Sabtu, 20 September 2014

Try to Deny Chapter 2

Try to Deny


Chapter 2

Read This :
 Chapter 1 | Now

Author :
Jelly 

Main cast :
Tiffany Hwang
Oh Sehun

Other cast :
Tao, Irene, Key, Sunny, someone

Genre :
Romance, friendship, school life

Rating :
PG-13

Length :
Chaptered

Disclaimer :
Annyeong readers~ Ini dia lanjutan dari FF yang part pertama. Di part kedua ini ada tokoh-tokoh baru yang bermunculan. Semoga kalian suka sama lanjutan ceritanya. Makasih udah mau baca FF author dan jangan lupa ngasih komen ya.. J
Don’t copas!


~`Happy reading`~


***


‘Kau dan dia sama-sama semu untukku – Oh Sehun’


-Previous-
Sementara Tiffany sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri, Sehun yang sedari tadi juga mengurung diri di kamarnya sedang memikirkan siapa perempuan yang tadi menguping pembicaraannya dengan Tiffany sambil tiduran di ranjangnya. Ia khawatir jika perempuan itu ternyata mendengar semua pembicaraan ia dan Tiffany tadi.
“Apa mungkin...”

Chapter 2~

Author POV
“...dia?” Sehun bertanya pada dirinya sendiri. Ia memikirkan seseorang. Seseorang yang pernah mengisi hari-harinya dulu saat masih di Junior High School. Bisa dibilang seseorang itu adalah cinta monyetnya.
“Kenapa aku jadi memikirkannya? Hah!”
Mungkin karena terlalu lelah dengan pikirannya yang entah kemana alurnya, ia memutuskan untuk beristirahat memejamkan matanya setelah lampu di meja samping ranjangnya dimatikan.
Jalljayo~

***

Keesokan harinya, Sehun sengaja bangun lebih pagi dan bersiap-siap untuk pergi menjemput yeojachingu-nya, tidak, maksudnya yeojachingu palsunya. Ia sudah mengetahui tempat tinggal Tiffany karena sebelumnya ia sering melihat Tiffany di depan rumah itu saat ia sedang berangkat sekolah ataupun pulang sekolah.
Tin..
Ne, sebentar,” tak lama kemudian Tiffany keluar dengan penampilan seperti biasanya, girly.
Kajja,” kata Sehun singkat saat Tiffany telah memakai helm pinknya dan naik ke jok belakang. Sehun pun melaju dengan kencang sehingga membuat Tiffany tak sengaja memeluk pinggang Sehun.
Hanya demi keselamatan saja’, batin Tiffany.


***


At Seoul Senior High School
Saat jam pelajaran olahraga sedang berlangsung di kelas 2.1, kelasnya Sehun. Sehun dan teman laki-lakinya sedang bermain basket dengan bebas. Karena guru olahraganya sedang ijin ada rapat guru dan para siswa dibebaskan bermain asal masih tetap berada di lingkup halaman sekolah.
Sehun hanya tertawa saat melihat teman sekelasnya, Tao yang berasal dari China frustasi karena tidak bisa memasukkan bola ke dalam ring. Padahal Tao juga termasuk tim inti basket kelas 2.
“Hah! Molla!” kata Tao lesu sambil melemparkan bola basketnya ke sembarang. Lalu duduk di bawah ring.
“Haha, kau terlalu cepat putus asa, Tao,” kata Sehun yang ikut duduk di samping Tao sambil memberikan sebotol air mineral pada sahabatnya itu.
“Dari kelas 1 kenapa aku tidak juga bisa memasukkan bola ke ring dengan tepat?” keluh Tao.
“Siapa bilang kau tidak pernah. Aku pernah melihatmu memasukkan bola ke situ dengan baik,” kata Sehun sambil menunjuk ring yang ada di atasnya.
“Itu hanya kebetulan! Tidak sepertimu, Sehun-ah,”
“Kau hanya perlu berlatih saja. Tapi kau sangat keren saat mendribble bola. Aku sampai jatuh cinta padamu!” kata Sehun dengan nada menggoda.
“Ya, diamlah. Jangan berbicara yang tidak-tidak!” kata Tao merasa geli dengan perkataan Sehun barusan dan memilih pergi meninggalkan Sehun sendiri. Sehun hanya tertawa melihat teman sekelas sekaligus sahabatnya marah seperti itu. Padahal Tao lebih tua daripada Sehun, tapi sikap Tao malah sebaliknya.
Saat Sehun mengalihkan pandangannya ke gedung sekolah, ia tak sengaja melihat perempuan yang sedang membaca buku di tangga depan gedung sekolahnya. Entah ini kebetulan atau apa, tapi perempuan itu tiba-tiba mengalihkan perhatiannya dari buku itu dan melihat Sehun yang sedang memandanginya.
Perempuan itu agak terkejut begitu pula Sehun yang ketahuan sedang memperhatikannya. Tapi kedua pasang mata itu tetap bertahan pada posisinya dan tidak sedikitpun mengalihkan pandangan antar keduanya. Beberapa detik seperti ini, perempuan itu kemudian tersenyum pada Sehun dengan ramah lalu segera menutup bukunya dan pergi.
“Kenapa seperti ini? Padahal itu sudah lama,” batin Sehun sambil melihat kepergian perempuan itu.


Tiffany POV
‘Kemana dia? Daritadi tidak kelihatan batang hidungnya,’
Padahal ini sudah istirahat. Tetapi kenapa dia belum ke kantin juga? Apa dia tidak lapar?
Baru saja aku memikirkannya, ia datang dari koridor tengah bersama sahabatnya Tao. Kenapa aku sebegitu tahunya tentang dia? Karena dia memang terkenal di kalangan hoobae, seangkatannya, sampai sunbae. Wajar terkenal, karena mereka anak basket.
Setelah memesan makanannya, Sehun dan Tao menuju tempat duduk yang kosong. Dan itu ada di meja sebelahku. Karena kulihat semua meja sudah penuh dengan anak-anak yang makan, minum, atau sekedar bergosip.
Sehun dan Tao lewat di depanku tanpa melihatku. Padahal aku sudah memasang muka manis. Jadi menyesal bersikap baik dengan dia.
“Wah, ada Sehun-ssi. Kenapa tidak duduk dengan kami?” tanya Sunny yang membuatku agak terkejut. Karena dari tadi Sunny sibuk dengan Key yang katanya sedang sakit kepala. Jadi hari ini duniaku sedikit lebih tenang. Karena jika Key sakit otomatis dia akan lebih banyak diam.
“Eoh, ada sunbae ternyata. Tidak sunbae, terima kasih atas tawarannya,” kata Sehun. Aku hanya mendengarnya saja. Karena aku sibuk dengan makananku. Setelah itu ia sibuk dengan temannya. Kudengar sesekali ia tertawa bersama Tao. Entah apa yang mereka bicarakan.
Saat aku dan kedua sahabatku akan kembali ke kelas, Sehun memanggilku. Aku hanya diam menurutinya saat ia menyuruhku duduk kembali. Kulihat Sunny dan Key yang memberikan isyarat kalau mereka masuk duluan . aku hanya mengangguk. Setelah Sunny dan Key pergi begitu juga dengan Tao, Sehun baru mulai berbicara.
“Nanti sore akan ada pertandingan basket melawan Hannyoung High School. Kau nonton ya?” kata Sehun sambil menatapku. Aku hanya mengangguk.
“Dan maaf nanti aku tidak bisa mengantarmu pulang karena aku harus bersiap-siap untuk pertandingan nanti. Gwenchana?” kata Sehun lagi. Dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan -lagi. Entah mengapa rasanya sedih saat Sehun mengatakan itu. Ah, tidak. Tiffany, jangan sampai kau suka dengannya.


***


Dan akhirnya aku harus pulang dengan naik bus. Saat aku baru duduk di kursi penumpang, perempuan yang berseragam sama denganku juga memasuki bus ini. Sepertinya dia hoobaeku. Ia duduk diseberang tempatku duduk.
“Ah, Tiffany sunbaenim, annyeonghaseyo,” sapanya ramah. Aku hanya tersenyum ramah. Aku mencoba membuka pembicaraan.
“Namamu siapa?” tanyaku.
“Jeoneun Irene imnida,” katanya sambil tersenyum.
“Kau kelas berapa? Aku tidak pernah melihatmu,” tanya Tiffany.
“Saya kelas 2, sunbae. Mungkin karena saya juga jarang ke kantin dan lebih sering di perpustakaan jadi Tiffany sunbae tidak pernah melihat saya,” jelasnya. Aku hanya mengangguk. Dia satu angkatan dengan Sehun ternyata.
Setelah sampai di rumah aku segera mandi dan bersiap-siap untuk menonton pertandingannya Sehun. Aku hanya menggunakan baju merah berlengan panjang dengan skirt berwarna putih. Setelah semua siap aku pergi kesana menaiki bus. Semoga tidak telat.


At Basket Tournament
Sehun POV
“Kalian tunggu disini, ne. Seongsaenim akan menemui panitia disana,” kata Jo songsaenim.
Ne, seongsaenim,” jawab kami serentak.
Aku sekarang sedang menunggu seseorang. Kenapa dia belum datang juga. Apa ia ketiduran di rumah? Coba aku telepon dia.
Saat aku akan menekan nomornya, aku melihat ia –orang yang kutunggu sedang berjalan perlahan ke tempat penonton. Aku pun segera menyusulnya.
“Tiffany!” teriakku. Ia menoleh dan tersenyum saat aku melambaikan tangan padanya. Aku segera menghampirinya.
“Akhirnya kau datang,” kataku.
Of course, I’m here right now,” katanya sambil tersenyum. Manis sekali.
Gomawo ne, kau sudah datang,”
Ne, aku akan mendukungmu. Tenang saja, haha,” kata Tiffany. Aku juga ikut tertawa. Tiba-tiba ada pengumuman bahwa sebentar lagi pertandingan akan dimulai.
Fighting, Sehunnie!” kata Tiffany memberi semangat sebelum aku kembali ke tempat. Aku hanya tersenyum. Apa tadi dia bilang? Sehunnie? Boleh juga..


***


Author POV
Pertandingan baru saja dimulai. Tim dari Hannyoung High School mencetak point pertamanya. Lalu disusul oleh Tim dari Seoul Senior High School. Antar tim pun saling menyusul point. Pada menit-menit terakhir keadaan seri. Salah satu dari pemain Tim lawan sedang menghadang Sehun yang mendribble bolanya. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah melemparkan bola itu ke Tao. Karena Tao tidak dihadang oleh siapapun.
“Tangkap Tao!” Sehun melempar bolanya pada Tao.
Tao menangkap bolanya dengan baik dan langsung mendribblenya ke arah ring. Tao sangat gugup saat ring sudah mulai dekat. Ia menghela nafasnya sebentar dan langsung men- shoot bola ke ring. Seperti adegan di film-film, rasanya ini seperti di slow motion. Bola memutari ring sampai akhirnya masuk.
Sehun langsung menghambur memeluk Tao dan mengucapkan selamat. Dan pertandingan pun berakhir dengan kemenangan dari Seoul Senior High School.
“Aku percaya kau bisa melakukannya, Tao,” kata Sehun sambil merangkul Tao. Tao tersenyum bangga. Pertandingan pun akhirnya selesai dengan Tao sebagai pahlawan timnya.
“Yee..” teriak Tiffany dan penonton yang lain senang.
Setelah pertandingan selesai Tiffany menunggu Sehun di depan. Katanya Sehun akan mengantarnya pulang. Di luar lumayan dingin karena hari mulai gelap. Sesekali Tiffany menggosok-gosokkan tangannya agar hangat. ‘Lama sekali dia,’ batin Tiffany. 15 menit kemudian barulah Sehun keluar seorang diri.
Mianhae, sudah membuatmu lama menunggu,” kata Sehun yang yang datang dari belakang.
“Kau, datang tiba-tiba. Mengagetkanku saja,” kata Tiffany memukul bahu Sehun. Sehun hanya tertawa kecil.
“Kau sendiri? Yang lain mana?” tanya Tiffany kemudian.
“Mereka masih merayakan kemenangan kami di dalam,” kata Sehun sambil berjalan pelan diikuti Tiffany di sampingnya.
“Kau tidak ikut merayakannya?”
“Aku lebih memilih mengantarkan yeojaku pulang daripada berpesta,” kata Sehun sambil menatap lurus ke depan. Tiffany yang mendengarnya langsung membulatkan matanya.
Mwo? Yeojamu?” walaupun Tiffany berkata begitu tapi entah kenapa di dalam hatinya ada perasaan hangat.
Kajja, kita pulang,” kata Sehun mengabaikan pertanyaan Tiffany barusan sambil membantu Tiffany memakai helmnya.


***


At the same time
Author POV
Tanpa diketahui oleh Sehun dan Tiffany, ada seorang yeoja yang ternyata juga berada disana. Ia tersenyum melihat kepergian Sehun dan Tiffany. Mereka tampak serasi, pikirnya.
“Ternyata benar, kalian berdua memang berpacaran. Aku kira kau sekarang sudah melupakan aku sepenuhnya, Hun-ah,” kata yeoja itu sambil tersenyum. Di hatinya sekarang sedikit lebih lega daripada saat pertama kali ia harus meninggalkan lelaki yang  dulu sangat ia cintai itu.
Yeoja itu kembali berjalan pelan-pelan dengan kedua tangan ia simpan di saku jaketnya agar tidak kedinginan. Sepanjang perjalanan pulang ia selalu tersenyum, entah apa sebabnya tetapi hari ini ia merasa sangat bahagia. Rasa bersalahnya selama ini sedikit demi sedikit mulai hilang. Rasa bersalahnya pada Oh Sehun, lelaki yang sangat ia sayangi sampai sekarang telah menemukan kebahagiaannya sendiri.
“Terima kasih Tiffany sunbae, kau telah mengembalikkan Sehunku yang dulu,”


***


At Seoul Senior High School
Author POV
Hari ini Sehun dan dua teman lainnya sedang sibuk mengerjakan tugas dari Kim songsaenim, guru Biologinya. Ia sedang membuat makalah tentang proses pencernaan pada manusia. Mereka sedang mencari referensi untuk tugas itu di perpustakaan saat jam istirahat.
“Sehun-ah, apa kau sudah menemukan materi yang kita butuhkan?” tanya Jaehyun, salah satu teman satu kelompoknya dalam tugas ini.
“Nah, ini. Tinggal mengetiknya saja,” kata Sehun sambil menyodorkan buku tebal ke Jaehyun.
“Kau memang pintar, Sehun-ah. Aku senang bisa satu kelompok denganmu, haha,” kata Jaehyun sambil tertawa pelan karena mereka masih di perpustakaan.
“Kau senang, Sehun menderita,” kata Tao menimpali.
“Kau..”
“Sudah.. lebih baik kita lanjutkan pekerjaan kita. Aku akan mencari buku referensi lagi di sana, “ kata Sehun melerai mereka dan beranjak dari tempat duduknya.
Saat sedang serius mencari buku yang bagus untuk tambahan materinya, Sehun tak sengaja menjatuhkan buku besar yang ada di belakang buku yang ia ambil. Akibatnya buku besar itu jatuh ke belakang rak dan seketika ada suara orang mengaduh kesakitan di balik rak. Sehun segera berlari ke balik rak itu. Ternyata ada seorang perempuan yang sedang berjongkok sambil memegangi kepalanya. Sehun melihat di samping perempuan itu ada buku besar tadi. Apa kepalanya terkena buku itu? Ia lalu mendekati perempuan itu.
“Aw, sakit sekali. Pusing rasanya,” kata perempuan itu pada dirinya sendiri.
Cheogiyo, maaf . Tapi akibat aku yang kurang hati-hati buku besar ini menimpa kepalamu,” kata Sehun sambil membungkuk untuk melihat keadaan perempuan itu. Wajahnya tak terlihat karena tertutupi rambutnya yang panjang.
“Ah, ne. Gwenchana,” kata perempuan itu lalu segera berdiri.
“Irene?” Sehun sedikit terkejut ternyata perempuan ini Irene.
“Hun-ah? Oh, maksudku Sehun?” kata Irene –perempuan itu yang sama terkejutnya melihat Sehun yang sekarang ada dihadapannya.
“Kau tidak apa-apa kan? Apa ada yang terluka?” tanya Sehun yang terlihat khawatir.
Gwenchana, jinjja nan gwenchana. Kau tak perlu khawatir. Aku permisi dulu ya, Sehun-ssi,” kata Irene tanpa menatap lawan bicaranya. Tapi sebelum Irene bisa pergi, Sehun menarik lengan Irene pelan.
“Bisakah kita mengobrol di kantin sebentar? Ya.. sambil membeli minuman mungkin. Bukankah di sini panas?” kata Sehun.


At canteen
“Kau ingin bicara apa, Sehun-ssi?” tanya Irene setelah mereka duduk dan memesan minuman. Ya, akhirnya Irene menerima ajakan Sehun.
“Aku hanya ingin mengobrol sebentar denganmu,” kata Sehun santai.
“Nanti jika pacarmu melihat kita, eotteohkae? Aku tidak mau Tiffany sunbae salah paham denganku,” kata Irene datar. Sehun malah tertawa geli mendengar Irene bicara barusan.
“Jadi kau sudah mendengarnya? Kau tidak cemburu?”
Mwo? Untuk apa aku cemburu. Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi kan?Aku senang melihat kalian berdua bersama. Kau dan Tiffany sunbae sangat serasi,” kata Irene sambil tersenyum.
“Heh, kau pikir begitu? Oh, Irene, aku harus kembali ke kelas. Sampai jumpa lagi,” kata Sehun berubah menjadi dingin. Irene bingung dengan  sikap Sehun ini. Ia melihat Sehun yang berlalu keluar dari kantin.
“Tadi ia mengajakku ke sini, dan sekarang ia meninggalkanku sendiri? Dasar..”
Irene pun juga ikut kembali ke kelasnya. Sehun membuang-buang waktunya saja.
Saat Irene akan keluar dari kantin ia bertemu Tiffany.
Sunbae, annyeonghaseyo,” kata Irene sambil membungkuk 90 derajat. Tiffany juga balas menyapa.
“Oh, annyeonghaseyo. Kau Irene, kan? Akhirnya aku melihatmu di sekolah,” kata Tiffany ramah.
“Ah, ne sunbae. Kebetulan tadi aku haus. Jadi aku ke kantin untuk membeli minuman,” kata Irene.
Diantara percakapan Tiffany dan Irene yang terlihat akrab itu, seseorang sedang memperhatikan mereka berdua dari tempat duduknya. Ia menatap penuh arti Tiffany dan Irene.
“Jadi kalian berdua saling mengenal? Sang mantan dan sang yeojachingu bohongannya Sehun menjalin pertemanan. Sangat menarik,” kata orang itu lirih sambil tersenyum penuh arti.


Sehun POV
Sebenarnya aku tidak ingin kembali ke kelas, aku berbohong tadi pada Irene. Sekarang aku berada di taman yang ada di tengah-tengah gedung sekolah. Aku duduk sendirian disini. Aku mengingat kembali kata-kata Irene barusan.
“Sepertinya bukan dia. Aku salah sangka padanya. Lagipula mana mungkin dia. Sehun, dia itu yeoja yang baik. Kau tau itu,” kata Sehun berbicara sendiri karena memang tidak ada orang di sampingnya.
“Tapi kalau bukan Irene, siapa? Apa Tiffany punya mantan di sini?”Sehun sibuk dengan pemikirannya.
“Aish, siapa dia? Aku yakin dia mendengar semua percakapanku dengan Tiffany waktu itu,” kata Sehun frustasi.
DOR!
“Hua..” tiba-tiba saja ada yang mengagetkanku dari belakang.
“Kau seenaknya saja meninggalkan kami di perpustakaan. Dan malah enak-enakan melamun di taman,” kata Jaehyun sedikit kesal. “Memang apa yang kau lamunkan, heh?”
“Hehe, mian. Ayo kita ke kantin. Akan kubelikan makanan,” kataku merayu Jaehyun dan Tao agar tidak marah lagi.
“Telat. Ini sudah masuk. Apa kau tidak dengar?” kata Tao lalu berlalu pergi bersama Jaehyun meninggalkanku.
“Benarkah?”
“Kau keasyikan melamun sampai tidak dengar. Padahal belnya di pojok situ,” kata Tao sambil tertawa. Aku segera menyusul mereka dan kami pun kembali ke kelas bersama.


Author POV
Keesokan harinya saat Sehun dan Tiffany baru sampai di sekolah dan melewati koridor tengah, banyak murid-murid yang berkumpul melihat sesuatu di papan pengumuman sekolah. Tiffany jadi penasaran lalu bertanya pada hoobae yang baru saja selesai melihat pengumuman di sana.
Cheogiyo, di sana ada pengumuman apa ya?” tanya Tiffany. Sehun terlihat sabar menunggu Tiffany walaupun ia sama sekali tidak tertarik dengan pengumuman itu.
“Satu minggu lagi akan diadakan pemilihan kapten tim basket sekolah yang baru, sunbae,”
“MWO?” kata Tiffany dan Sehun bersamaan.
“Oh, kamsahamnida ne atas informasinya,” kata Tiffany lalu berjalan lagi menuju ke kelasnya bersama Sehun.
“Kenapa kau kaget? Bukannya seharusnya kau tahu jika pemilihan kapten tim basket akan dilaksanakan minggu depan?”tanya Tiffany heran.
“Aku tidak tahu jika jadwalnya diubah. Awalnya, pemilihan kapten tim basket akan diadakan tiga minggu lagi. Dan pelatih belum memberitahuku jika jadwal ternyata diubah,” kata Sehun. Tiffany hanya mengangguk saja. Tiffany telah sampai di depan kelasnya dan tersenyum pada Sehun sebelum memasuki kelas.
“Selamat belajar. Jangan melamun terus,” kata Sehun.
“Huu.. jangan menasehatiku. Aku lebih dewasa daripada kau,” cibir Tiffany.
“Bukan dewasa, tapi tua,” bisik Sehun ke Tiffany lalu lari secepatnya sebelum Tiffany melemparnya dengan sepatu.
“Oh Sehun! Awas kau!”


***
At indoor
Anak-anak basket siang ini sedang berkumpul untuk latihan rutin. Pelatih Jo songsaenim sudah datang 15 menit yang lalu. Tetapi belum semua anak basket yang berkumpul. Termasuk Sehun. Padahal ia sangat dinanti kehadirannya oleh Jo songsaenim.
“Dimana bocah albino itu? Apa kalian tahu?” tanya Jo seongsaenim  dengan raut muka ditekuk sambil terus mengecek jam dipergelangan tangan kanannya. Semua anak yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan kembali bermain basketnya.
Saat Jo songsaenim hendak duduk, dari luar terdengar beberapa orang ribut tidak jelas. Jo songsaenim pun tidak jadi duduk dan memilih untuk mengecek keadaan di luar.
Sampai di luar ternyata dua orang muridnya, Sehun dan Tao saling dorong mendorong untuk masuk duluan karena mereka tahu jika mereka terlambat mereka akan diberi hukuman oleh Jo songsaenim.
“Kau duluan saja, Ta-oo”
“Tidaak, jangan mendorongku. Aku tidak mau kena semprot macan betina duluan,”
“Aish, su-dah sana. Kau duluaaan. Macan betina sudah menunggumu,”
“Aaa, jebal~” rengek Tao pada Sehun yang terus-menerus mendorong Tao untuk masuk duluan. Tanpa mereka sadari Jo songsaenim telah berkacak pinggang di depan pintu memandangi mereka yang sangat kekanak-kanakan.
“Hei bocah! Mau sampai kapan kalian seperti itu? Cepat masuk! Macan betina sudah kelaparan,” kata Jo songsaenim lalu berlalu pergi. Sehun dan Tao yang mendengarnya segera berhenti dari kegiatan membuang-buang waktu mereka dan saling pandang.
“Apa macan betina itu dengar?” tanya Sehun.
“Kalau kita memanggilnya macan betina?” tanya Tao juga.
“YA! CEPAT MASUK ATAU KALIAN BERDUA KUTENDANG KE KANDANG MACAN BETINA YANG ASLI?!”


***


“Hah.. hah.. aku lelah Sehun-ah,” keluh Tao sambil menyeka keringat yang ada di dahinya.
“Kau pikir aku tidak?”
Sehun dan Tao baru saja melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Jo songsaenim atas keterlambatan mereka berdua. Sehun dan Tao dihukum mengepel ruang pertemuan yang besok akan digunakan untuk pertemuan orang tua dari kelas 3.
Kemudian Jo songsaenim pun datang menghampiri mereka sambil membawa buku penilaian yang sudah mulai lecek itu. Jo songsaenim berdiri tepat di antara Sehun dan Tao lalu berdeham pelan.
“Kalian sudah menyelesaikan hukumannya. Sekarang kalian boleh bergabung bersama yang lain untuk berlatih,”
Ne~ khamsahamnida songsaenim,” balas mereka berdua lalu beranjak keluar menuju lapangan basket.
“Oh Sehun, kemari sebentar. Saya mau minta tolong,” kata Jo songsaenim.
“Ada apa songsaenim?” tanya Sehun kembali menghampiri Jo songsaenim.
“Begini, untuk pertemuan orang tua kelas 3 besok karena acara ini diadakan secara mendadak saya butuh bantuan kau untuk membantu salah satu siswi kelas 3 mendekorasi ruangan ini. Kau bisa, kan?”
“Ah, n-ne songsaenim,” jawab Sehun pasrah. Padahal rencananya malam ini sepulang dari latihan basket ia ingin segera tidur. Tapi semuanya gagal total.
“Ya sudah, kau juga boleh mengajak Tao,” seketika Sehun tersenyum cerah. Tao yang daritadi menunggu di ambang pintu segera berteriak.
“Ah, maaf Sehun. aku tidak bisa, malam ini aku ada makan malam bersama keluarga,” kata Tao berbohong. Sebenarnya tidak juga sih, karena bukannya setiap malam ia makan malam bersama keluarga? Benar kan?
“Ck, alasan. Ya sudah kalau tidak mau membantu,” kata Sehun ketus.


Sehun POV
Setelah pulang dari latihan basket aku segera mandi dan bersiap-siap kembali ke sekolah untuk membantu seorang siswi kelas 3 mendekorasi ruang pertemuan.
“Aku lelah. Tapi jika aku tak datang pasti besok macan betina itu akan menghukumku lagi,” kata Sehun lalu mendesah kasar. Hari ini ia benar-benar lelah. Dan sepertinya matanya akan semakin sipit karena kurang tidur.
“Sebaiknya aku segera kesana. Kasian juga. Siswi. Berarti dia seorang perempuan?” tanya Sehun kepada dirinya sendiri.
“Apa yang dipikirkan guru itu? Membiarkan aku berduaan dengan seorang perempuan? Di malam hari?” Sehun yang baru sadar akan suatu fakta itu pun memekik. Apa Sehun suka dengan situasi seperti ini? Jawabannya TIDAK. Sehun sangat tidak menyukai situasi dimana ia harus berduaan dengan seorang perempuan yang sama sekali tidak ia kenal. Menimbulkan gosip saja.
“Bagaimana ini? Ah, aku punya ide, hehe” kata Sehun tersenyum miring.


***


At cafe
Author POV
“Ah.. kenyang juga. Neomu mashita,” kata Sehun mengusap perutnya yang baru saja diisi. Ia memutuskan untuk makan malam dahulu di cafe dekat sekolahnya sebelum ia membantu sunbaenya yang entah siapa ia juga tidak tahu. Lebih baik mengisi perutnya dahulu sebelum merepotkan dirinya untuk membantu siswi kelas 3 tersebut.
Setelah membayar, Sehun beranjak keluar dari cafe itu lalu berjalan pelan meninggalkan motornya sportnya di depan cafe sambil membawa sekantung plastik berisi mie kacang hitam yang sengaja ia bungkus untuk seseorang. Ia berjalan sangat pelan karena kakinya terasa berat hanya untuk sekedar berjalan. Pelan tapi pasti, akhirnya Sehun sampai juga di depan ruang pertemuan. Pintunya masih tertutup. Tapi dapat ia lihat cahaya lampu yang berasal dari dalam sana.
Dengan setengah hati Sehun membuka perlahan pintunya. Sangat pelan. Sehun mencondongkan kepalanya untuk melihat keadaan di dalam. Terlihat seorang yeoja yang sedang menata salah satu meja di deretan meja paling depan. Tapi Sehun tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah yeoja itu karena tertutup oleh hoodie yang yeoja itu pakai.
Saat Sehun  berjalan mendekati yeoja itu, tiba-tiba suara pecahan kaca terdengar dan membuat yeoja itu memekik kaget. Sehun pun juga ikut kaget dan hampir menjatuhkan kantung plastiknya namun yeoja itu masih belum menyadari akan kehadiran Sehun dibelakangnya. Yeoja itu segera berjongkok untuk memunguti pecahan vas bunga yang tadi tak sengaja ia jatuhkan.
“Seperti ini saja kau jatuhkan? Dasar ceroboh,” kata yeoja itu berbicara pada dirinya sendiri. Sehun yang mendengarnya hanya tersenyum lalu membantu yeoja itu membereskan pecahan vas bunga.
“Sini aku bantu,” kata Sehun tanpa melihat lawan bicaranya dan segera memasukkan pecahan vas bunga ke dalam bak sampah di dekatnya.
“Eoh? Sehun?” kata yeoja itu kaget. Sehun yang merasa tidak asing dengan suara yeoja itu segera mendongakkan kepalanya untuk dapat menatap wajah yeoja tersebut.
“Irene? Bukannya yang harus aku bantu itu siswi kelas 3, ya?” tanya Sehun bingung. Sehun tidak menyangka akan bertemu dengan Irene ‘lagi’ pada saat seperti ini.
“Oh, ne. Seharusnya memang Tiffany sunbae yang mengerjakan semua ini. Tapi tadi Tiffany sunbae menghubungi Jo songsaenim bahwa ia tidak bisa mendekorasi ruangan ini karena tidak enak badan. Jadi aku yang menggantikannya.”
“Apa kau bilang? Tiffany sakit? Jadi siswi kelas 3 yang seharusnya kubantu itu Tiffany?” tanya Sehun berturut-turut pada Irene.
n-ne. Bukankah kau datang kemari untuk menemani Tiffany sunbae?” tanya Irene.
“Tidak. Aku tidak tahu jika Tiffany disuruh mendekorasi ruangan ini. Aku bahkan hanya disuruh oleh Jo songsaenim untuk membantu seorang siswi kelas 3 yang mendekor ruangan ini sendiri. Aku tidak tahu jika itu Tiffany,” kata Sehun panjang lebar.
“Bagaimana jika sekarang kita mendekor ruangan ini saja agar cepat selesai? Aku akan membantumu,” kata Sehun lagi sambil tersenyum. Irene hanya mengangguk sambil tersenyum cerah pada Sehun.
Kajja!”


Sehun POV
Entah mengapa aku senang untuk melakukan kegiatan mendekor ruangan ini. Padahal awalnya aku sangat malas untuk melakukan hal semacam ini. Tapi sekarang aku malah semangat untuk membuat ruangan ini menjadi cantik. Dari tadi aku dan Irene juga tak henti-hentinya saling melempar candaan dan kami tertawa bersama.
“Haha, kau masih ingat? Aku saja sudah tidak ingat jika kau tak mengatakannya barusan,” kata Irene sambil menata kursi.
“Jelas saja aku ingat. Itu hal terkonyol yang pernah kau perbuat selama aku mengenalmu, Irene,” kataku sambil tersenyum melihatnya. Entah mengapa aku jadi sering tersenyum saat ini.
“Iya. Aku rindu saat itu. Saat kita bersama,” kata Irene yang membuatku tertegun. Apa ia masih sama?
“Oh, mian Sehun-ah. Aku hanya tidak sengaja dan..”
“Panggil saja aku seperti dulu. Hun-ah. Aku suka kau panggil dengan nama itu,” kataku yang membuatnya terkejut. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti ini.
“Ah, haha. Bercandamu tidak lucu, Sehun. Bagaimana jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” ucapannya terpotong dengan suara orang lain dari ujung pintu.
“Apa yang tidak aku ketahui Irene? Hmm?” tanya Tiffany –orang di ujung pintu itu sambil memandangku lurus.






To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^