekhyun oppa yang langsung
menarik tanganku kembali, seraya menuju mobilnya.
Dalam perjalanan ke rumah sakit aku
menangis. Bagaimana bisa Paman kritis? Aku memang tau Paman terkena penyakit
Leukimia. Tapi, apakah separah itu?
Kubuka handphoneku yang ada di sakuku. Lalu ku tulis sebuah pesan pada Jong In oppa.
Kubuka handphoneku yang ada di sakuku. Lalu ku tulis sebuah pesan pada Jong In oppa.
To : Jong In oppa
‘Oppa, aku pergi ke rumah sakit bersama Baekhyun oppa. Karena Paman sakit. Mianhae.’
Segera ku kirim pesan
tersebut pada Jong In oppa. Namun, ia tak membalas pesanku. Sesaat aku hanya
terdiam, ketika kami telah sampai di Rumah Sakit. Aku hanya memandangi gedung
tersebut, sebelum akhirnya Baekhyun oppa menarikku untuk ke dalam gedung
tersebut. Aku berlari bersama Baekhyun oppa menuju ke UGD. Sesampai disana aku
melihat ibu menangis, juga ayah yang hanya berdiri di depan pintu kamar. Lalu, ku
peluk ibu dengan sangat erat. Seketika air mataku bertambah deras. Aku bertanya
untuk memperjelas apa yang terjadi, tapi ibu tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ibu pun, akhirnya melepas pelan pelukanku.
“Pamanmu tadi pingsan
dan masih belum ada hasil dari dokter apa yang terjadi, chagi.” ucap ibu menjelaskan apa yang terjadi, dengan derai air
mata yang masih saja mengalir pada ke dua belah pipinya. Aku pun melepas tangan
ibu dan duduk membelakanginya. Menutupi air mataku darinya.
‘Paman! Aku sayang, Paman. Paman yang selalu
membuatku merasa lebih berarti dari pada Appa yang selalu meninggalkanku untuk
bekerja! Paman, ku mohon, bukalah matamu.’ ucapku dalam hati. Baekhyun oppa
yang melihatku berderai air mata, lalu mendekatiku. Ia pun memelukku erat.
“Chagi, Ahjussi mu akan
baik-baik saja. Tenanglah.” kata Baekhyun oppa menenangkanku. Seketika aku teringat
pada Ja Neul eonni, yang sedang duduk di depan toko Ramyun.
“Oppa, eonni sedang duduk
di depan toko Ramyun, dekat Sun Cafe. Maukah kau mengantarku ke sana?” ucapku
pada Baekhyun oppa dengan terbata-bata.
“Oh, ne. Aku tadi tidak melihatnya.” ucap
Baekhyun oppa. Ia kemudian meminta izin pada ibuku untuk menjemput Ja Neul
eonni. Baekhyun oppa memeluk bahuku dengan satu tangannya menuju pintu Rumah
Sakit dan segera membawaku ke mobilnya.
Tidak membutuhkan
waktu lama untuk menempuh perjalanan ke toko Ramyun. Namun, seketika tubuhku mematung,
ketika aku sampai di toko Ramyun tersebut.
Deg.
Aku terkejut melihat
Jong In oppa memeluk Ja Neul oppa dengan erat. Aku berhenti menangis seketika
dan memperhatikan mereka. Baekhyun oppa melihatku yang sedang melihat mereka
dengan seksama.
Seketika hatiku sakit
saat Jong In oppa memberikan kecupan dibibir eonni dengan lembut. Nafasku
seolah tercekat melihat Jong In oppa memberikan kecupannya pada Ja Neul eonni.
Di sini. Di hatiku, bahkan terasa sangat pedih. Aku pun keluar mobil dan menghampiri
mereka dengan amarah yang membara.
“Kalian? Apa yang
kalian lakukan?” tanyaku pada mereka yang masih berciuman. Aku melihat mereka
bergantian dengan tatapan sinis. Tidak lama aku melihat mereka, Baekhyun oppa
menghampiriku. Ia pun kini berada di sampingku.
“Apa yang kalian
lakukan?” teriakku.
“Seo Ryu-ah.” ucap
Jong In oppa . ku lihat ia berdiri, kemudian meraih tangan kananku.
“Jangan sentuh aku, oppa!” ucapku seraya mendekat ke
Baekhyun oppa. Ku pandang Jong In oppa dengan tatapan sinisku. Lalu ku edarkan pandanganku
pada Ja Neul eonni yang masih duduk di tempatnya.
“Eonni?” ucapku lirih.
“Ya benar! Aku memang
memiliki hubungan dengan kekasihmu! Wae?
Ada masalah, adikku?” ucap Ja Neul eonni yang ku lihat berdiri, juga dengan
tatapan sinisnya. Seketika aku tak dapat
menopang berat badanku, dan hampir saja aku terjatuh, jika saja Baekhyun oppa
tak memegangku dari belakang.
“Mwo? Sejak kapan kalian—?” ucapku dengan nada yang lemah dan mataku mulai
berkaca-kaca lagi.
“6 bulan setelah kau
berpacaran dengan Jong In!” ucap eonni, dengan nada seperti mengejekku. Aku
terkejut. Aku berpikir, aku menjalin hubungan dengan Jong In oppa sudah 2
tahun. Berarti dia diam-diam selingkuh dengan Jong In oppa selama 1 tahun
setengah. Kemarahanku berganti dengan kesedihan. Aku tidak bisa berbicara
apa-apa lagi. Ku tatap Jong In oppa dan Ja Neul eonni bergantian, dengan
tatapan kecewaku. Kubalikkan badanku menghadap Baekhyun oppa yang tepat
dibelakangku.
Air mataku menetes di
hadapan Baekhyun oppa. Ia nampak terkejut,
lalu sedetik kemudian, ia menghapus air mataku. Ia menyuruhku pergi ke
mobil, sementara ia masih mengingin
waktu untuk berbicara dengan Jong In oppa dan Ja Neul eonni. Aku hanya diam dan
terpaksa pergi ke mobil. Ku perlambat langkah kakiku. Otakku masih saja
memikirkan kejadian beberapa menit lalu. Sesampai di mobil, aku melihat
Baekhyun oppa berbicara pada sesuatu dengan Jong In oppa dengan berapi-api.
Sedangkan dengan Ja Neul eonni, ku lihat ia hanya berbicara singkat dan tak
lama kemudian Baekhyun oppa pergi menuju ke arahku.
“Kau berbicara apa
pada mereka, oppa?” tanyaku
sesampainya Baekhyun oppa dimobil.
“Bukan apa-apa. Mari,
kita kembali ke rumah sakit.” ucapnya dengan nada datar dan menatap ke arah depan.
Aku hanya merundukkan kepalaku. Aku menahan air mataku. Aku tidak mau menangis
kembali di depan Baekhyun oppa karena laki-laki lain. Dia pasti akan marah.
Aku menghela nafas
panjang. Sekarang, aku sangat membenci Jong In oppa, juga Ja Neul eonni. Hati
hancur berkeping-keping. Orang yang paling ku percaya ternyata mengkhianatiku.
Kejam. Dunia memang kejam padaku.
‘Sekarang aku hanya memiliki Baekhyun oppa. Baekhyun
oppa yang selalu menemaniku disaat suka maupun duka. Disaat aku mulai jenuh
akan sesuatu dia pasti akan selalu membuatku tak jenuh lagi. Dia mengenalkan
hal-hal baru padaku. Dia.. Lebih berharga dari Jong In oppa.’ ucapku dalam hati menatap Baekhyun oppa sayu.
“Sudah sampai.”
Ucapnya seraya menatapku dengan tatapan datar. Mata kita saling bertatapan. Aku
merasakan aura marah dan sedih dalam tatapan Baekhyun oppa.
“Ne.” ucapku memalingkan wajah dan keluar dari mobil Baekhyun oppa.
Aku terkejut merasakan sebuah tangan melingkar di pergelangan tangan kananku. Seperti
mencegahku untuk tidak pergi terlebih dahulu. Dia Baekhyun oppa. Ia seperti
menginginkan waktuku untuk berbicara, sebelum kami masuk ke Rumah Sakit.
“Jebal.” ucap Baekhyun oppa lirih.
“Mwo?” ucapku menoleh.
“Jebal. Lupakan Jong In! Ia hanya akan menyakitimu. Pergilah
bersamaku. Aku akan memegang tanganmu, saat kau terluka.” ucapnya melihatku
lekat-lekat. Ia mencoba menerka apa yang akan aku katakan. Aku diam seribu
kata.
“Boleh kita bicarakan
ini lain kali, oppa? Aku, tidak tau
harus berkata apa. Hatiku sangat pedih hari ini.” Ucapku seraya memegang tangan
Baekhyun oppa yang masih memegang pergelangan tangan kananku.
“Mianhae. Aku tadi hanya terbawa perasaan.” Ucap Baekhyun oppa,
seraya melepas pergelangan tangan kananku. Ia pun berjalan mendahuluiku masuk
ke dalam Rumah Sakit. Aku melihatnya sejenak dan merasa kalau aku melukai hati
Baekhyun oppa.
Pandanganku
menerawang jauh ke depan sana. Aku melihat ibu menangis tersedu-sedu, sedangkan
seorang dokter berada di dalam sana. Seketika langkahku terhenti. Aku takut
mendengar hal-hal yang tidak ingin kudengar. Tidak ingin mendengar kalau paman meninggal.
Ku mohon.
“Hei, kau tidak ingin
kesana?” ucap Baekhyun oppa memegang salah satu bahuku dengan tangannya.
Terdengar jelas suaranya yang mengalun dengan lembut. Aku tidak menjawab dan
tetap merundukkan kepala. Karena tak mendapat jawaban dariku, Baekhyun oppa
memeluk kedua bahuku dengan salah satungannya. Ia lalu membawaku ke depan kamar
UGD.
“Ahjumma, ada apa?” tanya Baekhyun oppa.
“Dia... dia... Harus
segera dioperasi Transplantasi Sum-sum tulang belakang! Itu adalah salah satu
metode penyembuhan Leukimianya. Dan... operasi itu dapat dilakukan dengan
sum-sum tulang belakangnya yang masih berfungsi. Tapi masalahnya...” ucap ibu
berhenti sejenak. Aku mendongkakkan wajah karena khawatir.
“Mwo?” ucapku dengan nada sedatar mungkin.
“Sum-sum tulang
belakangnya sudah tidak begitu bagus lagi, dan harus ada yang menyumbangkannya.
Dan untuk mendapatkan pendonornya itu sangat sulit.” ucap ibu seraya memeluk
ayah.
Dadaku seolah
tersayat oleh sebilah pisau yang tajam. Terpotong-potong menjadi berbagai
bagian. Aku memeluk Baekyun oppa dan menangis.
“Sudah. Jangan
menangis lagi, chagi.” ucap Baekhyun oppa
seraya menyentuh rambutku pelan.
1 jam telah berlalu.
Ayah, ibu, bibi, Baekhyun oppa, aku, Ja Neul eonni dan Jong In oppa berada
didepan kamar UGD. Setengah jam yang lalu keadaan paman kembali kritis.
Sekarang Ayah, ibu,
dan bibi,berdiri di depan pintu kamar. Ja Neul eonni dan Jong In oppa duduk
sedikit menjauh dari kamar kami. Sedang aku dan Baekhyun oppa duduk di dekat
pintu kamar.
Baekhyun oppa duduk
sangat dekat denganku dan sedari tadi menyodorkan tissu untukku. Sesekali dia
akan memegang tanganku dan berkata
“Jangan menangis. Sudahlah.”
Ucapnya. Walau ucapannya terdengar menenangkanku, namun itu tak mengubah
suasana hatiku membaik.
Kutatap mata Baekhyun
oppa sekarang. Gerakanku yang tiba-tiba membuatnya sedikit kaget. Mataku yang
sembab dan tatapan yang kosong membuat Baekhyun oppa memasang muka khawatir. Ku
tatap wajah Baekhyun oppa secara detail. Aku takut Baekhyun oppa akan
meninggalkanku sekarang. Dengan pelan Baekhyun oppa mendekat dan mengecup
keningku.
“Jangan menangis
lagi, semua pasti ada jalan keluarnya. Kau tidak boleh seperti ini.” ucapnya
pelan padaku. Aku diam. Memikirkan ucapan Baekhyun oppa bahwa semua pasti ada
jalan keluarnya. Terdengar sebuah keyakinan dalam ucapannya.
Tidak
lama, dokter pun keluar dan berkata keadaan paman sudah tidak kritis lagi, dan keadaanya
kini stabil. Tubuh dokter yang berjalan dengan tergesa-gesa itu sudah tidak
terlihat. Beberapa menit, setelah kepergian dokter itu, semua yang berada di
luar ruangan kini, mulai memasuki ruangan tersebut, kecuali aku dan Baekhyun
oppa. Aku tidak sanggup melihat paman yang terbaring tidak berdaya di kasur
rumah sakit.
Aku teringat sesuatu
yang dikatakan ibu tadi. Aku pun berlari menuju ruangan dokter, meninggalkan
Baekhyun oppa yang bingung melihatku kepergianku secara tiba-tiba.
“Dokter. Adakah
seseorang yang mau mendonorkan sum-sum tulang belakangnya untuk Ahjussi?” ucapku dengan nafas yang masih
memburu. Tanpa di persilahkan duduk oleh dokter pun, aku kini duduk berhadapan
dengan dokter tersebut.
“Kau keluarga dari
pasien tadi?” tanya dokter yang duduk di hadapanku ini.
“Ne.” ucapku singkat.
“Belum ada pendonor.
Pendonornya sangat langka beberapa tahun ini. Lagi pula, belum tentu cocok
kalau ada. Jadi sangat sulit.” ucap dokter tersebut, dengan nada menyesal di
dalamnya.
“Geurom—” ucapanku berhenti. “Bagaimana
kalau aku saja?” ucapanku membuat dokter kaget.
“Mwo? Kau yakin? Kau masih
muda” ucap dokter menjatuhkan punggungnya dikursi yang ia duduki.
“Demi pamanku.”
ucapku pelan.
“Kau tau apa
resikonya?” tanya dokter itu menarik kursinya mendekat ke meja. Ia lalu
meletakkan tangannya di meja.
“Katakan.” Ucapku
seolah mendesaknya.
“Kau bisa terkena
Amnesia Parsial. Kau tidak akan mampu mengingat beberapa orang dalam jangka waktu
3 bulan bahkan selamanya. Tentang orang yang kau lupakan itu, kau tidak akan
mengingat kejadian apapun yang menyangkut orang tersebut. Jadi, kau yakin akan
melakukannya?” ucap dokter berusaha meyakinkanku.
“Saya yakin.” ucapku
tegas.
“Baiklah. Kau harus
mengurus surat donormu dan melakukan pemeriksaan. Jika sum-sum tulang
belakangmu tidak cocok, berarti kau tidak akan melakukan operasi. Jangan kau sia-siakan
hidupmu, nak. Kau masih sangat muda. Masa depanmu masih panjang. Sedangkan
pamanmu, dia pasti akan merasa bersalah telah mengambil sum-sum belakangmu.”
ucap dokter.
“Tidak akan. Bukankah
rumah sakit ini melindungi identitas pendonor?” ucapku datar.
“Baiklah jika itu
keputusanmu. Ini. Orang tuamu harus tau itu. Tanda tangan di bawah sendiri.”
ucap dokter tersebut, seraya menyerahkan secarik kertas.
“Baik. Gamsahamida.” ucapku berdiri dan pergi
dari tempatku.
Ku pegang kertas itu
dan berjalan menuju kamar paman. Aku melihat Baekhyun oppa masih di tempatnya.
Dia memandangku dan melihatku membawa sebuah kertas. Tanpa memperdulikannya aku
masuk ke kamar dan menghampiri ibu dan ayah. Aku pun menyuruh mereka untuk
keluar sebentar.
Aku menjelaskan
secara detail apa yang baru saja ku bicarakan dengan dokter, tadi. Dan kau tahu
apa yang orang tuaku katakan? Mereka tak mengijinkanku melakukan hal tersebut.
Mereka juga berkata seperti dokter apa yang dokter katakan. Masa depanku masih
panjang dan masih banyak lagi. Untuk apa masa depanku panjang tanpa paman? Aku
terus mendesaknya hingga ibu pun menangis. Baekhyun oppa menghampiriku dan berusaha
mengambil kertas itu. Namun, aku menahannya. Aku harus mempertahankan
keputusanku.
Akhirnya aku berlutut
dihadapan kedua orang tuaku. Berharap mereka mau mendatanganinya. Hanya
sebentar, hingga ayah memegang kedua bahuku dan membantuku berdiri. Kau tahu
apa yang ia katakan? Ayah bersedia mendatanginya. Keputusan itu membuat ibu
kaget dan memarahi ayah. Tanpa banyak bicara ayah pun mengambil bolpoin disaku
bajunya dan mendatanganinya.
Raut wajahku kembali
berseri. Setelah selesai dengan secarik kertas tersebut, aku berlari ke ruangan
dokter dan menyerahkan secarik kertas tersebut. Dokter mengatakan bahwa hari
ini pun bisa dilakukan pemeriksaan.
1 hari telah berlalu
dan hasil pemeriksaan donorku sesuai dengan apa yang kupikirkan. Hasilnya
cocok. Aku dapat melakukan pendonoran besok.
*****
Aku
berbaring dikasur yang didorong oleh dokter dan para perawat rumah sakit. Aku
melihat Baekhyun oppa, ayah, dan ibu mendampingiku. Semuanya menangis. Karena
tidak mau menangis aku menutup mataku.
‘Tuhan, jika kau menghapus ingatanku pada
seseorang, tolong jangan Baekhyun oppa dan orang tuaku. Ku mohon Tuhan...’ucapku dalam hati.
Clink.
Sebuah lampu membuat
mataku silau. Perlahan namun pasti mataku tertutup. Aku tidak dapat merasakan
apa-apa dalam kegelapan. Bau menusuk itu, tak lagi merusuk rongga hidungku. Aku
tidak sadarkan diri. Mungkin suntikan bius itu membuatku terlelap untuk
beberapa jam. Sampai...
“Hemm?” ucapku
membuka mata dan melihat sekelilingku. Ku lihat mereka di sana. Dan ku rasa aku
tak berada dalam ruangan dengan lampu yang membuat mataku silau.
“Appa, Omma, Baekhyun oppa, Ahjussi,
Ahjumma, dan...”, aku berhenti sejenak. Mengamati sepasang manusia yang
mungkin menurutku asing di memoriku, bahkan dalam penglihatanku. Sepertinya ini
bukan pertemuan pertamaku dengan mereka.
“Siapa kalian?” tanyaku
pada 2 orang yang sedang duduk di pojok kamarku. Ya, seorang gadis, dan seorang
lainnya lelaki. Mereka seperti menatapku bingung.
“Maaf, bisa berbicara
pada orang tua dari pasien?” ucap Dokter.
Ayah dan ibu pun
mengikuti dokter. Aku bingung pada diriku sendiri. Aku merasa tidak asing pada
kedua orang itu. Tapi mereka siapa?
-FLASHBACK END-
Aku menatap Baekhyun
oppa dengan saksama.
“Aku.. Tidak
mengerti, oppa. Mengapa aku bisa
mengingatnya. Sungguh. Mungkin karena aku beberapa hari ini bertemu dengan Jong
In dan—”
“Lupakan dia! Jangan
mencintainya lagi..” ucap Baekhyun oppa berusaha memaksukkan ku ke mobil lagi.
Lembut.
“Oppa~ lalu kenapa kau berhubungan dengan Ja Neul eonni?” tanyaku
penasaran.
“Dia? Dia memohon
padaku untuk berpura-pura menjadi pacarku agar dia bisa melihat wajahmu. Kau
ingat laki-laki yang bersama Ja Neul saat di Myeongdong? Itu adalah pacarnya
yang sesungguhnya.” jelasnya
“Heemm... araseo.”
Setelah itu, aku
dipaksa duduk dan dibawanya ke suatu tempat. ‘Rumahku?’ ucapku dalam hati. Baekhyun oppa menarikku masuk ke dalam
rumah. Aku terkejut karena ayah dan ibu sudah berada di ruang tamu.
“Appa? Bukankah kalian seharusnya berada di Amerika?” tanyaku
bingung.
“Acaranya diundur
bulan depan. Jadi, ayah bisa melihatmu diacara wisuda nanti.” ucapnya tersenyum
dan menghampiriku.
“Aku menyayangimu,
nak.” ucap ayah memelukku. Aku tersenyum dan membalas peluk Appa.
“Maaf. Ahjussi.” ucap Baekhyun oppa tiba-tiba,
membuatku melepas pelukan ayah. Aku lupa kalau aku pergi ke sini dengan
Baekhyun oppa.
“Em.. Ya Baekhyun ada
apa?” ucap ayah
“Bisa bicara
sebentar.” ucap Baekhyun oppa dan mendapat sambutan yang baik oleh ayahku.
Baekhyun oppa berbicara panjang lebar yang membuatku kadang terkejut, kadang
sedih, kadang juga senang. Dan pada akhir ucapannya membuat aku terkejut.
“...Berikan Seo Ryu
padaku Appanim. Aku akan menjaganya
dengan raga-ku. Aku tidak mau jika Seo Ryu bersama Jong In. Aku tidak rela,
terlebih dengan kejadian di masa lalu. Aku tidak suka dia menyakita Seo Ryu, lagi.
Jadi, mohon berikan aku kesempatan.” ucap Baekhyun oppa seraya berlutut.
“Mwo? Ada apa kau ini Baekhyun?” ucap ibu dengan raut wajahnya yang
terlihat bingung dengan arah pembicaraan Baekhyun oppa.
“Dia sudah ingat
semuanya, Eommanim.” ucap Baekhyun
pelan.
“Mwo? Kau ingat semuanya, nak? Sejak kapan?” ucap ibu, dengan raut
wajah terkejut.
“Baru sekitar 1 jam
yang lalu, Eomma.” ucapku seraya
menyunggingkan senyum manisku.
“Jadi, maukah Appanim juga Eommanim memberikan aku
kesempatan?” ucap Baekhyun oppa lagi.
“Seo Ryu telah
dijodohkan dengan Jong In sebelum Seo Ryu mendonorkan sum-sum tulang
belakangnya dan lupa ingatan, Appa
berhubungan sangat baik dengan keluarganya. Dan Appa yakin kalau Jong In pasti sudah berubah. Jadi—”
“Kenapa Jong In oppa
tidak Appa jodohkan dengan Ja Neul eonni?” ucapku
“Dan.. Kenapa dia
melihatku secara sembunyi-sembunyi dan menyuruh Baekhyun oppa untuk menjadi
pacarnya, jika hanya ingin melihatku?” ucapku dengan nada sedikit ku naikkan
volumenya, karena aku melihat ada seseorang yang mengintip di kamar atas.
“Dia—”
“Kau mengingat semuanya?” teriak
seorang gadis dari lantai dua rumah kami.
“Yah, sayang sekali.” Ucap gadis itu
lagi. Ku lihat ia menuruni tangga menuju lantai dimana kami berkumpul.
“Ya! Memang tidak
seru Ja Neul eonni!” teriakku kembali.
“Bagaimana hubunganmu
dengan Jong In oppa? Bagaimana bisa kau menyerahkan Jong In oppa kepadaku,
setelah dahulu kau merebutnya dariku. Dan berhubungan dengannya di belakangku
selama satu tahun setengah?” ucapku.
“Kau mengingat hari
itu juga rupanya. Tapi, kenapa kaubicara seperti itu? Bukankah kau mencintai
Jong In, walaupun kau telah melupakan Jong In? Apakah rasa itu telah hilang?”
ucap Ja Neul eonni mendekat.
“Emm.. Sepertinya
tidak. Aku memang salah mencintai seseorang. Kau telah mengenal Jong In oppa
semenjak SMP bukan, eonni? Jadi,
siapa tahu aku hanya pelampiasan Jong In oppa, yang ternyata dia menyukaimu?
Lagi pula, aku menyukai seseorang
sekarang.” Ucapku seraya melihat Ja Neul eonni yang sekarang berada
disampingku.
“Mwo? Nuguya?” tanyanya
dengan penasaran.
“Dia.” tunjukku pada
Baekhyun oppa yang sedari tadi masih berlutut.
“Mwo?” ucap Ja Neul eonni terkejut.
“Bukankah kau, si
suara merdu itu?” ucap Ja Neul eonni bingung.
“Mwo? Jadi kau menyukaiku?” ucap Baekhyun oppa lantas duduk di
sampingku, dengan jarak yang sangat dekat denganku.
“Ne. Tapi, aku bergantung restu dari Appa dan Eomma, apakah
mereka mau menerimamu atau tidak!” ucapku sinis.
“Kau menyukai
Baekhyun, Seo Ryu-ah?” tanya ibu padaku.
“Ne.” Jawabku singkat.
“Sejak kapan?” tanya
ayah.
“Sepertinya.. Sudah
lama” jawabku singkat.
“Mwo?” kata Baekhyun oppa kaget.
“Jadi, seperti itu?
Baiklah. Kau Baekhyun! Sudah berapa lama kau menyukai anakku, hah? Apa kau
yakin bisa menjaganya lebih dari Jong In?” tanya ayah, lagi.
“Pasti. Jadi, saya
mohon terima saya sebagai mantu anda...” ucap Baekhyun oppa berlutut, lagi.
“Mantu? Bukankah ini
terlalu cepat?” ucapku bingung.
“Bagaimana ini? Emm..
Baiklah.” Ucap yang nampak berpikir, sebelum akhirnya mengucapkan kalimat
terakhirnya. Ia pun lantas tersenyum.
“Apakah itu berarti
kau memperbolehkanku dengannya?”ucap Baekhyun oppa raut muka bahagia, juga
binar matanya yang terlihat jelas dalam manik mataku.
“Menurutmu?” balik
tanya ibu.
“Yee~ Seo Ryu-ah! Saranghae!” ucapnya memelukku bahagia.
“Haha.. ne oppa.” jawabku tersenyum
******
At Seoul University, 08.00 AM.
“Chukkae, Chagi.” ucap Baekhyun oppa mengecup keningku dan bangga melihatku
memakai toga ini.
“Gomawo, chagi.” ucapku dan melihat keluargaku dan keluarga Jong In oppa
melambai-lambaikan tangannya.
Aku
dan Baekhyun oppa pun segera menghampiri mereka. Tidak disangka keluargaku,
keluarga Jong In oppa, dan Baekhyun oppa akan bersama-sama pergi ke Hawaii
untuk melakukan liburan. Oh, betapa bahagianya diriku.
Dan
beginilah akhir ceritanya. Aku bersama Baekhyun oppa dan Ja Neul eonni bersama
Jong In oppa. Meski begitu aku sedang memperbaiki hubunganku dengan mereka dan
kami akan menikah bersamaan pada akhir tahun ini. Dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjadi keluarga yang bahagia suatu saat nanti.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^