Try to Deny
Chapter 2
Read This :
Author
:
Jelly
Main
cast :
Tiffany
Hwang
Oh
Sehun
Other
cast :
Tao,
Irene, Key, Sunny, someone
Genre
:
Romance,
friendship, school life
Rating
:
PG-13
Length
:
Chaptered
Disclaimer
:
Annyeong
readers~ Ini dia lanjutan dari FF yang part pertama. Di part kedua ini ada
tokoh-tokoh baru yang bermunculan. Semoga kalian suka sama lanjutan ceritanya.
Makasih udah mau baca FF author dan jangan lupa ngasih komen ya.. J
Don’t
copas!
~`Happy
reading`~
***
‘Kau dan dia sama-sama semu untukku – Oh Sehun’
-Previous-
Sementara
Tiffany sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri, Sehun yang sedari tadi juga
mengurung diri di kamarnya sedang memikirkan siapa perempuan yang tadi
menguping pembicaraannya dengan Tiffany sambil tiduran di ranjangnya. Ia
khawatir jika perempuan itu ternyata mendengar semua pembicaraan ia dan Tiffany
tadi.
“Apa
mungkin...”
Chapter 2~
Author
POV
“...dia?” Sehun bertanya pada dirinya
sendiri. Ia memikirkan seseorang. Seseorang yang pernah mengisi hari-harinya
dulu saat masih di Junior High School. Bisa dibilang seseorang itu adalah cinta
monyetnya.
“Kenapa aku jadi memikirkannya? Hah!”
Mungkin karena terlalu lelah dengan
pikirannya yang entah kemana alurnya, ia memutuskan untuk beristirahat
memejamkan matanya setelah lampu di meja samping ranjangnya dimatikan.
Jalljayo~
***
Keesokan harinya, Sehun sengaja bangun lebih pagi
dan bersiap-siap untuk pergi menjemput yeojachingu-nya,
tidak, maksudnya yeojachingu palsunya.
Ia sudah mengetahui tempat tinggal Tiffany karena sebelumnya ia sering melihat
Tiffany di depan rumah itu saat ia sedang berangkat sekolah ataupun pulang
sekolah.
Tin..
“Ne, sebentar,”
tak lama kemudian Tiffany keluar dengan penampilan seperti biasanya, girly.
“Kajja,” kata
Sehun singkat saat Tiffany telah memakai helm pinknya dan naik ke jok belakang.
Sehun pun melaju dengan kencang sehingga membuat Tiffany tak sengaja memeluk
pinggang Sehun.
‘Hanya demi
keselamatan saja’, batin Tiffany.
***
At
Seoul Senior High School
Saat jam pelajaran olahraga sedang berlangsung di
kelas 2.1, kelasnya Sehun. Sehun dan teman laki-lakinya sedang bermain basket
dengan bebas. Karena guru olahraganya sedang ijin ada rapat guru dan para siswa
dibebaskan bermain asal masih tetap berada di lingkup halaman sekolah.
Sehun hanya tertawa saat melihat teman sekelasnya,
Tao yang berasal dari China frustasi karena tidak bisa memasukkan bola ke dalam
ring. Padahal Tao juga termasuk tim inti basket kelas 2.
“Hah! Molla!” kata
Tao lesu sambil melemparkan bola basketnya ke sembarang. Lalu duduk di bawah
ring.
“Haha, kau terlalu cepat putus asa, Tao,” kata Sehun
yang ikut duduk di samping Tao sambil memberikan sebotol air mineral pada
sahabatnya itu.
“Dari kelas 1 kenapa aku tidak juga bisa memasukkan
bola ke ring dengan tepat?” keluh Tao.
“Siapa bilang kau tidak pernah. Aku pernah melihatmu
memasukkan bola ke situ dengan baik,” kata Sehun sambil menunjuk ring yang ada
di atasnya.
“Itu hanya kebetulan! Tidak sepertimu, Sehun-ah,”
“Kau hanya perlu berlatih saja. Tapi kau sangat
keren saat mendribble bola. Aku sampai jatuh cinta padamu!” kata Sehun dengan
nada menggoda.
“Ya, diamlah. Jangan berbicara yang tidak-tidak!”
kata Tao merasa geli dengan perkataan Sehun barusan dan memilih pergi
meninggalkan Sehun sendiri. Sehun hanya tertawa melihat teman sekelas sekaligus
sahabatnya marah seperti itu. Padahal Tao lebih tua daripada Sehun, tapi sikap
Tao malah sebaliknya.
Saat Sehun mengalihkan pandangannya ke gedung
sekolah, ia tak sengaja melihat perempuan yang sedang membaca buku di tangga
depan gedung sekolahnya. Entah ini kebetulan atau apa, tapi perempuan itu
tiba-tiba mengalihkan perhatiannya dari buku itu dan melihat Sehun yang sedang
memandanginya.
Perempuan itu agak terkejut begitu pula Sehun yang
ketahuan sedang memperhatikannya. Tapi kedua pasang mata itu tetap bertahan
pada posisinya dan tidak sedikitpun mengalihkan pandangan antar keduanya.
Beberapa detik seperti ini, perempuan itu kemudian tersenyum pada Sehun dengan
ramah lalu segera menutup bukunya dan pergi.
“Kenapa
seperti ini? Padahal itu sudah lama,” batin Sehun sambil
melihat kepergian perempuan itu.
Tiffany
POV
‘Kemana
dia? Daritadi tidak kelihatan batang hidungnya,’
Padahal ini sudah istirahat. Tetapi kenapa dia belum
ke kantin juga? Apa dia tidak lapar?
Baru saja aku memikirkannya, ia datang dari koridor
tengah bersama sahabatnya Tao. Kenapa aku sebegitu tahunya tentang dia? Karena
dia memang terkenal di kalangan hoobae, seangkatannya,
sampai sunbae. Wajar terkenal, karena
mereka anak basket.
Setelah memesan makanannya, Sehun dan Tao menuju
tempat duduk yang kosong. Dan itu ada di meja sebelahku. Karena kulihat semua
meja sudah penuh dengan anak-anak yang makan, minum, atau sekedar bergosip.
Sehun dan Tao lewat di depanku tanpa melihatku.
Padahal aku sudah memasang muka manis. Jadi menyesal bersikap baik dengan dia.
“Wah, ada Sehun-ssi.
Kenapa tidak duduk dengan kami?” tanya Sunny yang membuatku agak terkejut.
Karena dari tadi Sunny sibuk dengan Key yang katanya sedang sakit kepala. Jadi
hari ini duniaku sedikit lebih tenang. Karena jika Key sakit otomatis dia akan
lebih banyak diam.
“Eoh, ada sunbae
ternyata. Tidak sunbae, terima
kasih atas tawarannya,” kata Sehun. Aku hanya mendengarnya saja. Karena aku
sibuk dengan makananku. Setelah itu ia sibuk dengan temannya. Kudengar sesekali
ia tertawa bersama Tao. Entah apa yang mereka bicarakan.
Saat aku dan kedua sahabatku akan kembali ke kelas,
Sehun memanggilku. Aku hanya diam menurutinya saat ia menyuruhku duduk kembali.
Kulihat Sunny dan Key yang memberikan isyarat kalau mereka masuk duluan . aku
hanya mengangguk. Setelah Sunny dan Key pergi begitu juga dengan Tao, Sehun
baru mulai berbicara.
“Nanti sore akan ada pertandingan basket melawan
Hannyoung High School. Kau nonton ya?” kata Sehun sambil menatapku. Aku hanya
mengangguk.
“Dan maaf nanti aku tidak bisa mengantarmu pulang
karena aku harus bersiap-siap untuk pertandingan nanti. Gwenchana?” kata Sehun lagi. Dan aku hanya menjawabnya dengan
anggukan -lagi. Entah mengapa rasanya sedih saat Sehun mengatakan itu. Ah,
tidak. Tiffany, jangan sampai kau suka dengannya.
***
Dan akhirnya aku harus pulang dengan naik bus. Saat
aku baru duduk di kursi penumpang, perempuan yang berseragam sama denganku juga
memasuki bus ini. Sepertinya dia hoobaeku.
Ia duduk diseberang tempatku duduk.
“Ah, Tiffany sunbaenim,
annyeonghaseyo,” sapanya ramah. Aku hanya tersenyum ramah. Aku mencoba
membuka pembicaraan.
“Namamu siapa?” tanyaku.
“Jeoneun Irene imnida,” katanya sambil tersenyum.
“Kau kelas berapa? Aku tidak pernah melihatmu,” tanya
Tiffany.
“Saya kelas 2, sunbae.
Mungkin karena saya juga jarang ke kantin dan lebih sering di perpustakaan
jadi Tiffany sunbae tidak pernah
melihat saya,” jelasnya. Aku hanya mengangguk. Dia satu angkatan dengan Sehun
ternyata.
Setelah sampai di rumah aku segera mandi dan
bersiap-siap untuk menonton pertandingannya Sehun. Aku hanya menggunakan baju
merah berlengan panjang dengan skirt berwarna putih. Setelah semua siap aku
pergi kesana menaiki bus. Semoga tidak telat.
At
Basket Tournament
Sehun
POV
“Kalian tunggu disini, ne. Seongsaenim akan menemui panitia disana,” kata Jo songsaenim.
“Ne, seongsaenim,”
jawab kami serentak.
Aku sekarang sedang menunggu seseorang. Kenapa dia
belum datang juga. Apa ia ketiduran di rumah? Coba aku telepon dia.
Saat aku akan menekan nomornya, aku melihat ia
–orang yang kutunggu sedang berjalan perlahan ke tempat penonton. Aku pun
segera menyusulnya.
“Tiffany!” teriakku. Ia menoleh dan tersenyum saat
aku melambaikan tangan padanya. Aku segera menghampirinya.
“Akhirnya kau datang,” kataku.
“Of course,
I’m here right now,” katanya sambil tersenyum. Manis sekali.
“Gomawo ne, kau
sudah datang,”
“Ne, aku
akan mendukungmu. Tenang saja, haha,” kata Tiffany. Aku juga ikut tertawa.
Tiba-tiba ada pengumuman bahwa sebentar lagi pertandingan akan dimulai.
“Fighting, Sehunnie!”
kata Tiffany memberi semangat sebelum aku kembali ke tempat. Aku hanya
tersenyum. Apa tadi dia bilang? Sehunnie? Boleh juga..
***
Author
POV
Pertandingan baru saja dimulai. Tim dari Hannyoung
High School mencetak point pertamanya. Lalu disusul oleh Tim dari Seoul Senior
High School. Antar tim pun saling menyusul point. Pada menit-menit terakhir
keadaan seri. Salah satu dari pemain Tim lawan sedang menghadang Sehun yang
mendribble bolanya. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah melemparkan bola itu
ke Tao. Karena Tao tidak dihadang oleh siapapun.
“Tangkap Tao!” Sehun melempar bolanya pada Tao.
Tao menangkap bolanya dengan baik dan langsung
mendribblenya ke arah ring. Tao sangat gugup saat ring sudah mulai dekat. Ia menghela
nafasnya sebentar dan langsung men- shoot
bola ke ring. Seperti adegan di film-film, rasanya ini seperti di slow motion. Bola memutari ring sampai
akhirnya masuk.
Sehun langsung menghambur memeluk Tao dan
mengucapkan selamat. Dan pertandingan pun berakhir dengan kemenangan dari Seoul
Senior High School.
“Aku percaya kau bisa melakukannya, Tao,” kata Sehun
sambil merangkul Tao. Tao tersenyum bangga. Pertandingan pun akhirnya selesai
dengan Tao sebagai pahlawan timnya.
“Yee..” teriak Tiffany dan penonton yang lain
senang.
Setelah pertandingan selesai Tiffany menunggu Sehun
di depan. Katanya Sehun akan mengantarnya pulang. Di luar lumayan dingin karena
hari mulai gelap. Sesekali Tiffany menggosok-gosokkan tangannya agar hangat. ‘Lama sekali dia,’ batin Tiffany. 15
menit kemudian barulah Sehun keluar seorang diri.
“Mianhae, sudah
membuatmu lama menunggu,” kata Sehun yang yang datang dari belakang.
“Kau, datang tiba-tiba. Mengagetkanku saja,” kata
Tiffany memukul bahu Sehun. Sehun hanya tertawa kecil.
“Kau sendiri? Yang lain mana?” tanya Tiffany kemudian.
“Mereka masih merayakan kemenangan kami di dalam,”
kata Sehun sambil berjalan pelan diikuti Tiffany di sampingnya.
“Kau tidak ikut merayakannya?”
“Aku lebih memilih mengantarkan yeojaku pulang daripada berpesta,” kata Sehun sambil menatap lurus
ke depan. Tiffany yang mendengarnya langsung membulatkan matanya.
“Mwo? Yeojamu?” walaupun Tiffany berkata
begitu tapi entah kenapa di dalam hatinya ada perasaan hangat.
“Kajja, kita
pulang,” kata Sehun mengabaikan pertanyaan Tiffany barusan sambil membantu
Tiffany memakai helmnya.
***
At
the same time
Author
POV
Tanpa diketahui oleh Sehun dan Tiffany, ada seorang yeoja yang ternyata juga berada disana.
Ia tersenyum melihat kepergian Sehun dan Tiffany. Mereka tampak serasi,
pikirnya.
“Ternyata benar, kalian berdua memang berpacaran.
Aku kira kau sekarang sudah melupakan aku sepenuhnya, Hun-ah,” kata yeoja itu
sambil tersenyum. Di hatinya sekarang sedikit lebih lega daripada saat pertama
kali ia harus meninggalkan lelaki yang
dulu sangat ia cintai itu.
Yeoja
itu
kembali berjalan pelan-pelan dengan kedua tangan ia simpan di saku jaketnya
agar tidak kedinginan. Sepanjang perjalanan pulang ia selalu tersenyum, entah
apa sebabnya tetapi hari ini ia merasa sangat bahagia. Rasa bersalahnya selama
ini sedikit demi sedikit mulai hilang. Rasa bersalahnya pada Oh Sehun, lelaki
yang sangat ia sayangi sampai sekarang telah menemukan kebahagiaannya sendiri.
“Terima kasih Tiffany sunbae, kau telah mengembalikkan Sehunku yang dulu,”
***
At
Seoul Senior High School
Author
POV
Hari ini Sehun dan dua teman lainnya sedang sibuk
mengerjakan tugas dari Kim songsaenim, guru
Biologinya. Ia sedang membuat makalah tentang proses pencernaan pada manusia. Mereka
sedang mencari referensi untuk tugas itu di perpustakaan saat jam istirahat.
“Sehun-ah, apa
kau sudah menemukan materi yang kita butuhkan?” tanya Jaehyun, salah satu teman
satu kelompoknya dalam tugas ini.
“Nah, ini. Tinggal mengetiknya saja,” kata Sehun
sambil menyodorkan buku tebal ke Jaehyun.
“Kau memang pintar, Sehun-ah. Aku senang bisa satu kelompok denganmu, haha,” kata Jaehyun
sambil tertawa pelan karena mereka masih di perpustakaan.
“Kau senang, Sehun menderita,” kata Tao menimpali.
“Kau..”
“Sudah.. lebih baik kita lanjutkan pekerjaan kita.
Aku akan mencari buku referensi lagi di sana, “ kata Sehun melerai mereka dan
beranjak dari tempat duduknya.
Saat sedang serius mencari buku yang bagus untuk
tambahan materinya, Sehun tak sengaja menjatuhkan buku besar yang ada di
belakang buku yang ia ambil. Akibatnya buku besar itu jatuh ke belakang rak dan
seketika ada suara orang mengaduh kesakitan di balik rak. Sehun segera berlari
ke balik rak itu. Ternyata ada seorang perempuan yang sedang berjongkok sambil
memegangi kepalanya. Sehun melihat di samping perempuan itu ada buku besar
tadi. Apa kepalanya terkena buku itu? Ia lalu mendekati perempuan itu.
“Aw, sakit sekali. Pusing rasanya,” kata perempuan
itu pada dirinya sendiri.
“Cheogiyo, maaf
. Tapi akibat aku yang kurang hati-hati buku besar ini menimpa kepalamu,” kata
Sehun sambil membungkuk untuk melihat keadaan perempuan itu. Wajahnya tak
terlihat karena tertutupi rambutnya yang panjang.
“Ah, ne.
Gwenchana,” kata perempuan itu lalu segera berdiri.
“Irene?” Sehun sedikit terkejut ternyata perempuan
ini Irene.
“Hun-ah? Oh,
maksudku Sehun?” kata Irene –perempuan itu yang sama terkejutnya melihat Sehun
yang sekarang ada dihadapannya.
“Kau tidak apa-apa kan? Apa ada yang terluka?” tanya
Sehun yang terlihat khawatir.
“Gwenchana,
jinjja nan gwenchana. Kau tak perlu khawatir. Aku permisi dulu ya, Sehun-ssi,” kata Irene tanpa menatap lawan
bicaranya. Tapi sebelum Irene bisa pergi, Sehun menarik lengan Irene pelan.
“Bisakah kita mengobrol di kantin sebentar? Ya..
sambil membeli minuman mungkin. Bukankah di sini panas?” kata Sehun.
At
canteen
“Kau ingin bicara apa, Sehun-ssi?” tanya Irene setelah mereka duduk dan memesan minuman. Ya,
akhirnya Irene menerima ajakan Sehun.
“Aku hanya ingin mengobrol sebentar denganmu,” kata
Sehun santai.
“Nanti jika pacarmu melihat kita, eotteohkae? Aku tidak mau Tiffany sunbae salah paham denganku,” kata Irene
datar. Sehun malah tertawa geli mendengar Irene bicara barusan.
“Jadi kau sudah mendengarnya? Kau tidak cemburu?”
“Mwo? Untuk
apa aku cemburu. Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi kan?Aku senang melihat
kalian berdua bersama. Kau dan Tiffany sunbae
sangat serasi,” kata Irene sambil tersenyum.
“Heh, kau pikir begitu? Oh, Irene, aku harus kembali
ke kelas. Sampai jumpa lagi,” kata Sehun berubah menjadi dingin. Irene bingung
dengan sikap Sehun ini. Ia melihat Sehun
yang berlalu keluar dari kantin.
“Tadi ia mengajakku ke sini, dan sekarang ia
meninggalkanku sendiri? Dasar..”
Irene pun juga ikut kembali ke kelasnya. Sehun membuang-buang
waktunya saja.
Saat Irene akan keluar dari kantin ia bertemu
Tiffany.
“Sunbae,
annyeonghaseyo,” kata Irene sambil membungkuk 90 derajat. Tiffany juga
balas menyapa.
“Oh, annyeonghaseyo.
Kau Irene, kan? Akhirnya aku melihatmu di sekolah,” kata Tiffany ramah.
“Ah, ne
sunbae. Kebetulan tadi aku haus. Jadi aku ke kantin untuk membeli minuman,”
kata Irene.
Diantara percakapan Tiffany dan Irene yang terlihat
akrab itu, seseorang sedang memperhatikan mereka berdua dari tempat duduknya.
Ia menatap penuh arti Tiffany dan Irene.
“Jadi kalian berdua saling mengenal? Sang mantan dan
sang yeojachingu bohongannya Sehun
menjalin pertemanan. Sangat menarik,” kata orang itu lirih sambil tersenyum penuh
arti.
Sehun
POV
Sebenarnya aku tidak ingin kembali ke kelas, aku
berbohong tadi pada Irene. Sekarang aku berada di taman yang ada di
tengah-tengah gedung sekolah. Aku duduk sendirian disini. Aku mengingat kembali
kata-kata Irene barusan.
“Sepertinya bukan dia. Aku salah sangka padanya.
Lagipula mana mungkin dia. Sehun, dia itu yeoja
yang baik. Kau tau itu,” kata Sehun berbicara sendiri karena memang tidak
ada orang di sampingnya.
“Tapi kalau bukan Irene, siapa? Apa Tiffany punya
mantan di sini?”Sehun sibuk dengan pemikirannya.
“Aish, siapa dia? Aku yakin dia mendengar semua
percakapanku dengan Tiffany waktu itu,” kata Sehun frustasi.
DOR!
“Hua..” tiba-tiba saja ada yang mengagetkanku dari
belakang.
“Kau seenaknya saja meninggalkan kami di
perpustakaan. Dan malah enak-enakan melamun di taman,” kata Jaehyun sedikit
kesal. “Memang apa yang kau lamunkan, heh?”
“Hehe, mian. Ayo
kita ke kantin. Akan kubelikan makanan,” kataku merayu Jaehyun dan Tao agar
tidak marah lagi.
“Telat. Ini sudah masuk. Apa kau tidak dengar?” kata
Tao lalu berlalu pergi bersama Jaehyun meninggalkanku.
“Benarkah?”
“Kau keasyikan melamun sampai tidak dengar. Padahal
belnya di pojok situ,” kata Tao sambil tertawa. Aku segera menyusul mereka dan
kami pun kembali ke kelas bersama.
Author
POV
Keesokan harinya saat Sehun dan Tiffany baru sampai
di sekolah dan melewati koridor tengah, banyak murid-murid yang berkumpul
melihat sesuatu di papan pengumuman sekolah. Tiffany jadi penasaran lalu
bertanya pada hoobae yang baru saja
selesai melihat pengumuman di sana.
“Cheogiyo, di
sana ada pengumuman apa ya?” tanya Tiffany. Sehun terlihat sabar menunggu
Tiffany walaupun ia sama sekali tidak tertarik dengan pengumuman itu.
“Satu minggu lagi akan diadakan pemilihan kapten tim
basket sekolah yang baru, sunbae,”
“MWO?” kata Tiffany dan Sehun bersamaan.
“Oh, kamsahamnida
ne atas informasinya,” kata Tiffany lalu berjalan lagi menuju ke kelasnya
bersama Sehun.
“Kenapa kau kaget? Bukannya seharusnya kau tahu jika
pemilihan kapten tim basket akan dilaksanakan minggu depan?”tanya Tiffany
heran.
“Aku tidak tahu jika jadwalnya diubah. Awalnya,
pemilihan kapten tim basket akan diadakan tiga minggu lagi. Dan pelatih belum
memberitahuku jika jadwal ternyata diubah,” kata Sehun. Tiffany hanya
mengangguk saja. Tiffany telah sampai di depan kelasnya dan tersenyum pada
Sehun sebelum memasuki kelas.
“Selamat belajar. Jangan melamun terus,” kata Sehun.
“Huu.. jangan menasehatiku. Aku lebih dewasa
daripada kau,” cibir Tiffany.
“Bukan dewasa, tapi tua,” bisik Sehun ke Tiffany
lalu lari secepatnya sebelum Tiffany melemparnya dengan sepatu.
“Oh Sehun! Awas kau!”
***
At
indoor
Anak-anak basket siang ini sedang berkumpul untuk
latihan rutin. Pelatih Jo songsaenim sudah
datang 15 menit yang lalu. Tetapi belum semua anak basket yang berkumpul.
Termasuk Sehun. Padahal ia sangat dinanti kehadirannya oleh Jo songsaenim.
“Dimana bocah albino itu? Apa kalian tahu?” tanya Jo
seongsaenim dengan raut muka ditekuk sambil terus mengecek
jam dipergelangan tangan kanannya. Semua anak yang ditanya hanya menggelengkan
kepalanya lalu melanjutkan kembali bermain basketnya.
Saat Jo songsaenim
hendak duduk, dari luar terdengar beberapa orang ribut tidak jelas. Jo songsaenim pun tidak jadi duduk dan
memilih untuk mengecek keadaan di luar.
Sampai di luar ternyata dua orang muridnya, Sehun
dan Tao saling dorong mendorong untuk masuk duluan karena mereka tahu jika
mereka terlambat mereka akan diberi hukuman oleh Jo songsaenim.
“Kau duluan saja, Ta-oo”
“Tidaak, jangan mendorongku. Aku tidak mau kena
semprot macan betina duluan,”
“Aish, su-dah sana. Kau duluaaan. Macan betina sudah
menunggumu,”
“Aaa, jebal~” rengek
Tao pada Sehun yang terus-menerus mendorong Tao untuk masuk duluan. Tanpa
mereka sadari Jo songsaenim telah
berkacak pinggang di depan pintu memandangi mereka yang sangat kekanak-kanakan.
“Hei bocah! Mau sampai kapan kalian
seperti itu? Cepat masuk! Macan betina sudah kelaparan,” kata Jo songsaenim lalu berlalu pergi. Sehun dan
Tao yang mendengarnya segera berhenti dari kegiatan membuang-buang waktu mereka
dan saling pandang.
“Apa macan betina itu dengar?” tanya
Sehun.
“Kalau kita memanggilnya macan betina?”
tanya Tao juga.
“YA! CEPAT MASUK ATAU KALIAN BERDUA KUTENDANG
KE KANDANG MACAN BETINA YANG ASLI?!”
***
“Hah.. hah.. aku lelah Sehun-ah,” keluh Tao sambil menyeka keringat
yang ada di dahinya.
“Kau pikir aku tidak?”
Sehun dan Tao baru saja melaksanakan
hukuman yang diberikan oleh Jo songsaenim
atas keterlambatan mereka berdua. Sehun dan Tao dihukum mengepel ruang
pertemuan yang besok akan digunakan untuk pertemuan orang tua dari kelas 3.
Kemudian Jo songsaenim pun datang menghampiri mereka sambil membawa buku
penilaian yang sudah mulai lecek itu. Jo songsaenim
berdiri tepat di antara Sehun dan Tao lalu berdeham pelan.
“Kalian sudah menyelesaikan hukumannya.
Sekarang kalian boleh bergabung bersama yang lain untuk berlatih,”
“Ne~
khamsahamnida songsaenim,” balas mereka berdua lalu beranjak keluar menuju
lapangan basket.
“Oh Sehun, kemari sebentar. Saya mau
minta tolong,” kata Jo songsaenim.
“Ada apa songsaenim?” tanya Sehun kembali menghampiri Jo songsaenim.
“Begini, untuk pertemuan orang tua kelas
3 besok karena acara ini diadakan secara mendadak saya butuh bantuan kau untuk
membantu salah satu siswi kelas 3 mendekorasi ruangan ini. Kau bisa, kan?”
“Ah, n-ne
songsaenim,” jawab Sehun pasrah. Padahal rencananya malam ini sepulang dari
latihan basket ia ingin segera tidur. Tapi semuanya gagal total.
“Ya sudah, kau juga boleh mengajak Tao,”
seketika Sehun tersenyum cerah. Tao yang daritadi menunggu di ambang pintu
segera berteriak.
“Ah, maaf Sehun. aku tidak bisa, malam
ini aku ada makan malam bersama keluarga,” kata Tao berbohong. Sebenarnya tidak
juga sih, karena bukannya setiap malam ia makan malam bersama keluarga? Benar
kan?
“Ck, alasan. Ya sudah kalau tidak mau
membantu,” kata Sehun ketus.
Sehun
POV
Setelah pulang dari latihan basket aku
segera mandi dan bersiap-siap kembali ke sekolah untuk membantu seorang siswi
kelas 3 mendekorasi ruang pertemuan.
“Aku lelah. Tapi jika aku tak datang
pasti besok macan betina itu akan menghukumku lagi,” kata Sehun lalu mendesah
kasar. Hari ini ia benar-benar lelah. Dan sepertinya matanya akan semakin sipit
karena kurang tidur.
“Sebaiknya aku segera kesana. Kasian
juga. Siswi. Berarti dia seorang perempuan?” tanya Sehun kepada dirinya
sendiri.
“Apa yang dipikirkan guru itu?
Membiarkan aku berduaan dengan seorang perempuan? Di malam hari?” Sehun yang
baru sadar akan suatu fakta itu pun memekik. Apa Sehun suka dengan situasi
seperti ini? Jawabannya TIDAK. Sehun sangat tidak menyukai situasi dimana ia
harus berduaan dengan seorang perempuan yang sama sekali tidak ia kenal.
Menimbulkan gosip saja.
“Bagaimana ini? Ah, aku punya ide, hehe”
kata Sehun tersenyum miring.
***
At cafe
Author
POV
“Ah.. kenyang
juga. Neomu mashita,” kata Sehun mengusap perutnya yang baru saja diisi. Ia
memutuskan untuk makan malam dahulu di cafe dekat sekolahnya sebelum ia
membantu sunbaenya yang entah siapa
ia juga tidak tahu. Lebih baik mengisi perutnya dahulu sebelum merepotkan
dirinya untuk membantu siswi kelas 3 tersebut.
Setelah
membayar, Sehun beranjak keluar dari cafe itu lalu berjalan pelan meninggalkan
motornya sportnya di depan cafe sambil membawa sekantung plastik berisi mie
kacang hitam yang sengaja ia bungkus untuk seseorang. Ia berjalan sangat pelan
karena kakinya terasa berat hanya untuk sekedar berjalan. Pelan tapi pasti,
akhirnya Sehun sampai juga di depan ruang pertemuan. Pintunya masih tertutup.
Tapi dapat ia lihat cahaya lampu yang berasal dari dalam sana.
Dengan setengah
hati Sehun membuka perlahan pintunya. Sangat pelan. Sehun mencondongkan
kepalanya untuk melihat keadaan di dalam. Terlihat seorang yeoja yang sedang menata salah satu meja di deretan meja paling
depan. Tapi Sehun tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah yeoja itu karena tertutup oleh hoodie
yang yeoja itu pakai.
Saat Sehun berjalan mendekati yeoja itu, tiba-tiba suara pecahan kaca terdengar dan membuat yeoja itu memekik kaget. Sehun pun juga
ikut kaget dan hampir menjatuhkan kantung plastiknya namun yeoja itu masih belum menyadari akan kehadiran Sehun dibelakangnya.
Yeoja itu segera berjongkok untuk memunguti pecahan vas bunga yang tadi tak
sengaja ia jatuhkan.
“Seperti ini
saja kau jatuhkan? Dasar ceroboh,” kata yeoja
itu berbicara pada dirinya sendiri. Sehun yang mendengarnya hanya tersenyum
lalu membantu yeoja itu membereskan
pecahan vas bunga.
“Sini aku
bantu,” kata Sehun tanpa melihat lawan bicaranya dan segera memasukkan pecahan
vas bunga ke dalam bak sampah di dekatnya.
“Eoh? Sehun?”
kata yeoja itu kaget. Sehun yang
merasa tidak asing dengan suara yeoja itu
segera mendongakkan kepalanya untuk dapat menatap wajah yeoja tersebut.
“Irene? Bukannya
yang harus aku bantu itu siswi kelas 3, ya?” tanya Sehun bingung. Sehun tidak
menyangka akan bertemu dengan Irene ‘lagi’ pada saat seperti ini.
“Oh, ne. Seharusnya memang Tiffany sunbae yang mengerjakan semua ini. Tapi
tadi Tiffany sunbae menghubungi Jo songsaenim bahwa ia tidak bisa
mendekorasi ruangan ini karena tidak enak badan. Jadi aku yang menggantikannya.”
“Apa kau bilang?
Tiffany sakit? Jadi siswi kelas 3 yang seharusnya kubantu itu Tiffany?” tanya
Sehun berturut-turut pada Irene.
“n-ne. Bukankah kau datang kemari untuk
menemani Tiffany sunbae?” tanya
Irene.
“Tidak. Aku
tidak tahu jika Tiffany disuruh mendekorasi ruangan ini. Aku bahkan hanya
disuruh oleh Jo songsaenim untuk
membantu seorang siswi kelas 3 yang mendekor ruangan ini sendiri. Aku tidak
tahu jika itu Tiffany,” kata Sehun panjang lebar.
“Bagaimana jika
sekarang kita mendekor ruangan ini saja agar cepat selesai? Aku akan
membantumu,” kata Sehun lagi sambil tersenyum. Irene hanya mengangguk sambil
tersenyum cerah pada Sehun.
“Kajja!”
Sehun POV
Entah mengapa
aku senang untuk melakukan kegiatan mendekor ruangan ini. Padahal awalnya aku
sangat malas untuk melakukan hal semacam ini. Tapi sekarang aku malah semangat
untuk membuat ruangan ini menjadi cantik. Dari tadi aku dan Irene juga tak
henti-hentinya saling melempar candaan dan kami tertawa bersama.
“Haha, kau masih
ingat? Aku saja sudah tidak ingat jika kau tak mengatakannya barusan,” kata
Irene sambil menata kursi.
“Jelas saja aku
ingat. Itu hal terkonyol yang pernah kau perbuat selama aku mengenalmu, Irene,”
kataku sambil tersenyum melihatnya. Entah mengapa aku jadi sering tersenyum
saat ini.
“Iya. Aku rindu
saat itu. Saat kita bersama,” kata Irene yang membuatku tertegun. Apa ia masih
sama?
“Oh, mian Sehun-ah. Aku hanya tidak sengaja dan..”
“Panggil saja
aku seperti dulu. Hun-ah. Aku suka
kau panggil dengan nama itu,” kataku yang membuatnya terkejut. Aku juga tak
tahu kenapa aku bisa mengatakan hal bodoh seperti ini.
“Ah, haha.
Bercandamu tidak lucu, Sehun. Bagaimana jika Tiffany sunbae tahu? Kau bisa menyaki...” ucapannya terpotong dengan suara
orang lain dari ujung pintu.
“Apa yang tidak
aku ketahui Irene? Hmm?” tanya Tiffany –orang di ujung pintu itu sambil
memandangku lurus.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^