Sabtu, 09 Mei 2015

JMJ Series | J | Last Word



Last Word




JMJ

Ficlet Series

Story:
J
 


Story by Aydipal

Title : Last Word | Main Cast : Jeon Jung Kook [BTS] & Lee Jin Hee [OC] | Genre : Romance, Fluff | Duration : Ficlet
.
.
Happy Reading
.
.
.
          “Ya~~!”
           Lengkingan suara seorang gadis berhasil mencuri pandanganku, ia—gadis itu—sedang berusaha untuk melompat tinggi, berusaha untuk meraih daun yang berada di atasnya. Kuperhatikan sejak beberapa saat yang lalu, ia sudah beberapa kali mencoba untuk mendapatkan daun itu, namun sepertinya belum berhasil juga. Bertolak belakang dengan ia yang bekerja keras untuk mengambil daun itu, teman-teman yang berkerumun disekitarnya saling bersorak-sorai untuk menyemangati dan sebagian dari kerumunan itu juga ada yang menertawakannya. Mungkin mereka menganggap ia terlalu pendek untuk bisa meraih daun itu. Tidak berbeda dengan pikiranku.
           Aku terkekeh sejenak. Entah sudah berapa kali senyum ku merekah hanya dalam jangka waktu kurang dari 5 menit hanya karena gadis itu. Tingkah laku kekanakkannya itu sering kali membuatku menemukan kebahagiaan sendiri. Bahagia? Ya bahagia. Ia adalah sumber kebahagianku. Orang tua selalu berkata kalau kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal yang kecil. Kurasa itu ada benarnya juga. Melihatnya tersenyum sepanjang hari, sudah cukup membuatku tersenyum sendiri sepanjang waktu.
Aku memang sudah lama menyukai gadis itu. Gadis yang manis, lucu, imut, dan periang. Jarang sekali aku melihatnya bersedih. Ia selalu membuat orang-orang yang ada disekitarnya tersenyum, membuat orang yang berada disampingnya selalu nyaman. Ia adalah tipe wanita idealku.
Ia bukanlah gadis dari keluarga mampu sepertiku. Sepulang sekolah ia segera membantu ibunya di kios ikan ibunya, setelah itu kerja paruh waktu di kedai kopi yang tak jauh dari pasar—tempat ibunya berjualan—, kemudian sepulang dari kerja paruh waktu ia akan belajar. Ia menjalani kehidupannya dengan nyaman, saat ia harus mengangkat beban berat untuk memindahkan ikan di kios ibunya, ia tidak pernah sekali pun mengeluh. Berbeda denganku yang sudah diberikan segala fasilitas oleh orang tuaku, namun masih saja mengeluh.
           Mungkin, ketika aku berbicara seperti ini dengan orang, banyak yang mengira bahwa aku sangat dekat dengan gadis itu. Pada kenyataannya, sama sekali tidak. Kegiatanku setia hari hanya mengikutinya sepanjang hari tanpa mengenal rasa lelah. Karena hanya itu yang bisa aku lakukan untukku sendiri. setiap kali aku ingin berbicara dengannya, jantungku seakan bom waktu yang siap untuk meledak, mataku seakan tersilaukan akan paras cantiknya, kakiku akan lumpuh seketika, kemudian aku lupa bagaimana cara berbicara. Aku akan menjadi alien yang tidak bisa berbicara bahasa di bumi. Sungguh memalukan.
           “Ye~! Aku mendapatkanya! Yuhuuuu~” gadis itu seketika berlari ke sana kemari saking bahagianya karena mendapatkan daun incarannya. Kerumunan yang semula hanya menertawakannya kini telah berganti suasana. ‘apakah mendapatkan daun bisa sebahagia itu?’ aku bertanya dalam hati. Ia sangat tidak masuk akal. Tapi, aku masih saja menyunggingkan senyuman. Aku pasti sudah sangat gila karena menyukai gadis seperti dia. Sungguh.
            “Omona! Sekarang jam berapa? Aku pasti sudah gila, ibu pasti sekarang sedang menungguku. Aku pergi dulu ya... sampai ketemu besok!” ucap gadisku itu meraih tasnya yang berada dibawah pohon besar di samping tubuhnya dan langsung berlari meninggalkan kerumunan. Aku yang merasa bisa kehilangan jejaknya nanti, juga ikut-ikutan berlari di belakangnya.
Lambat-laun ia semakin memperlambat laju langkahnya. Ia sekarang nampak menikmati suasana taman ini. Yap, saat ia merasa hidupnya berat dan membosankan, ia pasti akan ke taman ini. Taman ini sangat nyaman dan lokasinya pun dekat dengan rumah dan kios ibunya. Jadi, sangat memungkinkannya untuk terus datang ke tempat ini setiap saat.
               Ia menghentikan langkahnya dan memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di sana. 'Mwoya? bukankah dia tadi sudah bilang kalau ia akan terlambat untuk membantu ibunya di kios? lalu kenapa ia malah duduk disini?' aku sedikit mengerutkan dahiku. Ia tidak biasanya tidak membantu Ibunya di kios, aneh. bertentangan dengan semua keanehan yang kupikirkan, aku senang karena sekarang aku bisa melihat paris cantik wanita yang sudah mencuri hatiku 5 tahun ini lama-lama. Tiupan ringan angin menyapu pelan rambut panjangnya, namun ia nampak tak terganggu akan hal itu, ia nampak tenang dengan sesekali menghentakkan pelan kedua ujung kakinya ke tanah, dan kedua tangannya berada di kedua lutut kakinya yang kecil.
              Semakin ku lihat wajah cantiknya, semakin bertambah pula imajinasiku tentangnya. Membayangkan seandainya ia menjadi kekasihku, menjadi satu-satunya gadis yang berhasil mencuri hatiku, menjadi wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku. 'ah~ apakah impianku ini terlalu tinggi? sedangkan kurang dari 3 jam lagi aku harus pergi ke Amerika untuk melanjutkan studyku. Aku pasti sudah gila.' Aku ingin lebih mendalami keahlianku di dunia musik disana. Dan hari ini adalah hari terakhirku melihat dia sebelum aku berangkat ke sana.
             "Kau sudah datang? Ah~ mian. Kau pasti sudah menunggu lama. Jinjja mianhae.." seorang laki-laki setengah berlari menuju Jin Hee yang sedang terduduk di salah satu bangku ditaman. Dari raut wajahnya nampak penyesalan, mungkin karena ia membiarkan Jin Hee menunggunya. 'tapi, apa hubungan mereka? kenapa mereka nampak--' belum selesai menyelesaikan ucapanku dalam hati, tiba-tiba laki-laki itu melayangkan sebuah kecupan hangat di kening Jin Hee. Aku sontak mendorong tubuhku ke belakang karena terkejut, berusaha menampar wajahku untuk memastikan bahwa aku ini tidak sedang bermimpi, dan entah sudah berapa kali tanganku mengusap mataku hingga rasanya perih. Ah, bukan mataku saja yang perih, melainkan juga hatiku juga. 'Selama ini aku men-stalker­ Jin Hee, tapi kenapa aku tidak tau kalau dia sudah mempunyai pria?' ku hela napas berat seraya menutup mataku, mengambil napas dalam-dalam kemudian menghelanya perlahan, berusaha menenangkan hatiku sendiri dengan apa yang baru saja aku lihat.
              'ya~ setidaknya aku harus bersyukur, karena melihat ini semua setelah akan pergi. Kalau tidak, mungkin aku akan gila.' ku ukir senyum pahit di wajahku. Berusaha menyembunyikan kesedihanku dari diriku sendiri. Ingin menolak kesedihanku, ingin menolak untuk tidak menangis, menolak semua hal yang pahit tentang Jin Hee. Tak ingin terlihat menyedihkan untukku sendiri, segera ku angkat tubuhku untuk berdiri, sekali lagi menghela napas, dan berjalan pelan meninggalkan Jin Hee dan laki-laki itu di belakangku.
              "Terimakasih Jin Hee, sudah menjadi gadisku selama 5 tahun, meski kau tak pernah mengetahui keberadaanku. Annyeong, nae yeoja"

Jin Hee POV
              Keningku mengerut dalam, kugigit keseluruhan bibir bawahku kuat, dan ku remas rok yang kupakai. Aku tak bisa menahan air mata ini lagi. Sungguh. Hatiku sangat sakit olehnya. Kenapa ia sama sekali tak berubah selama ini, dia selalu menjadi pecundang. Pecundang yang berhasil mencuri hatiku, lebih tepatnya pecundang yang dengan beraninya mencuri hatiku. Ah~ dia pikir dia siapa bisa membuatku seperti ini? Apakah dia keren? Tidak, Apakah dia tampan? Mungkin. Tapi, entah kenapa ia bisa membuatku terjatuh terlalu dalam seperti ini. 'aku pasti sudah gila!! Sangat gila!!'
              "Kau masih sama Jin Hee-ya, kau selalu begini. Kau selalu melihat punggungnya yang mulai menjauh dari pandanganmu. Kau selalu menganggap Jung Kook pecundang, tanpa kau sadari, kau juga pecundang yang tidak bisa melihat wajah laki-laki yang kau sukai selama 5 tahun. Kini pun juga sudah terlambat, karena ia juga akan pergi. Ah~ sudahlah--, kalimatnya terputus sejenak--langit yang berada diatasnya--dan kembali melanjutkna,--Ingat perjanjian kita kemarin, aku hanya akan membantumu sampai disini. Aku seharusnya menang kemarin saat bermain ddakji, kenapa keberuntunganku beberapa hari ini jelek sekali. Aish~ jinjja!" umpat laki-laki yang sudah sejak dari lahir menjadi kakak sepupuku itu dan berjalan pergi begitu saja dari bangku yang semula ia duduki.
                Benar juga kata Jackson--kakak sepupuku--kalau aku ini juga pecundang. Bahkan lebih pecundang dibandingkan Jung Kook yang selama ini menggikutiku, karena aku sudah tau akan hal itu dan tak bisa melakukan apa pun. Aku memang pecundang dan selamanya juga akan seperti itu.
aku menghirup napas dalam-dalam, menutup mata sejenak, kemudian kulepaskan udara yang sudah kuhirup dan berdiri cepat dari posisi dudukku, kuputar tubuhku searah jalan pergi Jung Kook, menatap punggungnya yang semakin kabur, dan memberikan kata terakhir sebelum ia pergi.
                "Sarange, Jung Kook. Jeongmal sarange. Geurigo, gomawo.. karena sudah menjadi laki-lakiku selama 5 tahun. Aku tau kau akan meraih apa yang kau impikan... Annyeong, nae namja. ."



The End



huahahaha~ maaf kalau ficlet ini rada gaje, karena author banyak pikiran. keke~ penyebabnya adalah, yang pertama, karena hari ini malem minggu dan author masih jomblo XD. Yang kedua, karena nervous nunggu pengumuman SNMPTN, karena author udah kelas 3, jadi sekarang mikir cari universitas. Doa in Author sukses ya kedepannya. Hehehe. Aku doa in yang doa in aku, pasti juga akan sukses. Amin. Jangan lupa ya, review nya di comment. Jangan sungkan-sungkan mengkritik Author disini, termasuk Author Aydipal, tapi... yang membangunnya kritiknya. Thank You.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar ^^