Last Word
JMJ
Ficlet Series
Story:
J
Story by
Aydipal
Title : Last Word | Main Cast : Jeon Jung Kook [BTS] & Lee Jin Hee [OC] | Genre
: Romance, Fluff | Duration : Ficlet
.
.
Happy
Reading
.
.
.
“Ya~~!”
Lengkingan suara
seorang gadis berhasil mencuri pandanganku, ia—gadis itu—sedang berusaha untuk
melompat tinggi, berusaha untuk meraih daun yang berada di atasnya.
Kuperhatikan sejak beberapa saat yang lalu, ia sudah beberapa kali mencoba
untuk mendapatkan daun itu, namun sepertinya belum berhasil juga. Bertolak
belakang dengan ia yang bekerja keras untuk mengambil daun itu, teman-teman
yang berkerumun disekitarnya saling bersorak-sorai untuk menyemangati dan
sebagian dari kerumunan itu juga ada yang menertawakannya. Mungkin mereka
menganggap ia terlalu pendek untuk bisa meraih daun itu. Tidak berbeda dengan
pikiranku.
Aku terkekeh
sejenak. Entah sudah berapa kali senyum ku merekah hanya dalam jangka waktu
kurang dari 5 menit hanya karena gadis itu. Tingkah laku kekanakkannya itu
sering kali membuatku menemukan kebahagiaan sendiri. Bahagia? Ya bahagia. Ia
adalah sumber kebahagianku. Orang tua selalu berkata kalau kebahagiaan bisa
muncul dari hal-hal yang kecil. Kurasa itu ada benarnya juga. Melihatnya
tersenyum sepanjang hari, sudah cukup membuatku tersenyum sendiri sepanjang waktu.
Aku memang sudah
lama menyukai gadis itu. Gadis yang manis, lucu, imut, dan periang. Jarang
sekali aku melihatnya bersedih. Ia selalu membuat orang-orang yang ada
disekitarnya tersenyum, membuat orang yang berada disampingnya selalu nyaman.
Ia adalah tipe wanita idealku.
Ia bukanlah
gadis dari keluarga mampu sepertiku. Sepulang sekolah ia segera membantu ibunya
di kios ikan ibunya, setelah itu kerja paruh waktu di kedai kopi yang tak jauh
dari pasar—tempat ibunya berjualan—, kemudian sepulang dari kerja paruh waktu
ia akan belajar. Ia menjalani kehidupannya dengan nyaman, saat ia harus
mengangkat beban berat untuk memindahkan ikan di kios ibunya, ia tidak pernah
sekali pun mengeluh. Berbeda denganku yang sudah diberikan segala fasilitas
oleh orang tuaku, namun masih saja mengeluh.
Mungkin, ketika
aku berbicara seperti ini dengan orang, banyak yang mengira bahwa aku sangat
dekat dengan gadis itu. Pada kenyataannya, sama sekali tidak. Kegiatanku setia
hari hanya mengikutinya sepanjang hari tanpa mengenal rasa lelah. Karena hanya
itu yang bisa aku lakukan untukku sendiri. setiap kali aku ingin berbicara
dengannya, jantungku seakan bom waktu yang siap untuk meledak, mataku seakan
tersilaukan akan paras cantiknya, kakiku akan lumpuh seketika, kemudian aku lupa
bagaimana cara berbicara. Aku akan menjadi alien yang tidak bisa berbicara
bahasa di bumi. Sungguh memalukan.
“Ye~! Aku
mendapatkanya! Yuhuuuu~” gadis itu seketika berlari ke sana kemari saking
bahagianya karena mendapatkan daun incarannya. Kerumunan yang semula hanya
menertawakannya kini telah berganti suasana. ‘apakah mendapatkan daun bisa
sebahagia itu?’ aku bertanya dalam hati. Ia sangat tidak masuk akal. Tapi,
aku masih saja menyunggingkan senyuman. Aku pasti sudah sangat gila karena
menyukai gadis seperti dia. Sungguh.
“Omona! Sekarang jam berapa? Aku pasti sudah gila, ibu pasti sekarang sedang
menungguku. Aku pergi dulu ya... sampai ketemu besok!” ucap gadisku itu meraih
tasnya yang berada dibawah pohon besar di samping tubuhnya dan langsung berlari
meninggalkan kerumunan. Aku yang merasa bisa kehilangan jejaknya nanti, juga
ikut-ikutan berlari di belakangnya.
Lambat-laun ia
semakin memperlambat laju langkahnya. Ia sekarang nampak menikmati suasana
taman ini. Yap, saat ia merasa hidupnya berat dan membosankan, ia pasti akan ke
taman ini. Taman ini sangat nyaman dan lokasinya pun dekat dengan rumah dan
kios ibunya. Jadi, sangat memungkinkannya untuk terus datang ke tempat ini
setiap saat.
Ia menghentikan
langkahnya dan memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di sana. 'Mwoya?
bukankah dia tadi sudah bilang kalau ia akan terlambat untuk membantu ibunya di
kios? lalu kenapa ia malah duduk disini?' aku sedikit mengerutkan dahiku.
Ia tidak biasanya tidak membantu Ibunya di kios, aneh. bertentangan dengan
semua keanehan yang kupikirkan, aku senang karena sekarang aku bisa melihat
paris cantik wanita yang sudah mencuri hatiku 5 tahun ini lama-lama. Tiupan
ringan angin menyapu pelan rambut panjangnya, namun ia nampak tak terganggu
akan hal itu, ia nampak tenang dengan sesekali menghentakkan pelan kedua ujung
kakinya ke tanah, dan kedua tangannya berada di kedua lutut kakinya yang kecil.
Semakin ku lihat
wajah cantiknya, semakin bertambah pula imajinasiku tentangnya. Membayangkan
seandainya ia menjadi kekasihku, menjadi satu-satunya gadis yang berhasil
mencuri hatiku, menjadi wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku. 'ah~
apakah impianku ini terlalu tinggi? sedangkan kurang dari 3 jam lagi aku harus
pergi ke Amerika untuk melanjutkan studyku. Aku pasti sudah gila.' Aku
ingin lebih mendalami keahlianku di dunia musik disana. Dan hari ini adalah
hari terakhirku melihat dia sebelum aku berangkat ke sana.
"Kau sudah
datang? Ah~ mian. Kau pasti sudah menunggu lama. Jinjja mianhae.."
seorang laki-laki setengah berlari menuju Jin Hee yang sedang terduduk di salah
satu bangku ditaman. Dari raut wajahnya nampak penyesalan, mungkin karena ia
membiarkan Jin Hee menunggunya. 'tapi, apa hubungan mereka? kenapa mereka
nampak--' belum selesai menyelesaikan ucapanku dalam hati, tiba-tiba
laki-laki itu melayangkan sebuah kecupan hangat di kening Jin Hee. Aku sontak
mendorong tubuhku ke belakang karena terkejut, berusaha menampar wajahku untuk
memastikan bahwa aku ini tidak sedang bermimpi, dan entah sudah berapa kali
tanganku mengusap mataku hingga rasanya perih. Ah, bukan mataku saja yang
perih, melainkan juga hatiku juga. 'Selama ini aku men-stalker Jin Hee,
tapi kenapa aku tidak tau kalau dia sudah mempunyai pria?' ku hela napas
berat seraya menutup mataku, mengambil napas dalam-dalam kemudian menghelanya
perlahan, berusaha menenangkan hatiku sendiri dengan apa yang baru saja aku
lihat.
'ya~ setidaknya
aku harus bersyukur, karena melihat ini semua setelah akan pergi. Kalau tidak,
mungkin aku akan gila.' ku ukir senyum pahit di wajahku.
Berusaha menyembunyikan kesedihanku dari diriku sendiri. Ingin menolak
kesedihanku, ingin menolak untuk tidak menangis, menolak semua hal yang pahit
tentang Jin Hee. Tak ingin terlihat menyedihkan untukku sendiri, segera ku
angkat tubuhku untuk berdiri, sekali lagi menghela napas, dan berjalan pelan
meninggalkan Jin Hee dan laki-laki itu di belakangku.
"Terimakasih
Jin Hee, sudah menjadi gadisku selama 5 tahun, meski kau tak pernah mengetahui
keberadaanku. Annyeong, nae yeoja"
Jin Hee POV
Keningku
mengerut dalam, kugigit keseluruhan bibir bawahku kuat, dan ku remas rok yang
kupakai. Aku tak bisa menahan air mata ini lagi. Sungguh. Hatiku sangat sakit
olehnya. Kenapa ia sama sekali tak berubah selama ini, dia selalu menjadi
pecundang. Pecundang yang berhasil mencuri hatiku, lebih tepatnya pecundang
yang dengan beraninya mencuri hatiku. Ah~ dia pikir dia siapa bisa membuatku
seperti ini? Apakah dia keren? Tidak, Apakah dia tampan? Mungkin.
Tapi, entah kenapa ia bisa membuatku terjatuh terlalu dalam seperti ini. 'aku
pasti sudah gila!! Sangat gila!!'
"Kau masih
sama Jin Hee-ya, kau selalu begini. Kau selalu melihat punggungnya yang mulai
menjauh dari pandanganmu. Kau selalu menganggap Jung Kook pecundang, tanpa kau
sadari, kau juga pecundang yang tidak bisa melihat wajah laki-laki yang kau
sukai selama 5 tahun. Kini pun juga sudah terlambat, karena ia juga akan pergi.
Ah~ sudahlah--, kalimatnya terputus sejenak--langit yang berada diatasnya--dan
kembali melanjutkna,--Ingat perjanjian kita kemarin, aku hanya akan membantumu
sampai disini. Aku seharusnya menang kemarin saat bermain ddakji, kenapa
keberuntunganku beberapa hari ini jelek sekali. Aish~ jinjja!"
umpat laki-laki yang sudah sejak dari lahir menjadi kakak sepupuku itu dan
berjalan pergi begitu saja dari bangku yang semula ia duduki.
Benar juga kata
Jackson--kakak sepupuku--kalau aku ini juga pecundang. Bahkan lebih pecundang
dibandingkan Jung Kook yang selama ini menggikutiku, karena aku sudah tau akan
hal itu dan tak bisa melakukan apa pun. Aku memang pecundang dan selamanya juga
akan seperti itu.
aku menghirup
napas dalam-dalam, menutup mata sejenak, kemudian kulepaskan udara yang sudah
kuhirup dan berdiri cepat dari posisi dudukku, kuputar tubuhku searah jalan
pergi Jung Kook, menatap punggungnya yang semakin kabur, dan memberikan kata
terakhir sebelum ia pergi.
"Sarange,
Jung Kook. Jeongmal sarange. Geurigo, gomawo.. karena sudah menjadi
laki-lakiku selama 5 tahun. Aku tau kau akan meraih apa yang kau impikan... Annyeong,
nae namja. ."
The End
huahahaha~ maaf
kalau ficlet ini rada gaje, karena author banyak pikiran. keke~ penyebabnya
adalah, yang pertama, karena hari ini malem minggu dan author masih jomblo XD.
Yang kedua, karena nervous nunggu pengumuman SNMPTN, karena author udah
kelas 3, jadi sekarang mikir cari universitas. Doa in Author sukses ya
kedepannya. Hehehe. Aku doa in yang doa in aku, pasti juga akan sukses. Amin.
Jangan lupa ya, review nya di comment. Jangan sungkan-sungkan mengkritik Author
disini, termasuk Author Aydipal, tapi... yang membangunnya kritiknya. Thank
You.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar ^^